by Chris

Candu

9 Februari 2020 in Vitamins Blog

7 votes, average: 1.00 out of 1 (7 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Mencintaimu adalah candu seperti halnya narkoba, efekmu sangatlah kuat dalam diriku, sulit bagiku untuk bisa melepasmu, walaupun ku tau kau terlalu menyakitkan untukku, kau pasti akan membuat diriku sakit untuk yang kesekian kalinya, namun apalah dayaku, hati ini begitu menginginkan dirimu

Seberapa keras pun aku meyakinkan diriku bahwa kau bukan yg terbaik untukku, tapi hati ini selalu menginginkanmu.. Aku rapuh karenamu.

Terlalu jauh aku melangkah hingga tak tau arah untuk kembali, kembali ke keadaan semula, keadaan dimana aku terbiasa tanpa siapapun, sekarang aku terjebak di jalan yang bahkan aku pilih sendiri, yang aku pikir bahwa jalan itu yang terbaik namun nyatanya tidak, banyak rintangan yang aku hadapi, sekarang aku tak bisa kembali, sudah terlalu jauh aku melangkah

Bahkan hatiku pun masih bergetar kala menerima pesan darimu

by Chris

suara hati untuk sang juwita

24 Agustus 2017 in Vitamins Blog

22 votes, average: 1.00 out of 1 (22 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Aku masih ingat suara itu,
suara yg selalu menegurku,
“Yoga bangun udah siang ih”
kata itu selalu terbayang setiap kali aku terbangun di pagi buta,

namun kini suara itu hanya tinggal cerita,

kebahagiaan di pagi hari kini telah hilang bersamaan dengan suara dan teguran yg telah jarang,

malampun aku hanya termenung sendiri
berteman bintang yang murung tak bersinar

berdoa yang hanya aku bisa
berharap hadirmu seperti dulu,

aku tak berharap status
yang aku harap hanya sikapmu yg dulu,
kita bisa tertawa bersama,
menangis bersama
saling menyapa,

tapi mungkin kau tak akan seperti itu lagi
kau telah berbeda
entah apa yg membuatmu berubah,

mengertilah perempuanku betapa aku terpuruk dan terjebak dalam cinta yg telah tulus untukmu,

mungkin kau bosan dengan apa yg aku ucapkan
tapi semua ini apa adanya
dan aku lelaki yg tak bisa ingkari hati

Masih adakah rasa yang tersisa untukku wahai juwitaku

by = -saefuladha-

by Chris

SOMEDAY – Dua

16 Juli 2017 in Vitamins Blog

21 votes, average: 1.00 out of 1 (21 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

maafkan sebelumnya kalo absurd, maklumin yak hehe  :lol: 

============================================

Jendela kamar terbuka, membuat seluruh ruang kamarku menjadi terang, silau mentari dan suara lembut mamah membangunkanku pagi ini

“Bangun Sha bangun udah pagi nanti telat lho ke sekolahnya..!”

“Iya maaah ini aku udah bangun..” ucapku lemas dengan mata masih setengah terpejam,

dan aku coba bangkit dari kasurku untuk mengawali hari di pagi yang cerah ini meski semalam aku tidur jam sembilan tapi rasanya masih kurang buat menghilangkan rasa lelah dari tubuhku akibat ke toko buku kemarin. Yahh karena kemarin kami bertiga jalan-jalan ke mall setelah puas memborong buku.

“Yaudah cepetan, mamah tunggu di meja makan yaa..”

“Iyaaa…” setelah memastikan bahwa aku benar-benar sudah bangun mamah pun berlalu dari kamarku menuju meja makan.

Aku mematut didepan cermin, aku mengikat rambut kuncir kuda, menatap diriku dalam cermin dari ujung kaki sampai ujung rambut dan rasanya udah lengkap, aku menyambar tas langsung bergegas keluar kamar menuju meja makan.

“Sha sarapan dulu..” panggil mamah ketika aku menuruni tangga dengan setengah berlari menuju meja makan.
Aku langsung duduk di kursi sebelah mamahku, menyambar roti isi selai nanas kesukaanku buatan mamah,

kebetulan papahku sedang berada di luar kota karena ada proyek yang harus di selesaikan, kalo kakakku, dia lagi kuliah di Melbourne, Australia.

Jadi di rumah cuma ada aku sama mamah, itu juga mamah sibuk dengan bisnisnya, untung aja dirumah ada mbak Lin yang selalu nemenin aku, dan ngerti apa yang aku mau.

“Sha kamu hari ini di antar jemput sama pak Kirno yah.. hari ini mamah nggak kemana-mana..” ucap mamah sambil mengolesi selai coklat di rotinya.

“Oke mah..” sahutku dengan mulut penuh roti dan mengacungkan jempol tanda setuju.. tentu aja aku senang di antar sama pak Kirno itu berarti aku nggak akan terlambat datang ke sekolah hehe..

*******************

Jam tujuh kurang sepuluh menit aku udah nyampe kelas. Well hari ini aku nggak terlambat.

Akhirnya . Hari ini aku mendapat giliran duduk di samping Puji padahal sih aku ingin setiap hari duduk di samping Puji

tapiiii.. apa boleh buat pak Tito wali kelasku mengharuskan duduk rolling setiap minggu katanya sih biar bisa bersosialisasi dengan teman yang lain padahal kalo sama Puji aku bisa nyerocos panjang lebar kalo gurunya lagi nggak asik dan juga bisa nanya-nanya kalo lagi ulangan hehe..

Bel berdering menandakan KBM sudah di mulai. Semua murid segera duduk di kursinya masing-masing dan menyiapkan buku yang akan di pelajari.

“Selamat pagi” sapa pak Tito berjalan memasuki kelas disusul dengan pak Yono Wakasek kesiswaan dan siapa itu yang ada di belakang pak Yono.

Aku melongo melihatnya, ngapain dia ada disini di sekolahku dan sekelas denganku, wajahnya tidak asing lagi bagiku “Al..di..?” ucapku berbisik masih melongo dan heran melihatnya dan yup!! aku kenal,

dia adalah Refaldi Bagas Stevano teman semasa SD ku.. aku menggeleng-gelengkan kepala tersadar dari lamunanku berharap itu cuma mimpi atau apalah yang penting ini bukan kenyataan, aku mencubit pipiku, auu.. sakit, ternyata bukan mimpi ini kenyataan bahwa Aldi datang lagi.

eh salah..salah dia bukan temanku tapi lebih tepatnya dia adalah musuhku. Aku dan Aldi bermusuhan sejak SD kami berdua bersaing merebutkan juara kelas dari kelas satu sampai kelas lima dan tiada hari tanpa aku dan Aldi bertengkar.

