Perampas Waktu

Perampas Waktu #6 Teruntuk Sang Hati

Bookmark
Please login to bookmark Close
3 votes, average: 1.00 out of 1 (3 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading... Baca Parts Lainnya Klik Di sini


 

Teruntuk Sang Hati yang berdiam di kegelapan, menyaru di balik detak jantung yang melemah dalam rongga dada, hampir tak teraba.

Hati, masihkah kau bertahan di dalam sana?

Terlalu panjang perjalanan kulalui. Jatuh bangun dibuai kenaifan tiada arti. Tak sengaja ku terus mempertaruhkanmu. Tak terasa selalu kudera kau hingga babak belur. Kutandaskan pula tangisku hingga membanjirimu. Air mataku keruh berdebu menodaimu, tak mampu membilas luka malah membuka perih lama menganga.

Hati, masih saja kau bertahan menggenggam serpihanmu yang tersisa. Tanpa menyerah. Tanpa mau kalah. Tanpa ingin membuang asa. Hanya mampu merintih pelan dalam desah penuh darah: Percayalah padaku, letakkan bebanmu di pundakku, lupakan sakit, berbahagialah sedikit. Ayo jatuh cintalah lagi, teman.

Hati, masihkah kau bertahan di dalam sana?

Yang baru saja berakhir ini bukan cerita cinta yang kubayangkan. Yang baru saja kulalui ini bukanlah kebahagiaan yang kuimpikan. Aku jatuh cinta pada sosok yang tak seharusnya kuinginkan. Ini bukan milikku untuk kugenggam. Ini milik orang lain yang kujaga sementara. Bagaimana jika aku tak mampu melepasnya kembali? Bagaimana jika aku tak kuat merasakan kehilangannya nanti?

Hati, akankah kau mampu melewati perihnya lagi? Atau serpihanmu malah terlepas dari pertahananmu, jatuh berkeping dan tak bisa disatukan kembali?

Hati, apalagi yang harus aku lakukan? Jika rasa ini yang kau beri, bagaimana cara bercerita bahwa aku didera ketakutan? Rasa perih yang dulu masih menyayat, luka yang lama pernah berlalu belumlah sembuh benar. Kini kau minta aku untuk menginginkan lagi?

Hati, kau tahu betapa ingin aku menggurat senyum di wajahku? Menguraikan apa itu arti bahagia hingga aku bisa mengambil secarik helaiannya diam diam untuk menambal luka-luka di sekujur tubuhmu? Betapa ingin aku menyingkirkan lubang besar yang terus merusak inti dirimu, lalu menutupnya dengan setitik harapan palsu?

Hati, aku sekarat ingin menelisik dan tenggelam di kedalamanmu. Mencari jawaban kenapa kau dan aku tak pernah jera merenda pilu. Ingin tahu kenapa kau selalu terpuruk pada rasa miliknya yang tak pernah dapat kau sentuh. Akankah kau hadiahkan kejujuran kepadaku? Atau kau malah berbalik arah lalu merunduk jauh?

Hati, tegakah kau palingkan wajah kusut masaimu dariku? Bukankah kita pernah saling menguatkan dalam perjalanan yang tak sebentar? Ingatkah bagaimana kau dan aku memungut bersama untuk satukan kembali patahan yang tersebar? Tak juga kembalikah kenanganmu tentang bagaimana kita bertahan dalam rindu kelabu yang tak pernah sampai kepada kalbu yang tercinta?

Hati, inikah yang kau impikan? Tentang rasa yang tidak akan pernah sampai, tentang kisah yang tak mungkin terselesaikan. Tentang cinta tak bisa memiliki yang hanya mampu kurangkai dengan syair bertaburan lara. Tentang dia yang mematik rasa ingin memiliki tapi tak mungkin menghabiskan tawanya di sini.

Barangkali aku yang salah ketika berpikir kita masih punya harapan. Kita berdua sudah terlalu patah dan terbelah, tak mungkin bisa diperbaiki. Cederaku juga cederamu, tak mungkin ada yang bisa sembuhkan. Marilah berhenti menguntai asa, ayo kita menyerah saja.

Hati, jika memang hanya pedih yang bisa kau rajutkan di lukamu, mungkin lebih baik jika kita berdua mematikan rasa. Tutup rapat seluruh pintu, jangan ada celah tersisa. Kau dan aku berpelukan di lembah paling dasar, tak usah lagi punya harapan.

3 Komentar

  1. SERAFINA MOON LIGT🌙❤💡 menulis:

    :KUMENANGISMEMBAYANGKAN :KUMENANGISMEMBAYANGKAN KUMENANGISMEMBAYANGKAN

  2. inenurhidayati menulis:

    waa perampas waktu lanjut disini ternyta ,jiayou author

  3. Harus selalu kuat