16. Dingin mencekam Siapa yang tidak terpancing dengan keadaan Dwina sekarang? Atau dirinyalah yang tergoda dengan mudahnya? Rambut terkuncir asal, kaos putih kebesaran berpadu dengan celana leging hitam hingga dapat menjiplakkan kaki jenjangnya, matanya sangat sayu karena habis menangis dan bibir berwarna pink pucat. Membuat kesan manis di mata Arya terlebih aroma bayi menyelubungi perempuan …
DWINA part 15
15. Kenapa? Dwina melihat jelas seseorang sedang menatap bingung keadaannya sekarang. Ia yakin sebentar lagi dirinya akan di hujani deretan pertanyaan. Dwina menarik napas begitu dalam sebelum Arya membukakan pintu mobil untuknya. Arya memberi seulas senyum pada Dwina karena telah sampai di kediaman perempuan tersebut tepat pada pukul enam sore. Serin berada di dalam gendongan …
DWINA part 14
(No Ratings Yet) Loading… https://youtu.be/UyZnPCkk3Fs 14. Tiba-tiba Menjadi egois tidak masalahkan? kadangkala seseorang ingin berperan menjadi orang jahat supaya hati ini terpuaskan. Dwina memilih fokus pada skripsinya dan membuang semua perasaan itu. Menurutnya ini pilihan terbaik. Besok dia sudah janjian bertemu dengan Putri untuk menceritakan perihal dirinya dengan Arya, supaya hati ini tidak terus-menerusan tenggelam …
DWINA part 13
(No Ratings Yet) Loading… 13. Terjebak Dwina menautkan kedua tangannya yang terasa sedingin es dengan erat. Lima menit rasanya seperti satu jam. Namun, sekuat tenaga ia tetap bertahan sampai Tari menjemputnya. Dengan gugup Dwina meminum jus mangganya sambil sesekali menggigit sedotannya dengan kuat. Bola matanya memutar kearah lain. Kenapa ia harus terjebak dalam keadaan super …
DWINA part 13
(No Ratings Yet) Loading… 12. Bayangan Dwina melangkah cepat menuju ruangan 401. Ini sudah lewat setengah jam dari waktu kuliahnya kelas Bu Jamila. Siap-siap Dwina memasang wajah tembok saat mengetuk pintu kelas kemudian melangkah masuk seolah tanpa beban. Bu Jamila menatap ketus dirinya karena sangat terlambat, tapi wanita itu tidak menegurnya sama sekali. Napas Dwina …
DWINA part 11
(No Ratings Yet) Loading… 11. Hah? Akhirnya…. Gue pulang!!! Sebuah senyuman mengembang di bibir Dwina walaupun dirinya masih terjebak satu mobil dengan Arya. Dwina tidak peduli pada setiap alasan yang di berikan Kak Bayu mengenai kenapa Dwina lebih baik satu mobil dengan Arya. Intinya ia sudah cukup bahagia menuju rumah. Tadi pagi Angel bersama pacarnya …
DWINA part 10
(No Ratings Yet) Loading… 10. Malu Dokter mengganti jarum infus Dwina karena tangan Dwina yang di beri infus lama-lama menjadi bengkak dan rasanya nyeri. Alam bawah sadar Dwina menjerit ketakutan akan jarum suntik. Kemarin malam disuntik tidak begitu bermasalah baginya, karena Ia hampir tidak sadarkan diri jadi rasanya tidak begitu menyakitkan. Masa aku harus minta …
DWINA part 9
(No Ratings Yet) Loading… 9. Alergi tahap 2 Hah…. Tiba-tiba saja hujan turun sangat lebat hingga suara gemuruh petir menyambar membuat kilatan cahaya mengerikan selepas makan malam. Sepertinya alam mendukung Dwina untuk tetap bertahan di rumah keluarga Arya. Semua orang senang, terbalik dengan perasaan Dwina yang begitu kecewa. Untuk menghibur rasa sedihnya ia makin erat …
DWINA part 8
(No Ratings Yet) Loading… 8. Puisi Deruman mesin mobil membuat satu keluarga Arya saling menatap bingung satu sama lain. Siapa yang datang? sepertinya tidak ada satupun yang memiliki janji temu dengan seseorang, sedangkan Dwina menampilkan wajah sumringah mengetahui kedatangan Kak Bayu. “Yes Kak Bayu udah dateng” seru Dwina pada dirinya sendiri. Dwina langsung melangkah keluar …
DWINA part 7
(No Ratings Yet) Loading… 7. Alergi “Alerginya masih tahap awal tapi, jika kondisinya semakin memburuk tolong langsung dibawa ke rumah sakit karena bisa berefek bahaya. Dan setiap orang memiliki variasi sendiri atas gejala alerginya” pesan dokter langsung tertanam di otak Arya. Ia harus membuat Dwina tetap dalam keadaan hangat. Segera ia menyuruh Pak Kliwon membeli …
