Vitamins Blog

Passionate Love ; 3. Valleno Strauss

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

20 votes, average: 1.00 out of 1 (20 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

 

 

Vince memasuki sebuah ruangan dimana seseorang terbaring tak berdaya selama dua tahun. Bunyi monitor vital sign menandakan bahwa pria yang terbaring itu masih hidup walau dalam keadaan koma.

“Tuan, anda datang?” Sapa seorang pria paruh baya bernama Benedict yang baru saja keluar dari ruang kerjanya yang memang tersedia di dalam kamar tersebut.

Selama dua tahun, Benedict selalu bekerja keras agar dapat membangunkan pria yang kini menjadi pasiennya. Valleno Strauss merupakan anak pertama di keluarga Strauss yang kemudian disusul oleh Vince Strauss. Keduanya memiliki tampang yang tidak jauh berbeda, namun Vallen harus mengalami koma panjang akibat sehabis perjalanan bisnis dua tahun lalu.

Vince hanya mengangguk kemudian berjalan mendekati Sang Kakak. Kedua tangannya berada di saku celana hitam panjangnya. Matanya menelisik tiap bagian dari tubuh Vallen yang luka-luka dengan tajam.

“Sadarlah dengan cepat atau aku akan membunuhmu sekali lagi!” Vince merasa tidak perlu berkata yang manis-manis dihadapan Sang Kakak. Ia tidak memperdulikan saran dokter yang mengatakan bahwa harus bercerita dan menambah kesan manis agar Vallen cepat bangun. Tidak! Vince merasa hanya membuang-buang waktu.

Jika Kakaknya ingin hidup maka dia harus berjuang sendiri. Namun, jika Kakaknya ingin mati, lebih baik dia cepat mati atau hanya akan membuang-buang tenaga dan waktu. Vince tidak pernah lagi memberikan ataupun merasakan kasih sayang karena hatinya sudah mati rasa. Ia tidak pernah peduli dengan orang-orang disekitarnya, mau orang itu meregang nyawa, kecelakaan, bahkan mati di depannya, Vince tidak peduli dan hanya akan melewatinya seolah tidak terjadi apapun.

Saat ini Vince hanya butuh satu kejelasan yang pasti dari Kakaknya, maka dari itu sedikit banyaknya ia berharap Kakaknya akan sadar dan menjelaskan hal tersebut padanya. Ia menghela nafas pelan lalu menatap pria paruh baya sebagai dokter pribadi Kakaknya dengan tajam.

“Pantau selalu keadaannya. Jika ada yang tidak beres, hubungi aku!”

Tanpa menunggu jawaban Sang Dokter, Vince beranjak keluar ruangan yang penuh dengan bau alat-alat medis.

***

“Bos, Mr. Takashi ingin mengajak kerjasama.” Gumam Daggel sambil membawa map berwarna hitam ke hadapan Vince yang saat ini sedang menyimpan senjata barunya yang baru saja di dapat dari Ley, sahabatnya yang gila. Ley memang dikenal dengan kegilaannya yang membunuh dan suka meminum darah dari mayat-mayat yang dibunuhnya.

Terkadang, Ley sangat ingin sekali mencicipi darah Vince yang menurutnya sangatlah lezat. Namun, Ley tidak akan pernah berani. Ia masih sangat menyayangi nyawanya.

“Kerjasama?” Vince memiringkan wajahnya menatap Daggel polos. Namun, kepolosan itu adalah ancaman. Itu menurut Daggel.

Daggel mengangguk dan berusaha bersikap tenang. “Kerjasama antar perusahaan. Bukan kerjasama antar barang dagangan.”

Vince menghentikan kegiatannya dan segera meraih map tebal berwarna hitam yang Daggel ulurkan ke hadapannya. Pria itu mulai membuka kontrak kerjasama dan membacanya. Setelah itu, dia tersenyum sinis, “Bajingan itu.”

Dengan susah payah Daggel menelan salivanya. Takashi termasuk orang yang berani karena telah mengajak Vince untuk berjumpa langsung di perusahaan milik Strauss. Bahkan, selama puluhan tahun perusahaan itu berdiri, tidak pernah sama sekali Vince mengunjunginya.