Kami berdua selalu memperdebatkan tentang perbedaan pendapat diantara kami, kami berdua bersikukuh mempertahankan pendapat masing-masing merasa yang paling benar, kami juga selalu berebut untuk mendapatkan perhatian guru.

Bahkan kami bertengkar bukan dalam pelajaran saja tapi dalam segala hal kita selalu bertengkar.

Terkadang kita juga dapat teguran dari kepala sekolah karena kita berdua sudah keterlaluan nakalnya hihi…

saat kelas lima SD aku bersyukur karena dia harus pindah mengikuti ayahnya yang dipindah tugaskan ke Bandung. Rasanya aku merasa tidak akan ada saingan lagi dalam hidupku namun kenapa sekarang dia datang lagi sih huh..

“Sha..Sha liat deh itu ganteng banget Sha..” kata-kata Puji menyadarkanku dari pemikiran tentang Aldi, apaan sih ini Puji, ngeliat cowo bening dikit langsung heboh.

“Ehh.. apaan sih biasa aja juga..” jawabku ketus masih nggak terima mengapa dia kembali lagi.

“Mata lo kemana sih? Orang ganteng gitu dibilang biasa aja..” balas Puji yang sewot dengan tanggapanku yang ketus.

Memang sih kini wajah Aldi sudah berbeda dia kini tampan dan wajahnya lebih dewasa dan tampilannya yang cool membuat dia jadi menarik dan parasnya menunjukkan bahwa dia itu anak pintar seperti dulu. Aku menggeleng mengerjapkan mata menyadar- kanku dari pikiran tentangnya.

“Oke anak-anak kita kedatangan siswa baru dia pindahan dari Yogyakarta. Semoga kalian bisa bekerja sama dengan baik. Oke Aldi silahkan mempekenalkan diri!” ucap pak Yono memberi pengumuman bahwa ada siswa baru di kelasku, dan mempersilahkan Aldi memperkenalkan diri.

“Halo.. salam kenal nama saya Refaldi Bagas Stevano, teman-teman panggil saja saya Aldi, saya pindahan dari Yogya alasan saya pindah karena ayah saya di pindah tugaskan. Mohon bantuannya yaa..” seusai perkenalan tak sengaja mata kami bertemu, spontan aku langsung mengalihkan perhatianku, namun terlihat dari ekor mataku dia terus memandangi aku, semoga dia nggak ngenalin aku.

“Oke Aldi silahkan duduk di bangku yang kosong, anak-anak bapak tinggal dulu yaa dan bantu Aldi untuk beradaptasi disini.”

Setelah memastikan Aldi duduk di kursi, pak Yono pamit meninggalkan kelas. Dan sial dia duduk bersebelahan dengan mejaku. Dia terus menatapku sinis entah apa yang dia fikirkan. Aku salah tingkah dibuatnya, aku nggak tahu harus kayak gimana didepannya.

“Sudah nanti lagi ya berkenalannya, sekarang kita lanjutkan apa yang sudah di bahas minggu kemarin.” Ucap pak Tito yang menyudahi para cewek di kelasku yang berebut berkenalan dengannya.

Sementara pak Tito menjelaskan materi panjang lebar yang biasanya aku fokus memerhatikan pak Tito yahh karena kimia adalah mata pelajaran favoritku tapi hari ini mendadak aku salah fokus karena memikirkan Aldi yang aku tak menyangka dia bisa ada di sekolahku sekelas pula huft..! perang dimulai..

********************

“Sha Aldi itu ganteng banget ya Sha, gue kayaknya fall in love deh sama Aldi, Sha” sepanjang koridor menuju kantin Puji terus-terusan memuji Aldi sampe panas telingaku mendengarnya.

“Ih apaan sih Ji orang muka pas-pasan gitu kok dibilang ganteng, pake banget lagi iyuh banget lebay tau nggak sih lo.” Omelku yang kesal dengan ocehan Puji tentang Aldi

“Yaudah cepetan yuk Lulu nanti ngamuk nunggu di kantin kelamaan” lanjutku tak memedulikan Puji yang sedari tadi ngoceh mulu,

aku nggak suka kalo dua sahabatku ini dekat dengan Aldi, aku nggak akan ngebiarin mereka dekat dengan Aldi.

Setelah melihat Lulu, Puji langsung menghambur menuju meja yang ditempatin Lulu karena dia tidak sabar ingin menceritakan tentang Aldi pada Lulu

“Luluuuu tau gak sih??” Puji langsung duduk di hadapan Lulu, aku mengekor dibelakang Puji dan duduk di sampingnya, aku mengangkat tanganku memanggil bu Mur si ibu kantin biru.

“Ada apaan sih lo girang banget?” respon Lulu dengan ekspresi wajah penuh tanya.

“Tau nggak sih di kelas gue ada murid baru, namanya Aldi, tau nggak orangnya ganteng bangeeet.. terus—“

“Gantengnya nggak pake banget kaleee.. biasa aja” belum sempat Puji menyelesaikan kalimatnya aku memotongnya dan berhasil membuat Puji sewot.

“Apaan sih lo Sha nggak suka banget kayaknya sama Aldi, sejak Aldi masuk kelas kayaknya lo nggak bersemangat banget buat belajar, banyak ngelamun lagi.. kenapa sih lo??” omel Puji nggak terima dengan ucapanku tadi,

aku mendengus kesal dan akhirnya memutuskan untuk bercerita, aku memasang aba-aba bahwa aku akan bercerita sesuatu lalu mereka juga memasang aba-aba untuk mendengarkan.

“Kalian tau nggak musuh bebuyutan gue waktu SD??” mereka mencoba mengingat-ingat lalu menangguk

“Yang kita selalu bersaing sama ranking di kelas yang pernah gue ceritain dia itu tuh ya Aldi anak baru yang sekelas sama gue sekarang” kataku dengan agak ketus.

“HAH…??!!” jawab mereka kompak dengan ekspresi wajah tidak menyangka dan kaget, aku meresponnya dengan menopang dagu pada kedua tanganku.

