Bab 3. Kasih Sayang Ibu Rasha berjalan di sekitar koridor. Semua murid tampak sibuk dengan aktivitasnya. Di saat berjalan, Rasha mendengar suara keributan lagi di sekitar ruang BK yang tak jauh dari Rasha berdiri sekarang. Keributan itu tampak menggelegar yang menimbulkan banyak perhatian murid di sekitar. Di sana terlihat Raihan sedang masuk ke ruang …
DWINA part 22
22. Ngeri Hancur berantakan… Barang-barang tersebar di lantai. Perlahan Dwina melangkah melewati serpihan beling tajam, mulutnya dia katup dengan ketat agar menahan rapih rasa terkejut saat ada bercakan darah menghiasi lantai. Semua orang akan memohon pada sikap nekat Putri yang menggenggam sebuah pisau bermata tajam. Adrenalin Dwina di permainkan sampai ambang batas. “Jangan Put… sekarang …
DWINA part 21
21. Gencatan senjata Aroma asin air laut terhembuskan oleh angin membentuk deburan ombak. Langit begitu cerah menerikkan matahari pagi. Siapapun akan terpesona dengan indahnya hamparan laut lepas. Ada satu orang lebih memilih menikmati indahnya senyuman perempuan cantik di sebelahnya. Rambutnya berantakan tertiup semilir angin laut. Derumah suara mesin kapal menghentikan senyuman perempuan itu. Mereka sampai …
DWINA part 20
20. Intuisi Intuisi sesaat…. “Dwina Aryani” saat mendengar nama itu Arya seketika mengangkat sebelah alisnya. Alam bawah sadarnya menertawakan nama mereka nyaris sama. Mungkin pertemuan mereka memang sudah di takdirkan. Namun, kenapa baru sekarang mereka saling di pertemukan? Perempuan bermanik mata polos, membuat Arya jengah. Penyebabnya karena aura Dwina seperti anak remaja, jauh dari tipenya …
DWINA part 19
19. Tercekat Pikiran Dwina tersita membayangkan betapa malasnya dia harus berurusan dengan tim perkuliah karena ia mengambil cuti kuliah selama beberapa hari kedepan. Ditambah lagi ia mengira akan tetap berada di rumah sampai keadaannya membaik. Beberapa menit yang lalu tepat jam empat pagi Ibunya masuk ke dalam kamarnya dan mengemasi beberapa pakaiannya ke dalam ransel …
DWINA part 18
18. Pelukan Panik bercampur khawatir. Beberapa orang lain mau berbaik hati membawa Dwina ke dalam mobil sedan milik Tari. Tarik napas dan keluarkan dengan perlahan, Tari mencoba menstabilkan dirinya supaya ia bisa mengemudi dengan fokus. Sedangkan Sella memberi minyak kayu putih di seputar leher, kening dan hidung Dwina. Mata Dwina mengerjap membuka perlahan. “Pulang” serunya dengan …
DWINA part 17
17. Hitam Tidak ada lagi tangisan. Dwina hanya diam memandangi langit-langit rumah sakit dengan tatapan kosong. Ada beban berat di tempatkan di atas pundaknya sampai ia merasa kesulitan untuk sekedar menarik napas. “Wi, dokter udah ngizinin kamu pulang” Kak Bayu menyibakkan selimut dan menggendong Dwina menuju mobil Audy milik Arya. Arya dan Bayu secara bergantian …
DWINA part 16
16. Dingin mencekam Siapa yang tidak terpancing dengan keadaan Dwina sekarang? Atau dirinyalah yang tergoda dengan mudahnya? Rambut terkuncir asal, kaos putih kebesaran berpadu dengan celana leging hitam hingga dapat menjiplakkan kaki jenjangnya, matanya sangat sayu karena habis menangis dan bibir berwarna pink pucat. Membuat kesan manis di mata Arya terlebih aroma bayi menyelubungi perempuan …
DWINA part 15
15. Kenapa? Dwina melihat jelas seseorang sedang menatap bingung keadaannya sekarang. Ia yakin sebentar lagi dirinya akan di hujani deretan pertanyaan. Dwina menarik napas begitu dalam sebelum Arya membukakan pintu mobil untuknya. Arya memberi seulas senyum pada Dwina karena telah sampai di kediaman perempuan tersebut tepat pada pukul enam sore. Serin berada di dalam gendongan …
DWINA part 14
(No Ratings Yet) Loading… https://youtu.be/UyZnPCkk3Fs 14. Tiba-tiba Menjadi egois tidak masalahkan? kadangkala seseorang ingin berperan menjadi orang jahat supaya hati ini terpuaskan. Dwina memilih fokus pada skripsinya dan membuang semua perasaan itu. Menurutnya ini pilihan terbaik. Besok dia sudah janjian bertemu dengan Putri untuk menceritakan perihal dirinya dengan Arya, supaya hati ini tidak terus-menerusan tenggelam …
