Vitamins Blog

Pangeran Tanpa Mahkota – Halaman 1

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

71 votes, average: 1.00 out of 1 (71 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Sebenarnya Camy tidak mengharapkan ini. dia berharap jika hari ini bisa bermalas-malasan di kamar dengan tidur yang tidak bisa dia dapatkan selama seminggu ini. pasalnya dia harus terus membantu ibunya di restauran yang dimiliki ibunya, peninggalan mendiang ayahnya. Namun sialnya, ibunya memintanya untuk mencarikan tanaman obat yang habis di toko obat.

Tentu saja Camy tidak bisa menolak. Dia tidak ingin membuat ibunya terlalu lelah, apalagi besok beliau harus membuka restaurant lagi. Jadi disinilah Camy, menuruti keinginan ibunya untuk mencari daun obat pesenan beliau.

Camy memang menemukannya, tentu saja. daun obat ini tidak sulit untuk mencarinya karena terdapat banyak sekali di hutan. Tapi bukan di pinggir hutan, melainkan jauh di dalam hutan. Jika tidak terbiasa masuk keluar hutan pastinya orang-orang akan tersesat. Dan sialnya lagi, Camy bukan termasuk orang-orang yang terbiasa masuk keluar dari hutan.

Dia hanya gadis pelayan di restauran, jadi wajar jika dia tidak pernah masuk ke dalam hutan. Kesehariannya untuk menyambut dan melayani pelanggan, bukan berjelajah di dalam hutan seperti tetangga-tetangganya.

Meski menyadari jika dirinya tersesat, Camy tidak langsung panik. Dia tetap menelusuri hutan dengan bantuan kedudukan matahari saat ini. dia sedikit bernapas lega karena semakin berjalan, pepohonan di sekitarnya mulai berkurang. Itu berarti dia sedikit lagi akan keluar dari hutan.

Merasa bahwa dia berada di jalan yang benar, Camy semakin bersemangat untuk melangkah maju. Di depannya, Camy melihat tanah yang tak berumput, membentuk arah lurus meski samar, menandakan bahwa jalan itu sering dilewati orang. Tentu saja Camy semakin bersemangat berjalan menyusuri jalan tersebut.

Sekitar setengah jam kemudian, Camy harus menelan rasa gembiranya. Di ujung jalan yang dilewatinya bukan rumah-rumah etnik kotanya yang ditemukan melainkan sebuah rumah dua lantai yang cukup megah namun sederhana. Ada taman kecil di depan rumah itu dengan beberapa tanaman obat yang memiliki bunga yang indah serta beberapa tanaman sayur-sayuran.

Dari rumah tersebut tercium aroma manis yang mengundang Camy untuk mendekat. Di depan pintu, Camy kembali memandang taman yang baru saja di lewati. Taman yang terlihat rapi itu menandakan bahwa ada penghuni yang tinggal di rumah ini, apalagi tercium aroma manis dari dalam rumah, pastinya ada yang tinggal disini.

Rasa penasaran Camy yang memang besar jika mengenai hal-hal misterius, memancing Camy membuka pintu coklat tersebut. Membawanya masuk kedalam rumah yang dalamnya lumayan megah. Ada beberapa perabotan kayu dengan ukiran unik di ruangan yang menyambutnya. Masuk semakin dalam, Camy menemukan dapur yang dipenuhi aroma manis dan mendapati sepiring roti yang mengepulkan asap. Seperti baru saja diangkat dari panggangan.

Karena tidak menemukan siapapun di dapur, Camy kembali menyusuri ruangan lain, berharap menemukan orang yang tinggal di rumah tersebut.

Camy sudah menyusuri lantai satu, di sini hanya ada dapur, ruang tamu, dan kamar mandi serta satu kamar yang dikunci. Dan tentu saja tidak ada orang sama sekali.