“Tapi dia keliatan baik kok Sha, ganteng, mancung, tinggi, cool lagi terus kata lo pinter ,aduuh perfect banget deh, kayaknya seneng banget ya yang jadi pacarnya, dia udah punya pacar belum yaa? gue mau daftar jadi pacarnya, selingkuhan juga gak papa deh..” ucap Puji sambil kedua tangan menopang dagu dengan tatapan mata menerawang, tak peduli dengan apa yang pernah aku ceritakan dulu.

“Idiih apaan sih lo Ji awas ati-ati ntar kalo ketinggian pas jatoh tuh rasanya sakit banget..” jawabku ketus karena nggak suka dengan hayalan Puji yang pastinya aku nggak akan setuju kalo Puji jadian sama Aldi,

dia itu kan musuh aku dan selamanya akan jadi musuh.

“Udah.. udah kayak gitu ajah di ributin yang mana sih orangnya gue jadi penasaran sama si Aldi itu,?” ucap Lulu penasaran dengan Aldi yang katanya perfect dimata Puji.
“Yaudah nanti lo ke kelas gue aja kalo mau liat orangnya oke.. lagian lo juga mau minjem buku PR kimianya Alesha kan? ” jawab Puji penuh semangat..

**********************

Setelah dari kantin kami bertiga masuk ke kelasku aku langsung menuju bangku ku yang letaknya baris ketiga dari pintu kelas dan shaf ke tiga dari depan di ikuti oleh Lulu, dan Puji tentunya dan mengambil buku yang di pesan oleh Lulu tadi, mereka yang begitu masuk kelas langsung membicarakan Aldi dan Puji menunjuk-nunjuk orangnya, aku tak memedulikan mereka aku hanya fokus mencari-cari buku dalam tas.

“Nih bukunya besok jangan lupa di bawa ya soalnya besok ada pelajarannya!”

aku menyodorkan buku kimia yang di pesan sama Lulu. Ia menerima melirik sekilas lalu fokus lagi dengan Aldi.

“iya iya bawel deh lo Sha, eh Sha Aldi ternyata ganteng juga yah.. hihi gue pengen deh pindah kelas kesini biar ketemu Aldi tiap hari” komentar Lulu setelah melihat wajah Aldi yang tampan, setelah Puji memberitahu sosok Aldi pada Lulu.

Memang benar sih apa yang dibilang Puji kalo Aldi itu perfect dan wajar lah kalo cewek-cewek banyak yang ngefans sama Aldi.

“Inget.. prinsip!” kataku mengingatkan

“Iya udah lo pindah ajah kesini”.

Aku terkesiap begitu mendengar kalimat itu dan aku mematung setelah melihat siapa orang yang berbicara tadi, dia mendekati kami dengan senyuman yang lebar dan gigi putih yang rapi membuat cengirannya berhasil menyihir dua sahabatku ini sehingga mereka mematung terpesona,

aku nggak percaya kalo tadi yang berbicara adalah dia karena tadi nada bicaranya terkesan ramah dan Aldi yang selama ini aku kenal nggak ada kesan ramahnya sama sekali.

“Hai kenalin nama gue Refaldi panggil aja Aldi”

setelah sampai dihadapan kedua sahabatku ini Aldi langsung memperkenalkan diri seolah dia meyakinkan pada dua sahabatku ini bahwa dia nggak seburuk apa yang aku ceritakan padanya. Memang dia sekarang terlihat lebih dewasa.. tapi well dia tetap Aldi yang dulu yang selalu narsis ewwwhh..

“Eh iya nama gue Puji” Puji langsung menyambut uluran tangan Aldi begitu Aldi menyelesaikan kalimatnya.

“Kenalin nama gue Lulu” Lulu juga nggak mau kalah dengan Puji, Lulu langsung menyambut uluran tangan Aldi yang ditujukan kepadanya.

“Hai Ale, are you remember me??” dia mengangkat sebelah alisnya mencoba mengingatkanku pada sosoknya. Lalu mengulurkan tangan.

“Yeah, I still remember you! And stop call me Ale” jawabku sinis tanpa membalas uluran tangannya dan malah melipat tanganku didada.

“Ayolah Ale jangan galak gitu ah, come on apa salahnya sih kita baikan, kita sekarang bersaing secara sehat aja lah jangan berantem-berantem kaya dulu lagi” ucapnya dengan nada datar dan aku menangkap tidak ada rasa tulus yang baru saja dia ucapkan.

“Nggak, apaan sih lo.. gue nggak akan kemakan sama omongan lo tau nggak?!”

Bel berdering dua kali menandakan bahwa jam istirahat telah berakhir Lulu pun segera meninggalkan kelasku begitu juga dengan aku, Puji, dan Aldi kami tidak melanjutkan percakapan kami lagi begitu bel berbunyi tapi aku yakin kalo tadi bel nggak berbunyi akan ada adu mulut yang takkan pernah ada ujungnya,

tapi well aku yakin hal itu akan terjadi next time.

============================

vote and comment yaa  :-)

-ddchrsmylndr-

by Chris

SOMEDAY – satu

3 Juli 2017 in Vitamins Blog

12 votes, average: 1.00 out of 1 (12 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Semoga pada suka yaa ama ceritanya

===========================

Berulang kali aku melirik jam tangan putih yang melingkar manis di pergelangan tanganku,

sekarang waktu menunjukkan pukul enam tiga puluh tetapi angkot jurusan sekolahku belum juga terlihat,

“Kalo angkot nggak nongol-nongol bisa-bisa gue telat ke sekolah nih, aduh gimana dong” omelku dalam hati.

Akhirnya tuh angkot nongol juga, aku langsung menaiki angkot itu berdesak-desakan dengan penumpang lain, jelas aja berdesakkan karena dari tadi aku dan juga penumpang lainnya menunggu selama lima belas menit di halte depan kompleks rumahku.

Dari ujung jalan sekolah, aku berlari sekencang-kencangnya supaya nggak terlambat, aku berharap semoga pak Wawan satpam sekolah belum menutup gerbangnya dan aku selamat dari hukuman pak Iskan yaitu wakasek kesiswaan di sekolahku,

iihh… ngebayanginnya ajah udah begidik ngeri kalo sampai kena hukum.

