Vitamins Blog

Diskusi

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

Malam itu…

Aku sedang berbincang dengan ibu, tertawa karena cerita lucuku tentang hari itu. Lalu tiba-tiba saja tawaku terhenti, berganti menjadi hening, wajah yang tadinya berseri tergantikan dengan muram.

“Kak, sudah umur sekian belum ada niatkah mengenalkan seseorang?” Muncul pertanyaan yang selama ini aku takutkan. Karena aku tahu, jawaban ku akan menyakitkan, ada harap yang begitu tinggi saat  menatapnya.

Jika saja ini bukan beliau yang bertanya, mungkin aku sudah dengan lantang mengatakan seperti biasanya.

“Masih muda nikmatin aja dulu.” Dan aku tahu jelas, bagi mereka yang berbeda pola pikir tak bisa sesantai itu menerima jawabannya. Meski sejujurnya banyak teman-teman ku yang sudah menikah bahkan memiliki keturunan di usia yang masih terbilang muda.

Aku masih terdiam, berusaha berpikir dengan keras agar apa yang ku sampaikan tak melukainya. Tapi….

“Jika memang belum ada, berkenankah kakak dikenalkan oleh seseorang yang ibu pilihkan?”

Seketika aku merasa jam yang berdetak berhenti, jantung yang berdebar tak berfungsi, bumi seakan berhenti berputar dan aku harus memilih.

Ku genggam tangan ibu, melihat tangan yang sudah membuaiku selama 25 tahun tanpa letih. Terlihat jelas guratan kulit yang menua, bukti berapa lama beliau berjuang.

“Bu… aku tahu mungkin ibu khawatir jika kelak aku akan terlalu nyaman dengan kesendirian, bukannya aku tidak ingin punya pasangan hanya saja Tuhan belum mau jika aku meninggalkan ibu. Dan juga… aku masih memperbaiki diri agar kelak yang ku dapati lelaki yang mengerti, mengasihi dan menghujani ku dengan kebahagiaan atas ridha illahi, bukan hanya sekedar melewati hari hingga mati.”

Kembali ku tatap mata ibu, berharap beliau mengerti. 

Sudut bibirnya terangkat, beliau tersenyum dengan hangat. “Mau coba ta’aruf dulu?”

Dan aku tahu ini adalah keputusan yang tak bisa terelakkan.

“Ibu tahu jika ta’aruf tidak selalu berhasil, dan saat itu terjadi boleh aku berhenti dan biarkan takdir berjalan dengan apa yang sudah ditentukan oleh Tuhan.”

Akhirnya diskusi kamipun berhenti. Dengan akhir yang jelas ku sanggupi, tak apa ini hanyalah permintaan sederhana dari orang tua yang sudah berjuang melahirkan seorang anak bertaruh nyawa.

Mungkin saja aku akan berterima kasih kelak atas permintaan itu.

 

2 Komentar

  1. Wahhh penasaran sama kisah lanjutannya, gmn ta’aruf nya dll hehe
    Pastinya orang tua ingin yg terbaik untuk anaknya 😊

  2. Semoga berhasil