Agni membuka matanya. Semilir angin lembut membelai wajahnya hingga sebagian penglihatannya tertutup oleh helaian rambutnya. Beberapa kali kelopak matanya bergerak hingga akhirnya dia bisa melihat dengan sempurna. Matanya segera disuguhkan oleh dua pemandangan yang selalu diimpikannya setiap kali dia bisa tidur dengan nyenyak. Sebuah pohon rindang yang daunnya sangat hijau serta wajah lembut dari seorang perempuan yang menunduk di atasnya.
“Kau sudah bangun?” Agni tak menjawab. Tangannya menyentuh permukaan kulit wajah perempuan tersebut. Dengan gerakan selembut mungkin, jemarinya mengusap permukaan wajah itu, merasakan bagaimana tekstur kulit yang terasa sangat nyata.
“Kau nyata.” Kekehan geli keluar dari mulut perempuan tersebut. Jemari tangan dari perempuan tersebut terulur ke puncak kepala Agni, mengusapnya berulang kali hingga membuat pemiliknya merasa nyaman.
“Kau seperti sedang mengigau. Apa kau barusan bermimpi sampai belum bisa kembali ke alam nyata.”
Agni mengangguk. Kepalanya bergerak untuk mencari posisi nyaman di pangkuan perempuan berambut panjang tersebut. “Mimpi panjang yang sangat melelahkan dan menakutkan.” Agni berbisik sangat pelan saat mengucapkan menakutkan. Memorinya mengingat semua rasa sakit saat setiap kali harus melihat perempuan di depannya merenggang nyawa di depannya, berkali-kali.
“Memangnya seperti apa mimpimu?”
Agni menatap lekat bola mata di depannya. Di dalam hatinya merasakan perasaan lega saat mengetahui jika perempuan tersebut kini berada disisinya kembali. “Aku melihatmu meninggal, berulang-ulang, di depan mataku. Rasanya aku ingin terbangun dari sana tapi tetap tidak bisa.”
Perempuan di depannya tersenyum. Tangan kirinya membawa tangan Agni, yang tadinya mengusap wajahnya, untuk saling berkaitan dengan erat. Sedangkan jemari tangan kanannya tetap mengusap kepala Agni, memberikan kenyamanan melalui sentuhannya. “Itu hanya mimpi buruk. Mungkin efek dari kelelahan. Kau seharian ini bekerja, lalu sepulangnya mengajak anak-anak bermain.”
Agni mengerutkan dahinya, “Anak-anak?” Agni segera mengalihkan pandangannya saat mendengar suara teriakan gembira tersebut. Tepat tak jauh dari mereka, ada sosok anak laki-laki dan perempuan yang sedang berlarian di padang rumput, berkejaran dengan anjing kecil berwarna coklat. Tawa mereka menggema seperti nyanyian indah di telinga Agni. Apalagi saat Agni bisa mellihat senyum di bibir mereka.
“Mereka sangat senang saat kau datang membawa anjing itu. kau sangat tau cara menyenangkan hati mereka.” Agni kembali mengalihkan matanya, menatap pada sepasang mata coklat yang menatapnya teduh. “Jangan khawatirkan mereka, aku akan memantau mereka. Istirahatlah, kau membutuhkannya.”
Agni tidak menolak. Bahkan saat tangan kanannya tetap terkait erat dengan tangan kiri perempuannya. Bahkan saat tangan kanan perempuan tersebut membelai lembut kepalanya. Bahkan saat tawa ceria anak-anak itu terdengar oleh telinganya. Atau bahkan semilir angin kembali membelai kulitnya. Agni tidak bisa menolak. Bahkan saat kesadarannya mulai menghilang dan dia mulai kembali tertidur. Dia tidak menolak karena dia sudah merasa cukup. Dengan semua yang dimilikinya kini, dia merasa cukup.
KONTEN PREMIUM PSA
Semua E-book bisa dibaca OFFLINE via Google Playbook juga memiliki tambahan parts bonus khusus yang tidak diterbitkan di web. Support web dan Authors PSA dengan membeli E-book resmi hanya di Google Play. Silakan tap/klik cover E-book di bawah ini.
Download dan install PSA App terbaru di Google PlayFolow instagram PSA di @projectsairaakira
Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat – Project Sairaakira
Happy
Tks ya kak udh update.