Aku melirik jam tanganku sekarang waktu menunjukkan pukul enam lebih lima puluh Sembilan menit dan itu artinya satu menit lagi gerbang sekolah akan di tutup.

Aku masih berlari berharap akan sampai dengan tepat, karena jarak dari ujung jalan menuju sekolahku cukup jauh.

Ketika akhirnya sampai di sekolah dengan nafas terengah-engah aku memasuki gerbang sekolah yang sudah hampir tertutup itu,

setelah lolos dari gerbang sambil berjalan menuju ruang kelas XII IPA 4 aku mengatur pernafasan ku setelah berlari cukup jauh.

Suasana kelas yang riuh membuat kepalaku pusing akibat berlari tadi, tiba-tiba suasana kelas mendadak hening, hampir aja aku ketahuan kalo aku telat bisa gawat kalo ketahuan fyuh..,

pak Tito guru kimia sekaligus walikelas di kelasku memasuki kelas menandakan dimulainya KBM.

“Selamat pagi anak-anak” sapa pak Tito dengan logat jawa Yogyanya.

*****************

“Sha.. kantin yuk..?”

Aku mendongak mencari tahu siapa yang mengajakku setelah tahu itu Puji sahabatku, aku menunduk kembali memfokuskan untuk merapihkan meja

“Iya bentar beresin meja dulu.. berantakan banget.”

Jelas berantakan tadi mata pelajaran seni budaya kerjaannya gunting-gunting kertas koran untuk membuat sebuah miniatur, sungguh melelahkan.

“Yaudah cepetan Sha kasihan tuh si Lulu udah nungguin kita di kantin, sendirian..” Omel Puji dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

Oh iya.. Namaku Alesha Reeshma Syailendra, kedua orang tuaku yaitu Raihanna setiawan dan Ruddy Syailendra, orang-orang biasa memanggilku Alesha, tinggi badanku cuma 159 cm itu yang membuatku terkadang kurang pede, ya secara rata-rata anak seumuranku itu kan 165 cm jadi biasanya aku ngerasa paling pendek diantara teman-temanku.

yahh.. walaupun banyak sih yang lebih pendek dari aku. Rambutku panjang dan ikal kecoklatan. Hidungku yang mancung dan kulit yang cerah alami.

Aku sekolah di SMA Mentari Bakti, sekolahku itu sekolah bertaraf internasional. Guru-gurunya kiler-kiler lho.. jadi harus siap mental kalo sekolah disini.

karena sekalinya ngasih tugas wuuidiihh… bikin orang telerr.. bayangin yang libur empat hari aja untuk tugas mata pelajaran matematika itu mengerjakan enam puluh soal essay belum lagi ngerangkumnya empat bab, itu baru matematika ajah lhoo belum untuk mata pelajaran yang lain.

“Duuhh.. Sha lo jalan lama banget sih buruan doong udah laper nih.!” Omel Puji sambil menarik tangan kiriku.

“Ih sabar napa Ji.. gue lagi liat fashion keluaran baru nih, modelnya keren-keren, liat deh..” aku menjulurkan gadget yang ada di tangan kananku. Tapi Puji malah menepis tanganku nggak peduli dengan apa yang sedang aku tunjukkan padanya.

Aku emang selalu update kalo tentang fashion, aku putuskan memasukkan gadgetku dalam saku rok, lalu fokus berjalan menuruni anak tangga sebelah kelasku kemudian melalui tiga kelas di lantai satu udah deh nyampe di kantin, kalo dari kelasku emang nggak perlu waktu lama untuk nyampe ke kantin.

Aku dan Puji celingukan nyari seseorang yang udah nunggu kami dari tadi

“Puji, Alesha gue disini ..” sapa Lulu melambaikan tangannya, lalu kami menghambur padanya dan duduk dikursi yang udah di tempatin sama Lulu,

“Mau pesan apa neng?” Tanya bu Mur si penjaga kantin biru,

kantin biru adalah kantin favorit kami bertiga biasa disingkat kanbir kami memilih kanbir karena dekat dengan kelas, disini selain tempatnya yang nyaman makanannya juga enak-enak dan terjangkau, penjaga kantinnya juga ramah-ramah,

di sekolahku ini ada empat kantin yaitu kantin tengah, kantin biru, kantin hijau dan kantin merah.

“Aku ketoprak jangan pake cabe terus kerupuknya sedikit aja ya bu..” aku emang nggak suka pedas walopun itu hanya saus, kecuali saus tomat.. hehe..

aku celingukan melihat ke seluruh penjuru kantin, seperti biasa kali aja ada sesuatu tapi kali ini nggak ada, aman-aman aja seperti biasa.

” Kalo aku mie yamin ajah bu nggak pake sayuran..”, Puji emang nggak suka sayuran katanya sih sayuran itu pahit dan nggak enak, aku heran sama nih anak sayuran kan sehat,

heuh coba kalo dirumah, mamah nggak akan biarin aku tidak menyantap sayuran, sayuran itu makanan wajib kalo dirumah, tapi well aku suka kok sama sayuran, suka banget malah.

“Lu, lo pesen apa?” Tanya Puji

“Gue udah pesen tadi Ji, pesan mie goreng , eh kalian kok lama banget sih jadi gue pesen duluan ajah, laper tau..” jawab Lulu yang sedang mengaduk-aduk pop ice nya dengan wajah cemberut dan tangan kiri menopang dagu karena bete menunggu kami berdua.

” Ya itu tuh temen lo si Alesha jalannya lama gara-gara liatin produk fashion terbaru.!” jawab Puji mengedikkan kepalanya ke arahku menyalahkan, ada penekanan pada kata “fashion”

“Ah kebiasaan banget sih lo ih nyebelin..”

“Iya-iya maaf dong, hehe..” jawabku sambil tertawa malu.

“Eh iya tadi lo kenapa ko tadi pagi datengnya telat sih Sha?” tanya Puji mengganti topik pembicaraan.

“Ya ituh gara-gara angkotnya nggak nongol-nongol, gue nungguin angkot sampe lima belas menit gimana ga telat, untung aja tadi pak Tito belum masuk kelas, kalo udah ada di kelas bisa mampus gue kena hukuman sama pak Tito..” aku menjawab dengan nada bete. Lalu menopang dagu pada tangan kananku.