Rasa penasaran Camy semakin tinggi. Tinggal lanatai dua yang belum dilihatnya, batin Camy memberi tau. Tentu saja Camy mengiyakan batinnya dan langsung melangkah ke lantai dua yang hanya berupa lorong degan beberapa pintu. Ada lima pintu disana.

Camy tergerak untuk membuka pintu itu satu persatu namun pandangannya langsung terfokus pada pintu yang sedikit terbuka di sisi kanannya. Jadilah Camy memutuskan untuk mengecek pintu tersebut yang telah terbuka sedikit.

Celah pintu itu terbuka cukup lebar untuk sebelah mata Camy memandang ke dalam kamar itu. saat matanya sudah terfokus ke dalam, Camy langsung terpaku di tempat. Tepat di dalamnya ada sosok mengerikan dengan tubuh yang tidak berbentuk. Saat sosok itu hendak berbalik ke arahnya, Camy buru-buru berlari menuruni tangga, keluar dari pintu dan langsung jatuh tersungkur.

“Aw…..issh.” Camy memegang kepalanya yang sedikit beputar-putar. Tembok yang di tabraknya sangat keras hingga membuatnya hampir pingsan seketika.

“Kamu tidak apa-apa?” suara itu membuat Camy mendongak, mendapati sosok laki-laki berambut coklat caramel mengulurkan tangannya. Camy yang masih linglung langsung menggapai tangan tersebut dan berdiri.

“Aku tidak apa-apa.”

Camy yang kesadarannya sudah kembali langsung terbelak mendapati ada orang lain selain didirnya disini, yang baru saja di tabraknya. “Ka, ka, kamu… manusia, kan?”

Laki-laki itu awalnya mengernyit bingung kemudian tertawa lepas, membuat Camy yang merasa tegang menjadi lebih tenang. Tawa laki-laki itu sangat enak untuk di dengar apalagi kelihatannya terlihat ramah. “Jangan khawatir, aku manusia. Jadi, apa yang kamu lakukan disini?”

Camy lagi-lagi tersadar situasinya saat laki-laki di depannya menanyakan pertanyaannya. “Oh, sebenarnya aku tersesat dan entah bagaimana aku sampai di depan rumah ini. saat mencium bau roti, aku tau bila ada yang meninggali rumah ini jadi aku masuk ke dalam. Tapi ternyata tidak ada orang di dalam. Apa kamu pemilik rumah ini?”

Laki-laki itu mengangguk antusias. “kamu yakin tidak menemukan seorang pun di dalam sana?” Camy mengangguk sebagai jawaban. “Yah, aku rasa penghuni satu lagi sedang keluar. Kami memang jarang mengunci rumah karena tidak pernah kedatangan tamu dan tidak pernah ada pencuri yang masuk.” Laki-laki itu kembali tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai geli.

“Maaf kalau aku tidak sopan karena masuk ke dalam rumahmu tanpa seizinmu.”

“Tidak masalah. Tidak ada harta berharga yang bisa diambil dari rumahku. Yah, kecuali kamu mau membawa pergi semua perabotan kayu itu.” Laki-laki itu kembali tersenyum cerah, membuat Camy tanpa sadar sudah menyukai pribadi laki-laki tersebut. “Jadi—“

“Camy.”

“Oke, Camy. Jadi apa yang akan kamu lakukan sekarang?”

“Jika kamu tidak keberatan, bisakan kamu mengantarkanku kembali ke kota?” Camy memandang ragu ke arah laki-laki tersebut.

“Tentu saja. aku tidak keberatan. Tapi bisakah kamu menunggu sebetar di dalam, aku lapar dan ingin makan. Apa kamu lapar?” awalnya Camy menggeleng tegas namun perutnya mengatakan sebaliknya, membuat laki-laki di depannya tertawa lagi, lebih lepas. “Oke, aku anggap jawabannya iya.”

Makanan yang dirasakan Camy memang terasa lezat. Bahkan lebih lezat dari masakan koki paling handal di kota. Jika ada kesempatan, Camy rela tersesat di dalam hutan lagi demi mendapat makanan enak seperti ini lagi.

