MERITOCRACY 11 : Inertia

  Caesar Delano X. Generasi ke-10 dari Caesar Delano, orang pertama yang mendirikan kekaisaran. Membantai Zuvnich untuk menyelamatkan Voreia. Begitu katanya. Tahu apa yang lebih mengejutkan? Caesar Delano tidak memiliki darah kerajaan di tubuhnya. Dulu Anna pernah membaca satu paragraf di dalam Kitab Gogledd—sebuah pakta yang disinyalir tercipta ketika daratan Halstead diberi nama Halstead oleh …

MERITOCRACY 10 : Clearance

  Double Chapter! Spesial untuk yang masih setia nungguin hehe. Happy reading!   Gelap… Tapi tak ada rasa gelisah yang menghampiri. Ia tidak terlempar ke dalam lubang yang selama ini menyekapnya dalam tidur. Yang ada hanya rasa hangat, sunyi, dan damai. Kapan terakhir kali ia mendapatkan tidur semacam ini? Ia tidak bisa melihat apa pun—salah, ia …

MERITOCRACY 9 : Ablation

    Happy Reading! “Aku diserang… hingga terseret ke tempat di mana pun kau menemukanku.” Kala itu Anna masih berusaha untuk memahami, memang tidak ada satu orang pun yang dengan senang hati langsung bercerita kepada orang asing ketika diberi pertanyaan yang serupa, termasuk Anna. Dan ia pun tidak begitu peduli penyebab mengapa pemuda itu bisa …

MERITOCRACY 8 : Inquire

    “Kau ingin menukar itu dengan apa?” Tanya Lozard pada Rei yang duduk di konter berseberangan dengannya. Sosok yang ditanya sedang melakukan peregangan pada lengannya yang hampir mati rasa karena menyeret hasil buruannya. Anna memang bedebah tidak punya hati, perempuan itu bahkan tidak sedikit pun menawarkan bantuan.  “Rum,” Rei tersenyum pada Lozard. “Tambahkan dengan …

MERITOCRACY 7 : Aphorism

  “Pakaian ini milik siapa?”  Jemari Anna yang sibuk mengikat tali-tali sepatunya mendadak berhenti mendengar pertanyaan tersebut. Gadis itu menoleh ke sumber suara sambil menyelipkan rambutnya yang tergerai ke belakang telinganya. “Bisakah kau tidak mempertanyakan segala hal?” Jawab Anna setengah kesal. “Apakah ini milik bedebah tadi?”  Anna menghela napas kasar, mengikat tali sepatunya asal dan …

MERITOCRACY 6 : Floating

    “Semoga akhir pekanmu menyenangkan,”  Anna tersentak dan langsung berbalik ketika mendengar suara berat di dekatnya. Diturunkan kembali tudung jubah yang sudah ia kenakan sebelum menatap sang lawan bicara.  “Apa yang kau inginkan, Javias?” Ujar Anna malas. Ia benar-benar ingin pergi dari tempat ini secepatnya.  Javias menatap intens tepat di iris madu Anna, walaupun …

MERITOCRACY 5 : Ceasefire

      Berkali-kali Anna mencoba untuk tidak meringis, namun tetap saja tidak bisa. Kepalanya serasa habis ditabrak dengan kereta barang, pusing bukan main. Tetapi Anna tetaplah Anna dengan segala watak keras kepalanya, dengan gerakan perlahan ia bangkit dari posisi berbaringnya. “Apa kau serius?” Bentak seseorang. Anna mendongak, melihat apakah bentakan itu ditujukan untuknya. Dan …

MERITOCRACY 4 : Invitation

    Malam meleburkan Anna bersama jubah gelapnya yang menyaru dalam kegelapan. Langkahnya cepat dan tegas, dan sesekali kepalanya menunduk menyembunyikan wajahnya—walaupun sebetulnya tidak perlu, mengingat tidak ada penduduk desa yang keluar di tengah malam hari. Ia sedikit bersyukur hari ini tidak hujan, suhu malam ini jadi tidak terlalu menusuk tulang, dan sepatunya pun terhindar …

MERITOCRACY 3 : Internee

    Keheningan mereka diisi oleh suara kertak kayu yang dilahap api. Anna berusaha untuk tetap menjaga napas tenang ketika menyadari kenekatannya berada pada jarak yang berbahaya dengan pemilik netra biru yang terlihat setenang lautan.  “Kau tidak akan menjawabnya?” Bisik Anna. Laki-laki itu mengerjap merasakan napas Anna di wajahnya. Tidak ada jawaban. Anna melebarkan jarak …

MERITOCRACY 2 : Lost Sapphire

    Hati Rei terenyuh melihat sosok itu lewat tanpa menyadari kehadirannya—atau mungkin memang sengaja mengabaikannya. Hampir satu tahun ia pergi, apakah gadis itu merindukannya juga? Ia ingin sekali menghampirinya, namun terasa seolah-olah ada penghalang tak kasatmata di tengah-tengah mereka. Pembicaraannya dengan Anna kemarin sama sekali tidak membantu. Rei ingin sekali mencekik Anna kalau saja …

MERITOCRACY 1: Consciences

      Anna menghela napas lelah. Manusia memang tak pernah berhenti berbuat ulah. Ia melangkahkan kaki mendekat ke arah tubuh terbujur kaku yang ia yakini sudah tak bernyawa. Tidak ada keraguan dari langkah kakinya, hanya langkah malas dengan ekspresi wajah penuh ironi menatap mayat tersebut. Untung saja makanan di dalam perutnya tidak meronta-meronta untuk …

MERITOCRACY : Prologue

    Bulan memang primadona langit yang tak ada duanya. Bergelantung dengan cahaya yang menyejukkan mata, membawa keyakinan bahwa akan selalu cahaya di tengah kegelapan, bahwa akan selalu ada harapan di tengah kedukaan. Anna berdiri ditemani gemercik air kolam dan bermandikan cahaya bulan. Menyesap keheningan dalam kesendirian, melupakan ribuan manusia di dalam aula yang tengah …