Pesananku udah datang karena aku udah laper banget aku langsung menyantapnya tanpa menunggu pesanan mereka dateng.. jahat ya aku ini

“Lo nggak setia kawan banget sih Sha, kita belum makan, lo udah makan duluan..” protes Lulu memandangiku heran melihat cara makanku yang kayak orang yang belum makan tiga hari, Puji juga melongo melihatku.

“Bodo, gue udah laper banget.. kalian juga sih pesen makanannya yang di bikinnya lama.. haha..” jawabku dengan mulut penuh dan nada gembira mengejek.

*****************

Bel berdering tiga kali menandakan KBM telah berakhir, sekarang pukul setengah tiga sore, hari ini adalah jadwal kami pergi ke toko buku,

kami bertiga emang hobby banget mengunjungi toko buku, kami ke toko buku setiap dua minggu sekali buat ngeborong buku favorit kami,

yaah kami bertiga emang selalu ngehabisin uang bulanan cuma buat beli buku lho..

“Sha sekarang kita jadi kan ke toko buku,..?” Tanya Puji yang sambil memasukkan buku pelajaran ke dalam tas biru mudanya

“Iya jadi kok, gue udah nggak sabar mau ngeborong novel.. haha” sahutku yang asyik mengotak-atik gadgetku.

“Sha, Ji buruan nanti keburu sore, gue nggak boleh pulang malem hari ini..” celetuk Lulu yang tiba-tiba datang dari balik pintu kelas.

“Yaudah yuk..” sahutku sambil melirik jam tanganku.

Sumpah deh diantara kami bertiga yang paling kritis tuh ya Lulu, yang bernama lengkap Lulu Nissa Ibrahim, dia juga yang selalu ceramahin aku dan Puji,

Lulu itu udah seperti ibu bagi kami hehe.. Lulu punya mata yang sipit, rambut hitam yang ikal sebahu, tubuhnya kurus nan tinggi bagaikan model, tingginya 165 cm dengan tubuhnya yang ideal maka dari itu banyak para lelaki yang mengincarnya,

tapi yah gitu deh si Lulu dia tetap saja menutup hatinya untuk para pria walopun aku tahu banyak pria yang tulus dengannya. Tapi dia tetap memegang prinsipnya.

Nahh.. kalo Puji dia bernama lengkap Puji Sri Astuti Wulandari, matanya sipit, mukanya bulat, pipi tembam, rambut lurus, hidung mancung.

Nggak heran kalo orang selalu memanggilnya dengan sebutan cibun yang berarti cina bundar hehehe, padahal dia nggak ada keturunan China sama sekali lho.. dia keturunan asli jawa. Entah dari mana dia bisa berparas China.

Puji itu pemain basket bahkan dia udah tembus provinsi cita-citanya adalah jadi pemain basket internasional doakan aja amiinn…
Kami bertiga sahabatan udah lima tahun tepatnya dari SMP kelas delapan,

karena waktu kelas delapan kami satu kelas dan setelah lulus kami berjanji akan selalu sama-sama, lalu kami memutuskan untuk satu sekolah dan bersekolah di SMA Mentari Bakti ini.

To be continued… 

=============================

-ddchrsmylndr-

by Chris

SOMEDAY – prolog

3 Juli 2017 in Vitamins Blog

13 votes, average: 1.00 out of 1 (13 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

HAPPY READING ??

******************

“heh! Maksud kamu apasih nempelin permen karet di kursi aku?”

“hah… yang ada juga aku yang nanya sama kamu! Maksud kamu apa kemaren masukin kecoa di dalem tas aku hah?!”

Para siswa dikelas memperhatikan pertengkaran dua bocah itu dengan serunya, ada yang ikut marah, ada yang mengabaikan, malah ada yang menjadikannya taruhan.

Hampir setiap hari mereka bertengkar dalam hal apapun, sehingga siswa lain pun sudah terbiasa melihat pertengkaran mereka berdua.

“ALESHA.. REFALDI..” sontak teriakan itu menghentikan pertengkaran dua bocah itu.

yahh.. siapa lagi kalo bukan ibu Ana yaitu guru BK disekolah mereka “ayo ikut ibu ke ruang BK!”

Sesampainya diruangan BK, mereka duduk di sofa tamu tanpa dipersilahkan, karena mereka sudah hafal betul apa yang akan mereka terima di dalam ruangan yang cukup nyaman itu.

“apalagi sekarang yang kalian ributkan?” selalu dan selalu itu yang akan ditanyakan pertama kali saat di ruangan ini.

Ibu Ana pun lelah, bahkan bosan karena hampir setiap hari dia meladeni dua bocah yang pintar itu, bukan hanya pintar dalam akademik, tapi juga pintar dalam pertengkaran.

“ini bu, Alesha, dia nempelin permen karet di kursi saya bu, jadinya celana saya kena permen karet bu dan gak bisa ilang” keluh Refaldi dengan nada kesal, menunjuk Alesha.

“yeee enak aja! Kamu duluan tau, kamu siapa suruh masukin kecoa di dalam tas aku sampe aku nangis, dia duluan bu, bukan saya!” ucapnya yang juga tak mau kalah.

“sudah-sudah, ibu nggak tahu harus melakukan apa untuk menghentikan kalian bertengkar, ibu bosan karena hampir setiap hari melihat kalian ribut, memberi hukuman sudah, melaporkan pada orang tua kalian juga sudah. Ibu nggak tahu harus berbuat apa sekarang” tuturnya, terlihat putus asa.

Dia memberi jeda hendak meneruskan, mereka berdua hanya menunduk mendengarkan ibu Ana yang sedang memberikan ceramahnya.

“kalian ini anak-anak berprestasi, kalian selalu menjuarai lomba, kalian adalah murid terbaik di sekolah ini, tapi kenapa sih kalian itu selalu meributkan hal-hal yang tidak penting, kalo mau bersaing ya bersainglah secara sehat jangan saling menjatuhkan, mengerti?” mereka hanya mengangguk mendengarnya.

*******************

“Mamaaahhhh” Alesha berlari ketika mendapati mamah-nya sedang menonton tv.

Alesha duduk disamping mamah-nya lalu memeluknya.

“ihh gausah teriak-teriak napa sih, mamah denger tau?”

“mah tau nggak?”

“iya kenapa? Kok anak mamah cemberut gini, jelek tau?” Raihanna-(mamah Alesha) mengangkat wajah Alesha untuk menatapnya, Alesha balas menatap Raihanna.