“Ini enak,” ucap Camy mengomentari.

Laki-laki di depannya, yang mengenalkan diri sebagai Gize mengangguk. “Masakan Ren memang enak. Aku belum menemukan orang yang bisa menandingi masakannya.” Camy membenarkan dalam hati.

Camy selama makan banyak mengobrol dengan Gize. Gize adalah pemburu, terlihat sekali dari pakaiannya serta alat berburu yang diletakkan di kursi sebelahnya. Tinggal di dalam hutan bersama seorang wanita bernama Rences, sahabatnya sedari kecil. Menurut cerita Gize, mereka berdua tinggal di dalam hutan karena ingin menyendiri setelah peperangan beberapa tahun lalu hingga tanpa sadar mereka lebihh nyaman tinggal di dalam hutan.

“Boleh aku bertanya sesuatu?”

“Silahkan. Apa yang ingin kamu tanyakan?”

Sebenarnya Camy ragu untuk menanyakannya tapi rasa penasarannya lebih besar saat ini. “Apakah rumah ini berhantu?” Camy mengira jika Gize akan langsung tertawa mendengar perkataannya, mengingat sepertinya Gize adalah sosok yang jarang sekali serius. Namun melihat Gize yang hanya terdiam terpaku membuat Camy kesulitan untuk menelan ludahnya.

“Kenapa kamu bertanya seperti itu?”

Camy yang ditanya seperti itu oleh Gize menjadi gugup sendiri. Dirinya masih bimbang harus menceritakan kejadi tadi atau tidak. “ itu, jadi sebenarnya—“

“Gize! Kamu sudah pulang?” Suara lengkingan dari arah pintu masuk memotong perkataan Camy. Saat dia menoleh ke arah sumber suara, dia mendapati sosok gadis yang beberapa tahun lebih tua darinya tengah kesusahan membawa sayuran. Saat Gize membantu membawakan sayuran di pelukan gadis itu, Camy bisa melihat bahwa gadis itu sangat cantik, dengan rambut pirang yang dikuncir dan disampirkan pada salah satu sisi bahunya serta.

“Wah, ada tamu!” Gadis itu memekik girang dan segera menyerahkan semua yang ada di pelukannya ke pada Gize. Tanpa di duga, gadis itu menjabat tangan Camy kemudian memeluknya. Saat Camy memandang Gize, laki-laki itu hanya bisa memberikan senyum minta maafnya.

“Hai, namaku Rences. Panggil saja Ren. Siapa namamu? Dimana rumahmu? Ada keperluan apa hingga kamu—“

“Ren!”

Gadis yang mengenalkan diri dengan nama Ren itu menolehkan kepalanya ke Gize dengan senyum tanpa dosanya. “Ops, maaf.” Ren kembali menatap Camy namun kini tidak begitu seantusian tadi. “Maaf ya. Aku terlalu senang karena ada tamu yang berkunjung. Kamu tahu sendiri kan, mana ada yang mau bertamu ke rumah di dalam hutan dalam hutan ini.”

Dari sudut matanya, Camy melihat Gize yang memberikan tanda jika dia akan meninggalkan mereka berdua. Camy mengangguk samar sebagai jawaban.

“Jadi? Apa kamu akan diam saja dan mengabaikan semua pertanyaanku tadi?” Camy tersenyum kikuk, sadar jika telah menghiraukan gadis hiperaktif  di depannya.

“Namaku Camory, kamu bisa memanggilku Camy. Aku tinggal di pinggir kota dekat perbatasan hutan. Sebenarnya aku tersesat dna tidak sengaja menemukan rumah ini, dan disinilah aku.” Ren hanya mengangguk, mengerti.

“Baiklah, karena sudah terlanjur disini, akan lebih baik kalau kamu menginap dan pulang besok.”

“Tidak usah. Itu akan merepotkan. Jika tidka keberatan, aku hanya ingin diantar keluar dari hutan setelah ini.”