“Saya akan membatalkan kontrak itu jika anda mau.”

Vince menggeleng pelan. “Tidak. Kita butuh kontrak ini karena dia harus menjadi anjingku sebelum Leon melahapnya.” Kini Vince menatap Daggel dan bertanya. “Siapa sekretarisku saat ini?”

Perusahaan itu memang sudah jatuh ke tangan Vince semenjak Sang Kakak koma dan tidak sadar hingga sekarang. Sudah dua tahun ini, Vince selalu menyuruh Daggel untuk memantau perusahaan itu secara langsung karena Vince bukan orang yang suka membuang waktu dengan kertas, tapi dia adalah orang yang suka membuang waktu dengan senjatanya.

“Vanessa Caulfield, Bos. Dia orang yang cekatan, gesit dan juga sangat pintar. Bahkan saya sudah menyelidikinya dan tidak ada hal aneh yang saya temukan dari data dirinya.”

Vince mengangguk. “Baiklah. Hubungi dia dan suruh dia untuk mengatur jadwalku dengan Takashi.”

“Baik, Bos.”

***

Suara pria yang Willson tabrak dengan eskrimnya kemarin masih terngiang-ngiang di kepala mungil Vanessa. Ia berusaha mengingat siapa kiranya pemilik suara itu, namun semakin dirinya mencoba, ingatan itu seolah semakin jauh. Kenapa suara itu begitu familiar? Pikir Vanessa.

Helaan nafas Vanessa tidak berlangsung lama saat iphonenya kembali bergetar dan menampilkan nama Daggel disana.

“Ya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?”

“Maaf mengganggu waktu liburmu, Vane. Aku ingin menyampaikan pesan dari Bos besar bahwa dia akan mengunjungi perusahaan besok dan kau diharuskan untuk mengatur jadwalnya berjumpa dengan Takashi.”

Apa? Pemilik perusahaan akan berkunjung? Vanessa tidak salah dengar, bukan?

“Vane, kau masih disana?”

“Ah maaf. Baiklah, aku akan mengaturnya.”

“Terimakasih, Vane.” Setelahnya panggilan itu tertutup.

Vanessa masih tidak percaya jika pemimpin perusahaan itu akan datang besok hanya untuk berjumpa dengan Takashi. Ah, bisa dipastikan Takashi ini adalah orang penting dan Vanessa harus menyelidikinya. Ia menelepon seseorang yang bertugas sebagai hacker untuk mencuri data-data penting dan mencari tahu siapa Takashi itu.

“Ya, C009?”

“Tolong retas semua data milik Takashi dan segera kirimkan melalui email pribadiku.”

“Baik, C009. Tunggulah dalam tiga menit.”

Vanessa segera mematikan sambungannya dengan agen K008. Dia tidak pernah meremehkan K008 yang bertindak sebagai hacker dan kali ini Vanessa memintanya untuk melakukan web-spoofing. Tak lama kemudian, dia mendapat semua data milik Takashi yang ternyata memiliki dana kotor yang cukup besar dan menyangkut dengan seorang perdana menteri yang sedang berjabat di negara ini. Lalu, apa ini ada hubungannya dengan Mr. Strauss? Pikir Vanessa.

Kali ini, Vanessa tidak boleh gagal lagi. Sudah cukup dia menjadi sleepers di perusahaan ini. Sleepers yakni seorang agen yang berbaur layaknya karyawan biasa. Pada mulanya, sleepers memang tidak langsung bekerja sebagai agen rahasia, para sleepers akan mencari pekerjaan yang berkaitan dengan tujuan misinya dan Vanessa berhasil masuk ke perusahaan ini hanya untuk mencari data penting dan melihat wajah dari si pemilik perusahaan dan dengan begitu, dia akan mudah untuk melaporkan semuanya kepada A001, Sang Pemimpin tertinggi. Dan setelah semuanya selesai, Vanessa akan bebas dari masa bertugasnya sementara dan akan meminta cuti untuk berliburan bersama Wilson.

Tbc.

1 Komentar

  1. trs klo mereka ketemu apa yg akan terjadi? apakah akan ada pembalasan dendam? :PATAHHATI :PATAHHATI