“Mah masa aku dihukum suruh nulis kalimat ‘aku tidak akan mengulanginya lagi’ sebanyak 50 kalimat mahh” keluhnya, mengeratkan pelukannya pada sang mamah.

Sang mamah membalas pelukan Alesha, mengusap punggung anaknya, mamahnya sudah hafal betul dengan kelakuan anaknya.

Hampir setiap hari juga ia mendapat laporan tentang pertengkaran anaknya, terkadang dia kesal pada Alesha, namun dia selalu menanggapinya dengan senyuman, dan menganggap itu hal yang wajar, dikarenakan Alesha yang masih berumur sebelas tahun itu masih labil akan emosi, sang mamah hanya mampu menasihati anaknya.

“hhmmm pasti kamu ribut lagi ya sama Aldi?” sang mamah terkekeh pelan, Alesha hanya mengangguk sedih.

“alaaahhh kamu mah emang kerjaannya ribut mulu sama si Aldi gada kapok-kapoknya”

“ihhh,, apaan sih nyamber aja jadi orang” Alesha memanyunkan bibirnya.

“ehh Leon udah pulang? Tumben jam segini kamu udah pulang?”

Leon pun duduk di samping kanan Raihanna, lalu memeluknya.

“ih mamah bukannya seneng Leon pulang cepet malah di ejekin gimana sih?”

“ya habisan kakak sih kalo pulang sore terus, main aja kerjaannya” Alesha menimpali.

“ihhh udah ahh kalian tuh ribut terus, udah sana ke kamar kalian ganti baju habis itu makan yah, mamah udah siapin makan siang buat kalian,”

dua saudara itu hanya mengangguk, melepas pelukannya dari sang mamah, lalu menghambur pergi.

Terdengar suara-suara dua saudara itu, sang kakak yang jahil dan sang adik yang marah akan kelakuan sang kakak.

“ihh kakak diem ah, sakit tau”

“kamu cemen banget sih gitu aja sakit”

“awas aja aku kejar kakak nih”

“coba aja kalo berani weeee”

Seulas senyum tersungging di bibir wanita berusia tiga puluh enam tahun itu, mendengar keributan dua bocah kakak beradik yang melengkapi kebahagiannya,

dia merasa sempurna sebagai seorang wanita, dikaruniai dua anak, suami, dan kehidupan yang berkecukupan.

*********************

Ibu Rena selaku guru wali kelas di kelas lima ini mengakhiri pelajarannya. Semua siswa sibuk membenahi buku yang terletak diatas meja, dan menggantinya dengan buku pelajaran yang lain.

Ibu Rena berdiri di depan kelas, meminta perhatian seluruh siswa. Seluruh siswa menghentikan aktivitasnya dan memperhatikan ibu Rena yang tampak serius.

“anak-anak, ibu punya pengumuman” ibu rena memberikan jeda sejenak.

“ada salah satu teman kalian akan pindah sekolah”

Detik berikutnya, seluruh siswa sibuk berbisik-bisik bertanya-tanya siapa yang akan pindah sekolah. Tampak Aldi hanya diam menunduk di bangkunya.

Seorang siswa mengacungkan tangannya. “siapa bu yang pindah?” seru Dodi, sang ketua kelas.

Ibu Rena menghampiri Aldi, dan meminta Aldi untuk maju ke depan kelas.

seluruh siswa hening, seluruh mata tertuju pada Aldi tak terkecuali Alesha.

“ya anak-anak hari ini adalah hari terakhir Aldi bersekolah disini” ibu Rena memberi isyarat pada Aldi untuk berbicara.

Aldi masih menunduk, sebenarnya Aldi nggak mau pindah sekolah, karena ia sudah sangat nyaman berada disini. Seluruh siswa hening, tampak sedih mendengar hal itu.

“yeeeey”

di tengah keheningan, terdengar suara sorakan gembira bocah perempuan. Sontak seluruh siswa memperhatikan bocah itu. Merasa jadi pusat perhatian, dia hanya tersenyum malu.

“Alesha, kenapa?” tanya ibu Rena.

“Alesha senang bu, nanti kalo Aldi pindah, Alesha nggak ada saingan lagi” Alesha tersenyum lebar. Tak ada sedikitpun rasa sedih yang dirasakan Alesha. Dia terlalu senang mendengar kepindahan Aldi.

Semua siswa sibuk berbisik-bisik, beda dengan Aldi yang tadi sedih sekarang memancarkan aura kemarahan pada Alesha.

Ibu Rena hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar hal itu. Ia sudah hafal betul dengan kelakuan anak didiknya.

********************

Saat yang di tunggu-tunggu oleh Alesha akhirnya tiba, yaitu pembagian rapor kelas lima semester dua yang artinya dia akan naik kelas enam

Alesha selalu menantikan saat pembagian rapot karena saat itu adalah saat dimana dia mengetahui siapa yang lebih unggul antara dia dan Aldi

Aldi dan Alesha yang sejak kelas satu sudah sering ribut, segala hal diributkan dari debat tentang pelajaran di kelas sampai ribut di kantin mereka rebutan makanan

Mereka selalu bersaing dalam hal apapun tak heran jika peringkat kelas mereka selalu berlomba lomba, peringkat satu dan dua pasti diisi oleh Aldi ataupun Alesha

Setelah kepindahan Aldi, Alesha menjalani hari-harinya dengan ceria seperti biasanya bahkan lebih ceria lagi

Alesha merasa kalau sekarang sudah tak ada saingan dan penghalang lagi jadi dia bisa leluasa dengan segala hal yang dia inginkan

Ibu Rena telah mengumumkan peringkatnya dan sesuai dengan harapan Alesha, Alesha meraih peringkat pertama di kelasnya

Seluruh siswa,  guru,  dan orang tua siswa pun sudah tak heran dengan itu,  mereka sudah terbiasa sehingga merekabpun tak berharap banyak pada anak-anaknya jika tak mendapat peringkat satu ataupun dua karena sudah pasti terisi oleh Alesha atau Aldi

Sekarang Aldi sudah pindah jadi peringkat kedua diisi oleh siswa lain, ada juga yang mensyukuri Aldi telah pindah karena peringkatnya bisa naik walaupun hanya satu tingkat