“Sudahlah, tidak merepotkan kok. Lagi pula ini sudah hampir malam dna sebetar lagi hujan.” Camy mengerutkan dahinya. keadaan tadi di luar masih cerah saja, mana mungkin akan terjadi hujan.

Sebagai jawaban atas rasa penasaran Camy, tiba-tiba terdengar suara rintik hujan. Pada awalnya gerimis, namun dalam sekejap menjadi hujan yang sangat lebat. “Sudah kubilangkan kalau sebentar lagi hujan. Jadi lebih kamu menginap disini saja.” senyum kemenangan terukir di bibir Ren.

Camy menyipitkan mata. Dia memang tinggal di kota tapi dia tidak buta tentang pelajaran umum mengenai alam. Biasanya tanda-tanda akan turun hujan adalah awan mendung atau paling tidak tercium bau khas air. Tapi sedari tadi di disini, dia tidak menemukan tanda-tanda turun hujan.

Ren yang bisa tahu dengan jelas kapan akan turun hujan membuat rasa penasaran Camy terbit. Dan itu tandanya, dia harus mendapatkan jawaban atas rasa penasarannya itu. “Bagaimana kamu bisa tahu kalau sebentar lagi hujan? Tadi cuaca masih cerah, tidak tercium bau khas air juga.”

Ren tersenyum simpul. “Untuk ukuran anak kota sepertimu, kamu mengetahui banyak ya.” Ren beralih untuk duduk di kursi yang berhadapan dengan Camy. Terus menerus berdiri di hadapan Camy membuatnya sedikit lelah. “Disini kamu jarang melihat keadaan langit karena tertutup pohon. Kamu juga tidak bisa mencium aroma khas air karena di sekitar sini terdapat aliran sungai yang cukup deras. Satu-satunya yang bisa membantu adalah hewan yang ada dihutan. Aku tadi melihat beberapa hewan mulai kembali ke sarangnya sebelum waktunya. Jadi aku dapat menyimpulkan jika akan terjadi hujan.”

Camy mengangguk pelan, mengerti.

Kedatangan Gize yang membawa dua mangkuk sup yang mengepul mengalihkan perhatian Camy dan Ren. Camy tentu senang karena mendapat salah satu dari sup tersebut namun tidak dengan Ren. Gadis itu memandang sengit ke dalam mangkuk yang diletakkan di depannya lalu beralih menatap Gize tajam.

“Bukankah sudah kubilang jangan pernah memasak!”

Gize mengedikkan bahunya. “Aku lihat kamu sibuk. Jadi lebih baik aku yang membuat supnya.”

“Kan bisa menunggu aku selesai dengan Camy!” Ren melipatkan kedua tangannya. Memasang sikap defensif terhadap apapun terhadap yang akan dilakukan Gize.

“Ini hanya sup, Ren. Ya ampun!”

Camy yang tadinya ingin mencoba sesuap sup di depannya hanya terpaku melihat pertengkaran di depannya, mengurungkan niat untuk melahap supnya.  Pertengkaran antara Gize dan Ren lebih menarik perhatiannya dibanding sup lezatnya.

“Maaf ya, Camy. Kami membuatmu tidak nyaman.” Camy menggeleng sebagai balasan. “Sebenarnya aku dilarang memasak oleh Ren. Dia takut akan tersaingi dengan masakanku.”

“Aku tidak! Huh.” Ren memalingkan muka dengan wajah kemerahan. Mengundang tawa geli dari Gize dan Camy.

“Kau tau, masakan Ren dulu tidak seenak ini. setelah aku mengajarinya, masakannya berangusr-angsur membaik.”

“Apa kau bilang!” Ren bangkit dan mengejar Gize yang telah berlari ke arah ruang tamu. Keduanya meninggalkan Camy yang tertawa kecil sebelum akhirnya menikmati supnya yang ternyata sangat lezat.

