Vitamins Blog

MERITOCRACY : Prologue

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

68 votes, average: 1.00 out of 1 (68 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 


 

Bulan memang primadona langit yang tak ada duanya. Bergelantung dengan cahaya yang menyejukkan mata, membawa keyakinan bahwa akan selalu cahaya di tengah kegelapan, bahwa akan selalu ada harapan di tengah kedukaan.

Anna berdiri ditemani gemercik air kolam dan bermandikan cahaya bulan. Menyesap keheningan dalam kesendirian, melupakan ribuan manusia di dalam aula yang tengah menjajakan kemunafikan.

Ia menarik napas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan sebelum berbalik dan melangkah untuk kembali menuju aula. Seseorang pasti akan mencarinya jika ia terlalu lama menghilang dari sana. Terlarut dalam pikiran, Anna tak sengaja menabrak seseorang. Pasti penjaga istana. Pikirnya. 

Hari hampir berakhir namun nasib sialnya masih terus menghantui tanpa akhir. Anna menggelengkan kepala kecil, nyaris tak terlihat.

Fokus!

“Maaf—”  Anna mendongak menatap seseorang yang menjadi korban kecerobohannya. 

Orang itu bukan penjaga istana. Postur tegap dengan jubah beludru megah yang tersampir di bahu seseorang itu jelas sekali menegaskan siapa ia dan apa kedudukannya di istana. 

“Mohon ampun, Yang Mulia! Saya pantas mendapat hukuman untuk itu.” Sergah Anna cepat dengan menundukkan kepala dan bersikap seformal mungkin. Ketahuilah bahwa Putra Mahkota adalah orang terakhir yang ingin ditemuinya di saat suasana hatinya sedang seperti sekarang ini. 

“Angkat kepalamu,” Suara berat itu menebas keheningan malam. 

Alih-alih mematuhi perintah sang Putra Mahkota, Anna justru mengambil satu langkah mundur dan menundukkan kepalanya lebih dalam. 

“Saya benar-benar minta maaf atas kecerbohan saya, Yang Mulia.” Balas Anna. Sungguh ia ingin segera pergi dari tempat ini sekarang juga. 

“Aku akan benar-benar menghukummu jika kau tidak mengangkat kepalamu.” Sang Putra Mahkota terdengar sangat menekan geramnya.

Anna menghela napas pendek sebelum kembali menjawab tanpa memandang si calon raja tersebut. “Kalau begitu saya akan menghadap Anda esok hari, Yang Mulia.”

Tanpa menunggu balasan Putra Mahkota, Anna membungkuk untuk memberi hormat dan langsung berbalik berniat meninggalkan tempatnya.

“Kau sungguh akan terus seperti ini?” 

Anna berusaha menahan diri untuk tidak mendengus dan kembali menghadapkan tubuhnya pada Putra Mahkota sambil sekuat mungkin menjaga ekspresi wajahnya.

“Saya tidak yakin mengerti apa maksud Anda, Yang Mulia.” Jawab Anna sopan.

Putra Mahkota menghela napas kasar dan menatap kesal Anna. Jika orang lain melihat mungkin itu tidak bisa dikatakan kesal, lebih tepatnya frustasi. 

“Kalau begitu saya permisi, Yang Mulia.” Kali ini Anna sungguh menjauh dari tempatnya. Mengabaikan perasaannya yang saat ini sangat ingin meluluh lantakkan istana dengan amarahnya. Ia tak akan termakan apapun.

“Jadi, sekarang kau meninggalkanku?”

Demi apa pun Anna bersumpah, ia benci sekali mendengar lirihan itu. Hatinya terluka, namun pikirannya mengatakan bahwa ini memang hal yang benar untuk dilakukan. Bukan Anna yang bersalah di sini.

Ini harus benar-benar berakhir. 

Dengan cepat Anna membalikkan tubuh dan menatap Putra Mahkota tepat di mata. Membalasnya dengan pandangan yang jauh berbeda seperti sebelumnya. Anna percaya dengan sebuah konsep apabila kau ingin mendapatkan dunia, maka kau tidak bisa mendapatkan cinta, dan begitu juga sebaliknya. 

Keduanya memilih hal yang sama. Mereka mencintai dunia, jauh sebelum mereka saling jatuh cinta.

“Satu-satunya orang yang pergi meninggalkan adalah kau. Jadi, jangan bertingkah seakan dirimu yang paling terluka di dunia ini.” Desis Anna.

Tanpa mengharapkan balasan apapun, Anna melanjutkan niatnya untuk pergi. Bisakah malam ini berakhir lebih buruk lagi?

“Oh,” merasa belum puas menampar sosok itu dengan kata-katanya, Anna kembali menyahut, “maaf, aku lupa mengatakan sesuatu,”

Sang Putra Mahkota memandang Anna gamang. Tidak dapat menebak hinaan apa lagi yang akan dilemparkan oleh perempuan di hadapannya.

“Selamat atas pernikahanmu, Yang Mulia.”

©️MERITOCRACY, 2020

12 Komentar

  1. Sriramadhani144 menulis:

    Ceritanya di repost ya??

    1. nabillaruwahastuti menulis:

      Iyaaa

  2. oviana safitri menulis:

    keren nih :iloveyou

  3. Wahhhhh, jadi putra mahkota tuh mantannya Anna? Beuhhh seruu nih, lanjuttttt baca part berikutnya dah ni
    Semangat Nyai Moon Young :sebarbenihcinta

  4. Seru bru bca :ayojadian

  5. :sebarbenihcinta seru nih

  6. ArinaRisaDewi menulis:

    Wahhhhh baru nemu cerita ini. Prolognya aja sudah keren banget :haisalamkenal

  7. ArinaRisaDewi menulis:

    Aku balik lagii hehe…yg di prolog ini putra mahkota si javias (dienvidos) atau si eric (voreia) ?? si anna kayaknya kena karma deh karna sudah kabur dari pernikahannya sama putra mahkota javias makanya dia “ditinggalin” sama putra mahkota yang di prolog ini

    1. Si ㄹ Sunny menulis:

      aku juga kembali lagi, sambil ikut mikir :luculuculucuih semoga putra mahkota disini bukan Eric :nangiskeras soalnya aku tim Anna Eric :babeinicintaku

  8. Prolog

  9. famelovenda menulis:

    Mulai baca ulang biar bisa ikutin part terbaru krn udah mulai lupa. Hehe