DWINA part 13
(No Ratings Yet) Loading… 13. Terjebak Dwina menautkan kedua tangannya yang terasa sedingin es dengan erat. Lima menit rasanya seperti satu jam. Namun, sekuat tenaga ia tetap bertahan sampai Tari menjemputnya. Dengan gugup Dwina meminum jus mangganya sambil sesekali menggigit sedotannya dengan kuat. Bola matanya memutar kearah lain. Kenapa ia harus terjebak dalam keadaan super …
DWINA part 13
(No Ratings Yet) Loading… 12. Bayangan Dwina melangkah cepat menuju ruangan 401. Ini sudah lewat setengah jam dari waktu kuliahnya kelas Bu Jamila. Siap-siap Dwina memasang wajah tembok saat mengetuk pintu kelas kemudian melangkah masuk seolah tanpa beban. Bu Jamila menatap ketus dirinya karena sangat terlambat, tapi wanita itu tidak menegurnya sama sekali. Napas Dwina …
DWINA part 11
(No Ratings Yet) Loading… 11. Hah? Akhirnya…. Gue pulang!!! Sebuah senyuman mengembang di bibir Dwina walaupun dirinya masih terjebak satu mobil dengan Arya. Dwina tidak peduli pada setiap alasan yang di berikan Kak Bayu mengenai kenapa Dwina lebih baik satu mobil dengan Arya. Intinya ia sudah cukup bahagia menuju rumah. Tadi pagi Angel bersama pacarnya …
DWINA part 10
(No Ratings Yet) Loading… 10. Malu Dokter mengganti jarum infus Dwina karena tangan Dwina yang di beri infus lama-lama menjadi bengkak dan rasanya nyeri. Alam bawah sadar Dwina menjerit ketakutan akan jarum suntik. Kemarin malam disuntik tidak begitu bermasalah baginya, karena Ia hampir tidak sadarkan diri jadi rasanya tidak begitu menyakitkan. Masa aku harus minta …
DWINA part 9
(No Ratings Yet) Loading… 9. Alergi tahap 2 Hah…. Tiba-tiba saja hujan turun sangat lebat hingga suara gemuruh petir menyambar membuat kilatan cahaya mengerikan selepas makan malam. Sepertinya alam mendukung Dwina untuk tetap bertahan di rumah keluarga Arya. Semua orang senang, terbalik dengan perasaan Dwina yang begitu kecewa. Untuk menghibur rasa sedihnya ia makin erat …
DWINA part 8
(No Ratings Yet) Loading… 8. Puisi Deruman mesin mobil membuat satu keluarga Arya saling menatap bingung satu sama lain. Siapa yang datang? sepertinya tidak ada satupun yang memiliki janji temu dengan seseorang, sedangkan Dwina menampilkan wajah sumringah mengetahui kedatangan Kak Bayu. “Yes Kak Bayu udah dateng” seru Dwina pada dirinya sendiri. Dwina langsung melangkah keluar …
DWINA part 7
(No Ratings Yet) Loading… 7. Alergi “Alerginya masih tahap awal tapi, jika kondisinya semakin memburuk tolong langsung dibawa ke rumah sakit karena bisa berefek bahaya. Dan setiap orang memiliki variasi sendiri atas gejala alerginya” pesan dokter langsung tertanam di otak Arya. Ia harus membuat Dwina tetap dalam keadaan hangat. Segera ia menyuruh Pak Kliwon membeli …
DWINA part 6
(No Ratings Yet) Loading… 6. Angel Pintu rumah terbuka menampilkan wajah Angel terkejut sekali mendapati Dwina didepan rumahnya. Segera kedua sahabat itu saling berpelukan erat. “Ya ampun kenapa nggak bilang-bilang dateng ke sini” tukas Angel sambil menghapus air matanya. Ia sunggung merindukan Dwina. Sampai detik ini dirinya masih belum percaya kalau dihadapannya adalah Dwina. Tangan …
DWINA part 5
(No Ratings Yet) Loading… 5. Jalan Dwina menggerutu menerima panggilan telpon dari sang Kakak yang ia tunggu-tunggu sejak kemarin sore “kok nggak dateng-dateng sih? Aku disini nggak enak sama keluarga Kak Arya. Aku itu orang asing di rumah ini”. Namun, mendengar jawaban Kak Bayu yang klop dengan hatinya membuat seulas senyum terbentuk di bibir Dwina. …
DWINA part 4
(No Ratings Yet) Loading… 4. Masak Keesokan harinya… Sudah menjadi kebiasaan Dwina terbangun pukul setengah lima pagi untuk sholat subuh. Buruknya suhu dingin seolah membekukan tubuh Dwina saat mengambil wudhu, segera dia langsung mengeram ke balik selimut selepas berwudhu. Suhu kamarnya saja hanya 29℃ pasti sekarang suhu subuh di Bandung menginjak dibawah 15℃ derajat celcius. …