***

Camy tidak bisa tidur. Selalu saja begitu jika dia berada di tempat yang baru. alhasil, dia tetap terjaga sampai saat ini. awalnya dia akan menenggelakan pikirannya dengan melihat pemandangan dari jendela sampai pagi. Namun rasa penasarannya meluap saat mendengar suara bunyi pintu terbuka, disusul dengan suara derap kaki yang menuruni tangga.

Jantung Camy terpacu. Pikiriannya mengatakan jika itu mungkin saja Gize yang hendak memasang perangkap. Namun dalam hatinya mengatakan jika sura yang didengarnya barusan bukan berasal dari Gize karena terlalu lemah namun tidak selemah milik Ren.

Camy mencengkeram dadanya. Keringat dingin mengucur dari pelipisnya saat dia membuka pintu. Tak ada seorang pun di lorong. Hanya ada sinar bulan yang menyinari dari jendela di ujung lorong serta cahaya lampu dari celah pintu kamar yang terbuka.

Pintu kamar itu.

Tanpa disadarinya, Camy sudah melangkah ke arah pintu itu. menengok ke kanannya dimana kamarnya, Gize serta Ren berada. Seluruh orang menempati kamar yang ada di sebelah kiri tanggan sedangkan pintu di depannya ada di sebelah kanan tangga. Dan seharusnya tidak ada seorang pun yang memakainya. Itu kata Ren.

Lalu bagaimana bisa pintu ini terbuka sendiri.

Dia ingin masuk, Camy sadar itu. setelah menegak ludahnya yang sangat sulit dilakukannya akhirnya Camy memasuki kamar itu.

Kamar itu sama seperti kamarnya. Sederhana. Tanpa perabotan berarti, serta tempat tidur yang agak berserakan yang menandakan tepat itu baru saja ditempati. Semuanya terlihat biasa kecuali sebuah tongkat yang bersandar disudut ruangan. Tongkat itu dililit oleh kain hitam yang menyisakan sebuah gantungan pada ujungnya. Gantungan yang kemungkinan terikat pada ujung tongkat tersebut.

Gantungan itu rusak, menyisakan goresan serta bekas terbakar pada sisi-sisinya. Ada inisial dalam gantungan terebut yang sepertinya terpotong. Terlihat ada  ukiran yang terdiri dari dua huruf, ‘i’ dan ‘r’ yang terpahat indah. Saat Camy hendak menyentuhnya, dia mendengar suara kaki ringan dari lantai bawah.

Tak ingin tertangkap basah, Camy segera melucur keluar dari kamar itu. saat melewati tangga, dia bisa melihat bayangan dari penghuni kamar tersebut yang hendak menaiki tangga. Sontak Camy mengendap-endap dengan kecepatan yang bisa dia lakukan. Membuka kamar dengan sangat pelan hingga tidak menimbulkan suara dan kemudian menutupnya.

Camy masih di balik pintu, mendengarkan langkah kaki yang diakhiri dengan bunyi pintu yang tertutup.  Camy memegang dada kirinya, tempat dimana jantungnya berdetak dengan kencang. Dan Camy yakin, dia tidak akan bisa tidur di kamar itu dengan tenang untuk selamanya.

***

Camy merapikan sekali lagi baju yang dikenakannya, baju milik Ren yang dipinjamnya. Menyisir rambutnya dengan jemarinya lalu kembali membenahi bajunya. Saat melihat pantulan dirinya di kaca sudah sesuai dengan harapannya, Camy segera keluar dari kamarnya.

Camy sudah sarapan tadi pagi. Kemudian ikut bersih-bersih dengan Ren sambil menunggu Gize kembali dari berburunya. Saat pria itu datang, Ren menyuruhnya untuk bersih-bersih diri dan meminjamkan salah satu pakaiannya.

Camy keluar dari kamarnya. Berjalan menuju ke tangga dan terdiam sejenak saat berada di awal pijakan. Matanya menatap pintu kamar yang tadi malam terbuka. Pintu itu sudah kembali tertutup dengan semua rahasia yang tersimpan di dalamnya. Camy sekarang yakin jika bukan hantu yang menempati kamar itu tapi manusia. Entah siapapun disana, Camy yakin jika sosok itu tengah disembunyikan oleh Ren dan juga Gize.

