Coretan By Chocovado

11. Kaleidoskop

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

10 votes, average: 1.00 out of 1 (10 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

===========

anime-couple-romance-train-station-bicycle-balloons-school-uniform

2 Juni

Musim panas baru akan dimulai, matahari tak lagi terasa hangat di awal hari, suhu meningkat drastis, dan sebentar lagi libur panjang akan dimulai.  Namun, berbeda dengan sore ini. Dalam beberapa jam terakhir menjelang sekolah tutup, matahari terasa hangat.

Berkas-berkas cahaya menyelinap lihai di antara gedung-gedung perkantoran, menembus tirai yang terpasang di jendela tiap-tiap ruangan, bergelayut manja di antara dedaunan, dan diam-diam mendengarkan kita yang berjalan beriringan di jalan yang berbeda; aku di trotoar jalan dan kau berayun sepeda di jalurnya.

Ya, kadang kita memang seperti itu, tapi kadang pula kau memilih menuntun sepedamu dan berjalan bersama, atau terkadang kita tidak harus bersama sama sekali.

Yah, begitulah kemudian kita saling mengenal, yang kutahu kau adalah anak lelaki di sebelah kelasku dan paling pendiam—ah, kupikir tidak juga— sebab, terkadang kau juga banyak bicara dan membuat setidaknya satu dua keonaran dalam seminggu. Dan kupikir, kau mengenalku seperti apa yang kau lihat; lugu, tak banyak bicara, dan terkadang kutu buku.

Kita tidak saling tahu pada awalnya, sebelum kau lebih dahulu mengajakku berbicara pada satu sore yang hangat di awal musim semi. Kegiatan klub baru saja usai, lorong-lorong mulai sepi dan senja yang berkibar di awal musim semi lebih indah daripada musim mana pun; pink kemerah-merahan, amat cantik.

Perlu beberapa meter untuk mencapai halte bus terdekat. Angin sore itu sungguh menyenangkan. Aku masih mengenakan baju hangatku meski cuaca sebenarnya sudah tidak terlalu dingin, dan kau yang sekonyong-konyong mengejarku untuk mengembalikan gantunganku yang terjatuh. Aku masih ingat, saat itu kau membawa sepeda tapi kau tidak menaikinya.

“Kau menjatuhkan ini,” katamu.

Ketika itu, aku terlalu polos hingga bukannya kata ‘terima kasih’ yang keluar, aku malah bertanya,

“Kau membawa sepeda, tetapi kenapa kau malah berlari?”

Lalu kau menoleh pada sepeda yang kau tuntun berlari dan kemudian meringis penuh ironi.

Detik berikutnya kita malah tertawa bersamaan. Itu adalah awalnya.

Obrolan kita kemudian tidak lagi sebatas kehiatan sekolah, namun juga bertambah merambah pada kehidupan sehari-hari kita.

Kemudian tanpa tahu sejak kapan, perasaan ini muncul. Namun, sepertinya kita saling sadar bahwa perasaan kita tidak bisa lagi dihitung dengan jarak antara trotoar jalan dan jalan pesepeda, kita tahu perasaan kita melampaui kedua hal tersebut.

Namun, entah bagaimana, tanpa kata kita menjaga agar semua tetap pada jalurnya yang biasa tanpa mau mengubah apa pun yang pernah kita buat sebelumnya, kita akan tetap saling diam dan memilih menyimpan rasa.

Hingga hari ini.

Kegiataan klub usai sekitar sepuluh menit yang lalu. Aku agak terlambat hari ini karena ketua klubku memberiku tambahan kegiatan ekstra, sungguh melelahkan menjadi komite sekolah seperti ini. Aku berlari-lari kecil di antara lorong-lorong yang mulai sunyi, sementara senja di ufuk barat mulai terbenam perlahan-lahan, dan aku … takut.

Takut kau sudah terlalu lama menungguku.

Setelah berhasil keluar dari gedung sekolah, aku berlari-lari kecil menuju parkiran sepeda. Biasanya kau akan menunggu di sana. Tetapi….

Kau tidak ada di sana.

Mungkin kau sudah pulang.

Atau kau tidak lagi menungguku.

Atau seperti kataku…

Kita tidak harus bersama.

Jalanan yang kulalui sore itu terasa amat panjang, pohon-pohon sakura telah berubah hijau kembali, cahaya matahari menyelinap di antara dedauan, bunga cosmos biru tumbuh di bawah pohon-pohon dan menghiasi sekelilingnya, sementara angin berembus menambahkan nyaman nuansa penuh harmoni yang mendamaikan. Lalu, suaramu memanggilku.

Kau mengayun sepedamu terlalu terburu-buru. Peluh membanjiri dahimu, dan tampaknya kau tidak berniat mengganti seragam olahragamu seperti yang biasa kau lakukan sebelum pulang sekolah. Bahkan, sepatumu pun kau gantungkan dengan asal-asalan di setang sepedamu.

Dan wajahmu… kau tampak cemas.

“Kupikir kau sudah pulang,” kataku.

Kau mengatur napasmu yang tersengal baru kemudian bisa menjawab.

“Maaf, aku agak terlambat,” Kau menghela napas keras-keras. “Ketuaku itu cukup menyebalkan,” gerutumu pelan.

Aku terkekeh. “Kupikir semua ketua memang ditakdirkan untuk menjadi menyebalkan,” sahutku riang.

Lalu kita kembali mengoceh tanpa arah yang terasa menyenangkan. Jalanan itu tiba-tiba berubah menjadi terang dan membahagiakan, udara yang kuhirup menjadi lebih segar, dan senja yang kulihat hari ini menjadi amat benderang; berkilau-kilau seperti permata musim panas.

Sementara itu, kita masih saja berada bersisian di dua jalan yang berbeda.

Aku melihat halteku berada di jarak lima meter di depan.

Ah, ini terlalu cepat, aku masih ingin lebih lama lagi bersamamu.

Aku melirik ke arahmu. Kau masih mengayuh pelan sepedamu di sisiku.

Tiba-tiba jantungku menjadi tidak karuan. Bagaimana ini?

“Em … libur musim panas akan segera dimulai,” katamu memecah keheningan.

“Ya.”

“Kemana kau akan menghabiskannya?”

“E-entahlah….”

Aku gugup. Ada nuansa takut ketika membayangkan aku tak bisa melihatnya selama liburan musim panas. Rasanya … seperti….

“Kalau begitu….”

Suara karet rem dan roda sepeda terdengar membuat telingaku ngilu, ketika aku menoleh, kau tidak lagi mengayunkan sepedamu, dan aku terpana.

Senja berwarna pink kemerah-merahan berkibar gagah di belakangmu, kau yang membelakangi senja tampak seperti lukisan, berdiri menghadang di hadapanku.

Jantungku semakin berdebar, kepalaku mendadak pusing, dan aku merasa jarak yang terbentang antara trotoar untuk pejalan kaki dan jalur sepeda itu tidak lagi ada dan tidak lagi bisa memisahkan kita

“Kau … ingin menghabiskan libur musim panasmu bersamaku?” tanyamu kemudian.

Kaleidoskop musim semi.

 

Juny 2, 2018 (23:49). :week  

guilherme-araujo-final-chibi-port-removebg-preview

-edited by @author9 Project Sairaakira

2 Komentar

  1. Suka..bisa buat aku senyum2 sendiri..Ttp Semangat berkarya ya ?????

    1. wkwkwk, makasih udah mau mampir (。’▽’。)♡