“Sha, kamu mau nonton apasih?  Kok channelnya di ganti ganti mulu?” tanya Raihanna menghampiri Alesha lalu duduk disamping anaknya

“Alesha bete mah,  channel nya gada yang asik,  gada yang seru” Alesha melempar remot tv nya lalu memeluk ibunya

“Sebulan lagi kan kamu mau UN, mending belajar kan?  Dari pada nonton tv? ”

“aku bosen mah belajar mulu, lagian sekarang kan Alesha udah gada saingan lagi,  Aldi udah gada jadi Alesha udah gausah capek capek belajar”

Raihanna hanya geleng geleng kepala mendengar hal itu,  sejak Aldi pindah Alesha jadi tak serajin dulu

“mah, Alesha mau tanya? ” Alesha kini melepas pelukannya

“tanya apa? ”

“Mamah tau gak,  kenapa Aldi pindah?  Terus pindahnya kemana? ”

setelah sekian lama Alesha baru menanyakannya, sejak dulu Alesha tidak memedulikannya

Tapi sekarang Alesha merasa kehilangan sosok Aldi,  karena sekarang sekolah jadi hambar tanpa Aldi,  gada yang ngajakin dia berantem lagi, dia pun jadi kurang semangat belajar karena sudah tak ada lagi saingan dikelasnya.

“cieee kepo yaa? ” goda Raihanna

“ih mamah serius, mamah pasti tau kan?  Mamah kan sama tante Vianna sering telfonan”

“Aldi itu pindah ke Yogyakarta, dia pindah karena ayahnya naik pangkat di tempatin disana” Raihanna menyentil hidung Alesha

Alesha hanya ber oh riaaa menjawabnya

************************

Alesha berhasil mendapatkan nilai UN tertinggi di kelasnya bahkan peringkat dua di kotanya nilai Alesha yaitu 29,3

Tapi entah kenapa Alesha kurang puas dengan hasilnya, ia merasa bahwa mendapatkan nilai tinggi sangatlah mudah dan semua orang iri dengannya

Tapi Alesha kurang bangga karena semua yang ia capai terlalu mudah didapatkan, tidak ada perjuangannya, dulu saat ada Aldi pasti ia sangat senang bisa mengalahkan Aldi,

dengan adanya Aldi dia jadi selalu berjuang, selalu termotivasi agar selalu bisa lebih unggul dari Aldi

“Alesha kangen kamu Al..” ucapnya tanpa Alesha sadari

To be continued…

========================

Haii ??

Don’t forget vote and comment yaa yaa..

Thanks ❤

by Chris

Hurt

28 Maret 2017 in Vitamins Blog

Nissya tak mampu lagi membendung air matanya
Air matanya dibiarkan mengalir dengan derasnya
Hatinya sudah begitu hancur
Hancur sehancur-hancurnya

Sulit baginya untuk menyusun kembali hatinya yang sudah menjadi serpihan-serpihan kecil tak terhitung

Sangat sulit baginya untuk menerima kenyataan bahwa lelaki yang dicintai selama lebih dari enam tahun lamanya telah menghianatinya

Hatinya semakin hancur ketika ia tahu bahwa lelaki yang dicintainya ternyata bermain dengan wanita yang telah menjadi sahabatnya selama setahun terakhir

Sahabat yang amat sangat dicintainya
Apapun selalu dilakukannya demi sahabatnya

???????????????

Mata kuliah terakhir telah berakhir.
Nissya merapihkan buku yang ada di atas meja. Seketika ia menoleh wanita di sampingnya sedang melakukan hal serupa dengannya

“Mey, temenin gue nyari buku ya?”
Nissya memakai tas gendongnya lalu berdiri, pandangannya tak lepas dari wanita yang sedang memasukan buku kedalam tasnya

“iya gue temenin kok” Meyta sudah bangkit dari kursinya.

Lalu mereka keluar kelas dengan berdampingan

???????????????

Nissya dan Meyta sedang menikmati makanannya di foodcourt sebuah mall usai mereka pergi ke toko buku.

Drrt..drrt..drrt..
Ponsel Nissya bergetar menandakan adanya pesan masuk.

Nissya mengecek ponselnya, bibirnya tertarik ke atas kala ia melihat isi pesannya

“kenapa lo senyum-senyum?” Meyta ikut tersenyum lalu menyesap minumannya

“ini Ardi nge chat gue nanyain ada dimana, gue bilang lagi sama lo” Nissya kembali memasukkan makanan ke mulutnya. Meyta hanya mengangguk mendengarnya

Nissya kembali mengecek ponselnya yang bergetar, lalu terbesit ide dalam benaknya.

“Mey, Ardi mau kesini” ucap Nissya antusias

“eh, gue balik aja yaa, nggak enak ntar ganggu kalian berdua”

“ih, gue kan mau ngenalin Ardi ke lo, mumpung Ardi lagi gak sibuk, mau yah yah yah?”

“iya deh”

Tiga puluh menit berlalu

Nissya tersenyum lebar kala ia mendapati sosok yang ditunggu-tunggu, ia mengulurkan tangannya memberi isyarat

Ardi yang sudah mengetahui keberadaan Nissya menghampirinya dengan senyum lebarnya.

“sorry ya lama, macet soalnya” Ardi menarik kursi sebelah Nissya

“iya gapapa” Nissya tersenyum, “oh iya kenalin ini Meyta”

Ardi menoleh, mengulurkan tangannya lalu tersenyum

“gue Ardi”

Meyta menyambut uluran tangan Ardi ikut tersenyum

“Meyta”

tak dapat dipungkiri kalo Meyta tersihir oleh karisma yang dimiliki oleh Ardi

Ardi sendiri memiliki postur tubuh yang bisa dibilang perfect, tubuh yang atletis, paras wajah yang di atas rata-rata, ditambah lagi style-nya yang fashionable pake banget. Tak heran jika banyak wanita yang memujanya.

Dan selanjutnya mereka pindah ke sebuah cafe dan menghabiskan waktu mereka dengan ngobrol banyak hal, tak ada kecanggungan antara Ardi dan Meyta padahal mereka baru pertama kali bertemu. Dan Nissya senang akan hal ini, karena sahabat dan kekasihnya cepat sekali akrab.

???????????????

Matanya berbinar kala Nissya membaca sepucuk surat yang menyatakan bahwa dirinya mendapatkan kesempatan untuk pertukaran pelajar ke London selama satu tahun.