Kedua penghuni rumah tersebut tidak pernah menyindir penghuni lain disini. Bahkan seingatanya kemarin mereka mengatakan jika yang menghuni rumah ini hanya mereka berdua namun kenyataannya tidak. Ada seorang penghuni lagi yang tidak mereka perkenalkan dan itu memunculkan rasa penasaran Camy. Jika saja teriakan Ren tidak mengusiknya, kemungkinan Camy sudah membuka agi pintu  kamar itu.

“Aku pasti akan merindukanmu!” Suara sendu Ren membuat Camy sedih. Apalagi pelukan erat Ren membuat Camy merasa jika gadis satu itu berat melepas Camy pulang. “Kapan-kapan berkunjunglah kemari.”

Camy mengangguk seraya mengurai pelukan mereka. “Iya, jika aku tersesat lagi ya.” Ren tertawa.

Setelah salam perpisahan itu, Camy megikuti langkah Gize. Sebelum dia memasuki rerimbunan pohon, dia berbalik hanya untuk melihat rumah berlantai dua itu. tidak, lebih tepatnya melihat salah satu jendela dimana letak kamar itu berada. Dan disalah Camy melihatnya siluet orang yang berdiri tepat di depan jendela. Meski samar, Camy yakin ada orang disana, memantaunya keluar dari area rumah penuh misteri tersebut.

26 Komentar

  1. Putra mahkota yg ilang ditelan badai :AKUGAKTERIMA :CURIGAH jadi ganteng ato malah beast :ragunih

    1. Kok jadi keinget film Beauty and the Beast yak :TERHARUBIRU

  2. Princess_Susan menulis:

    :HEMBUSNAPAS keren..

    1. Makasih loh. Ceritanya aja yang keren. Orangnya enggak. wkwkwkwk :PATAHHATI :PATAHHATI

  3. JulianJulieta menulis:

    Jng2 penghuni misterius itu pangeran yg hilang?

    1. Bisa jadi bisa jadi :HULAHULA

  4. Wahhh mengerikan…? :supershock

    1. Awas nanti di belakangmu loh. Ihhhh :BAAAAAA :BAAAAAA

  5. Badannya rusak + misterius ,, jangan2 pangerannya :CURIGAH :CURIGAH

    1. Hayoloh badan rusak + misterus. Jangan-jangan Hantunya si Pangeran. Ekekekekekekeke :ASAHPISAU2

  6. Sang Pangerankah??

    1. Masih Rahasia. Tapi kok kayaknya udah ketebak ya. hmm :tepuk2tangan

  7. farahzamani5 menulis:

    Wow wow wow tmbh penasaran ini
    Siapakah si siluet itu, jngn2 jngn2 jngn2 hihi
    Cuzz lanjut ke part berikutnya
    Semangat trs yak

    1. Makasih yak :)

    2. farahzamani5 menulis:

      Sma2 yak hehe

  8. Pangerannya kok diumpetin ?

    1. Nanti ada saatnya pangerannya muncul XD

  9. itu pangerannya ? kok serem ya

  10. putry iswari menulis:

    Kepo nie ?,

  11. HM HM, itu si siluet pangeran bukan ya?

  12. fitriartemisia menulis:

    nahloh siapa itu ya? pangeran itu kah? hmmm

  13. Ahhh aku penasaraannn itu kah pangerannya??? Atau lain lagi ?? Haishh

  14. Apakah itu pangerannyaa?

  15. Ditunggu kelanjutannyaa

  16. Aulia Rahmi menulis:

    Orang itu siapa ya kok misterius amat apa mungkin itu pangerannya??? Mungkin aja pangeran itu wajahnya jadi hancur gara2 hukuman yang berat jadi gak berani deh untuk menampakkan diri…

  17. Putra mahkota, kah?