DWINA part 6
(No Ratings Yet) Loading… 6. Angel Pintu rumah terbuka menampilkan wajah Angel terkejut sekali mendapati Dwina didepan rumahnya. Segera kedua sahabat itu saling berpelukan erat. “Ya ampun kenapa nggak bilang-bilang dateng ke sini” tukas Angel sambil menghapus air matanya. Ia sunggung merindukan Dwina. Sampai detik ini dirinya masih belum percaya kalau dihadapannya adalah Dwina. Tangan …
DWINA part 5
(No Ratings Yet) Loading… 5. Jalan Dwina menggerutu menerima panggilan telpon dari sang Kakak yang ia tunggu-tunggu sejak kemarin sore “kok nggak dateng-dateng sih? Aku disini nggak enak sama keluarga Kak Arya. Aku itu orang asing di rumah ini”. Namun, mendengar jawaban Kak Bayu yang klop dengan hatinya membuat seulas senyum terbentuk di bibir Dwina. …
DWINA part 4
(No Ratings Yet) Loading… 4. Masak Keesokan harinya… Sudah menjadi kebiasaan Dwina terbangun pukul setengah lima pagi untuk sholat subuh. Buruknya suhu dingin seolah membekukan tubuh Dwina saat mengambil wudhu, segera dia langsung mengeram ke balik selimut selepas berwudhu. Suhu kamarnya saja hanya 29℃ pasti sekarang suhu subuh di Bandung menginjak dibawah 15℃ derajat celcius. …
DWINA part 3
(No Ratings Yet) Loading… 3. Tak Sengaja Mengenalnya Salah satu dari banyak gosip yang beredar tentang Arya yaitu dia masih belum bisa move on dari Putri. Satu sisi Dwina menikmati jalan hidup dan keteguhan hati Arya, tapi disisi lain ada secercah rasa kasihan. Agak aneh memang mengasihani orang lain yang hanya kita kenal melalui cerita. Keadaan mulai …
DWINA part 2
(No Ratings Yet) Loading… 2. Adem… Arya memandang manik mata Dwina yang kikuk ditatap olehnya membuat ia merasa jengah. Tapi mau bagaimana lagi? Keselamatan Dwina sudah menjadi tanggung jawabnya untuk sementara waktu. Jujur saja ia kurang menyukai perempuan manja dan kekanakan seperti aura yang terpancar dari diri Dwina. Lihat saja syal merah tebal hampir menenggelamkan …
DWINA part 1
(No Ratings Yet) Loading… 1. Perkenalan Tak Terduga “Maaf tapi kau bukan tipeku” Suara Drew menyiratkan bahwa pria itu tidak mempercayai perkataannya. “Kalau begitu siapa pria yang sesuai dengan tipemu? Richard?” Gabriel berusaha untuk menyeringai. “Astaga, bukan. Aku hanya menggodanya hari itu untuk membuatnya terkejut. Dia adalah teman baikku. Kami sering sekali bergurau bersama” “Kalau …
The Ruthless
8. You’re Mine Atmosfir memanas di tengah hawa udara yang dingin. Jenny memandang tajam Jonathan yang tadi mengatakan, kalau mulai sekarang namanya akan berganti menjadi Valencia Giovinco. Gejolak jiwanya seketika langsung naik ke ubun-ubun. Di sisi nyata, Jenny mencibir Jonathan secara terang-terangan. Dia tidak peduli laki-laki itu akan marah atau tidak. Yang jelas, dia ingin …
The Ruthless
7. Dia yang lain Awalnya Jonathan khawatir mendengar laporan dari Marta yang mengatakan, Jenny seperti mengalami trauma setelah mencium bau anyir darah hingga hampir pingsan dan hal tersebut bisa membuat gadisnya itu tidak nafsu makan. Tapi sekarang melihat Jenny sarapan dengan nafsu makan tinggi sehabis menangis semalaman. Kekhawatiran yang tadi berkembang jadi musnah dan berubah …
The Ruthless
6. Aldan-Rusia Pemandangan yang luar biasa dengan deretan hutan pinus menjulang tinggi menakjubkan mata. “Aku ingin membuka jendelanya.” Pinta Jenny dan Jonathan mengijinkannya. Tak lama hawa dingin masuk saat jendela mobil perlahan turun. Mobil melaju terus melewati perdesaan, danau, hutan cemara dan berhenti di sebuah rumah luas dan hanya memiliki satu lantai, bertempat dekat kaki …
The Ruthless
5. Pergi Seorang pengawal memberikan salah satu mantel hitam milik Jonathan padanya. Jika diingat, Jonxathan hanya membelikan Jenny sepasang pakaian dalam dan sebuah dress putih gading. Aroma Luxury terpancar saat mantel itu terlampir kebesaran di tubuh Jenny. Hangat terasa begitu nyaman, karena walaupun Washington mulai memasuki musim semi dan bunga cherry blossom bermekaran, tapi hawa dingin tetap …