“Mey gue masuk Mey masuk” Nissya memeluk Meyta

“iya congrats ya Niss, gue turut seneng” Meyta membalas pelukan Nissya ikut bahagia

???????????????

“Kamu jaga diri baik-baik ya disana, jangan jadi anak nakal” nasihat Farida

“iya bundaaaa, tenang aja” jawab Nissya, lalu melepaskan pelukannya dari bundanya

Nissya beralih ke pelukan ayahnya

“pah, Nissya berangkat yaa”

“iya, kamu ati-ati disana yaa”

Lalu Nissya beralih memeluk Meyta

“Nissyaaa lo baik-baik ya disanaa, gue bakal kangen banget sama lo, sering-sering hubungin gue yaa?” air matanya sudah tak terbendung lagi

Nissya menghapus air mata Meyta

“udah dong jangan nangis, gue ntar sedih, pasti gue bakal hubungin lo kok.”

Nissya melepas pelukannya.
Lalu beralih ke Ardi memeluknya

“jaga diri baik-baik ya disana, jangan ganjen sama bule bule” Ardi mengecup puncak kepala Nissya

“iyaaa sayaang” Nissya mendongak lalu tersenyum

Nissya melepas pelukannya, Ardi menggenggam tangan Nissya erat dan mengecupnya

“jangan lupa hubungin aku yaa, sering sering ngasih kabar” Ardi memajukan bibirnya

“iyaaa ih, bawel deh kamuu” Nissya tersenyum gemas melihatnya

“nggak kuat abang neng kalo harus LDR” Ardi kembali cemberut

“jangan alay deh kamu”

Ardi menarik Nissya kembali ke pelukannya, lama mereka berpelukan saling diam. Orang di sekelilingnya hanya memandangi mereka terharu.

???????????????

Hari demi hari berlalu dilalui oleh Nissya, satu tahun sudah berlalu, kini Nissya sudah berada di rumahnya sejak satu minggu yang lalu.

Ardi sedang berada dirumah Nissya, menonton tv berdua, kepala Nissya bersandar di bahu Ardi.

Ponsel Ardi berdering, setelah melihat siapa yang menelfon, raut wajahnya kini berubah panik, Ardi meminta izin kepada Nissya untuk mengangkat telfon.

Ardi menjauh dari ruang keluarga agar pembicaraannya di telfon tak terdengar oleh Nissya. Nissya pun heran, karena tak seperti biasanya Ardi seperti itu, selama enam tahun bersama tak pernah Ardi menjauh darinya jika mengangkat telfon.

Pikiran Nissya dipenuhi oleh hal hal negatif, namun Nissya mencoba menepis semua pikiran negatif itu, ia percaya jika Ardi tak akan melakukan hal hal yang diluar batas.

“siapa?” tanya Nissya begitu Ardi sudah duduk disampingnya kembali.

“temen, maaf ya aku tadi nerima telfonnya ngejauh soalnya ada masalah”

Nissya hanya mengangguk mendengar jawaban Ardi. Walaupun dipikirannya dipenuhi rasa curiga tapi Nissya mencoba percaya pada Ardi pria yang dicintainya selama enam tahun ini

???????????????

Seperti wanita kebanyakan, jika awal bulan adalah waktunya shopping,
dan inilah yang dilakukan Nissya dan Meyta saat ini, disebuah Mall

Setelah membayar baju yang mereka pilih, Nissya dan Meyta kerepotan membawa barang belanjaan,

“kita makan dulu yuk laper” ucap Meyta sambil meletakkan belanjaannya sejenak di kursi tunggu Mall

“yuk, disana aja” tunjuk Nissya pada sebuah restauran

Nissya menyesap minumannya, melirik pada Meyta yang tengah asyik memainkan ponselnya.

“Mey lo kenapa sih? Sejak gue pulang lo banyak berubah deh, ada apa sih? cerita dong sama gue, jangan jangan lo udah punya pacar ya?”
Tanya Nissya penuh selidik

Meyta tersenyum lebar, lalu mengangguk

“what? Seriously? Lo kok jahat banget sih sama guee gak cerita cerita, kenalin doong” ucap Nissya antusias

“iya, nanti juga lo tau kok” Meyta tersenyum, senyum yang tak bisa diartikan

“oke, oh iya Mey, sorry banget yaa gue gabisa nganterin lo balik, gue mau kerumah tante gue dulu soalnya, gapapa kan?” ada penyesalan di raut wajah Nissya

“oh iyaudah gapapa, gue bisa naik taksi kok”  jawab Meyta santai

Mobil yang di kendarai Nissya sampai pada gerbang Mall, saat ia sedang membayar parkir tak sengaja matanya menatap mobil yang dikenalinya masuk ke area Mall ini.

Setelahnya menjauh dari Mall, Nissya menghentikan mobilnya karena lampu merah, ia meraih ponselnya dan menelfon seseorang

“iya sayang kenapa?”

“kamu dimana yang?”

“aku lagi di kosan temen nih, kenapa?”

Hati Nissya sesak mendengar pernyataan dari kekasihnya itu, karena selama dia mengenal Ardi, tak pernah Ardi berbohong padanya,

“oh gak papa, cuma mau ngingetin ntar malem jangan lupa ke rumah”

“iya, aku gak lupa kok”

“yaudah udah dulu ya, bye” Nissya langsung mematikan ponselnya.

Tak terasa air mata sudah membasahi pipinya, pasalnya baru kali ini dia di bohongi oleh Ardi, dan sejak kepulangannya dari London, Nissya merasa bahwa sikap Ardi berubah. Dia merasa bahwa Ardi kini menyembunyikan sesuatu darinya.

???????????????

Meyta tertidur pulas di ranjang queen size nya Nissya,
Iya, sekarang Meyta sedang berada di rumah Nissya sepulang ngampus tadi, Meyta kelelahan.

Nissya duduk di ranjang disamping Meyta yang tertidur. Nissya masih sibuk mengutak ngatik mac nya masih berkutat dengan tugas tugas yang numpuk.

Drrt..drrt..drrt..

Getaran itu berhasil membuat Nissya menghentikan kesibukannya, beralih mencari ponsel, dan ternyata yang bergetar adalah ponselnya Meyta.

1 missed call, Ardi Read the rest of this entry →

DayNight
DayNight