Vitamins Blog

Lord Of The Demon’s Bride Bab 16

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

BAB 16
Blood & Tears

Estel melangkah gugup kedalam kastil hunedoara, sudah dua minggu semenjak dia meninggalkan tempat ini, bangunan kastil seperti habis direnovasi, lukisan disepanjang koridor telah hilang, menyisakan tembok berwarna monokrom. Ragu ia meremas ujung gaun hitam khas niflhaim. Estel tidak repot mencari keberadaan para ksatria. Mereka sedang berkumpul diruang pertemuan.

Jantungnya berdebar luar biasa, belum ada menyadari keberadaanya hingga ia leluasa mengamati para ksatria. Lysander dan rivan tampak berdiskusi, helios bersandar disamping meja bilyar mengamati daryian dan zale yang sedang berlatih. Xander dan ionia berpelukan didekat jendela.

Estel menarik nafas, ini jalan terbaik semoga mereka bisa membantunya.
“Hi” ucap estel canggung, mengalihan perhatian semua ksatria padanya.

Semua orang berhenti beraktifitas, menatapnya seakan ia adalah hantu
Ionia menubruk estel memeluk wanita itu erat, mengoyangkan tubuh estel ke kanan-kiri “ya ampun aku sangat merindukanmu, aku pikir kau tidak akan kembali kau tidak tahu apa yang terjadi selama kau pergi”

“Ionia” tegur xander, rivan memicing mata kearah estel, ia mengangkat dagu tinggi. Dia tidak akan menunda lagi.

“Aku ingin membicarakan sesuatu dengan kalian”

Helios membuang nafas kasar “aku tidak ingin mendengar”Membuang muka

Estel tidak menyerah “ini mengenai kutukan priam, aku aku” kuatkan dirimu estel “tahu cara menghapus kutukan itu”

“dengan membunuhmu” sambar lysander cepat “kami tidak akan melakukannya, priam akan membunuh kami”

“Itu yang dibutuhkan priam untuk bisa lepas dari kutukannya, kutukan itu harus benar-benar terjadi”

“Kau akan mati ditangan priam, lalu ketika priam sadar dia akan membunuh dirinya sendiri” ucap rivan tajam membayangkan saudaranya tersiksa dalam kubangan rasa bersalah membuat hatinya marah.

Estel menggeleng, tidak ini bukan hanya tentang priam tapi tentang diriku juga. Ucapan estel berhasil menarik perhatian para ksatria

“Apa maksudmu” zale meletakan belati yang baru diasahnya. Memusatkan perhatian pada estel.

Estel meremas jarinya gelisah “aku anak zeus yang ada dalam ramalan priam, aku harus mati seperti yang diramalkan jika tidak priam akan ditelan oleh kutukannya sendiri. Tidak pernah kembali”

Semua ksatria menahan nafas, wajah mereka pucat mendengar mengakuan estel. Helios dan rivan sudah mecurigai estel adalah wanita dalam ramalan itu, tapi menerima kenyataan ratu niflhaim ini adalah salah satu anak zeus yang harus mati ditangan priam sulit diterima. Daryian mengumpat

Xander yang tenang dari awal mulai gelisah mengingat percakapannya cocytus di underworld

estel harus rela berkorban, mati ditangan priam , hanya itu satu-satu cara untuk menghilangkan kutukan tidak ada yang bisa merubah itu, zeus sekalipun”

rasanya xander ingin mengiris lehernya sendiri, membayangkan saat priam sadar dan mendapati apa yang dia lakukan. Xander tidak sanggup membayangkannya lagi.

“Kau bersedia mati demi priam” tanya xander serius tidak menghiraukan makian ksatria lain.

Estel mengangguk mantap “aku akan melakukan apapun demi priam”

“Kenapa ionia menatap estel marah, kenapa kau harus berkorban yang pada akhirnya menyiksa priam, ksatria bodoh itu” ionia tidak sanggup melanjutkan, air mata menetes dimata indahnya. Xander memeluk pasangannya.

Estel tersenyum lemah “itu takdirku, aku tidak bisa merubahnya. kematianku sudah ditentukan sejak aku lahir, takdir kami terhubung dan aku memenuhi takdirku. priam pantas hidup tanpa kutukan, aku rela menukar semuanya untuk priam. aku mohon jagalah priam setelah aku pergi, jangan biarkan dia sendiri dan menyalahkan dirinya” Air mata membasahi pipi estel, dia tidak akan mengatakan bahwa setelah pengorbanan itu dirinya akan hidup lagi hilang ingatan. Ini lebih baik.

“Priam sungguh brutal,estel” wajah xander penuh kekhawatiran. Estel hanya tersenyum tidak ada keraguan dimata wanita itu.

“Aku tahu”

“Lebih buruk dari sebelumnya”

“Aku tahu” ada kelembutan terpancar dari mata estel membuat zale luluh.

“Aku harap hal ini tidak pernah terjadi estel tapi jika itu keputusanmu, baikalah”

“Zale” rivan membentak, dirinya tahu betul bagaimana akhir semua ini. Priam akan memusuhi mereka semua dan menyalahkan dirinya sendiri.

“Aku tahu ini tidak adil, tapi mencegah estel bukanlah pilihan. Berdoalah pasukan asgard tidak memenggal kepala kita”

“Tidak ada yang akan memenggal kepala kalian, bahkan asgard tidak ikut campur, aku ratu niflhaim kalian akan baik-baik saja” estel menarik nafas. “Terima kasih, aku harap memiliki banyak waktu bersama kalian” membayangkan memorinya akan hilang membuatnya takut. Dia sendiri masih menebak nembak memori mana yang akan di ingatnya

“Priam pasti sedih dan menyalakan dirinya seperti waktu aurelius mati” Daryian menepuk bahu rivan “estel rela berkorban demi priam, apapun resikonya.ini takdir mereka. Sekeras apapun mereka mencoba menghindar pada akhirnya takdir itu akan menghampiri. Mungkin priam akan membenci kita semua tapi itu sudah lebih dari cukup. melihat pria brengsek itu disekitar kastil ini terasa lebih menyenangkan”

Sejenak zale teringat wanita yang saat ini menjadi tawanan dalam kamarnya, mungkin setelah priam takdirnya akan datang menghampiri. Tinuvielnya yang manis.

****

Priam mencoba melepas rantai dipergelangannya. Darahnya seakan mendidih dengan erinyes yang terus berkelabat dibenaknya. Mencakar cakar minta dilepas. Setelah raiziel menusuk dadanya, nafsu membunuhnya semakin menggila.
Keringat membasahi dada telanjangnya, dia ingin mencabik tubuh raiziel. Malaikat brengsek itu berani melukainya, membayangkan tubuh raizel yang terkoyak dengan cakarnya membuat priam tersenyum senang.

Wangi matahari dan madu memenuhi penciumannya dari arah pintu terlihat estel melangkah masuk. Perempuannya itu terlihat cantik luar biasa dengan gaun putih yang ujungnya menyapu lantai, dikepalanya terdapat rangkaian bunga bugenville merah. Pipi estel merona alami. Erinyes menggila dalam benaknya saat estel terduduk disamping priam.

Estel menatap teduh priam, meringis melihat banyak luka ditubuh ksatrianya. Tangan estel bergetar menangkup wajah priam, menyatukan dahi mereka nafas priam hangat membelai pipi estel

Erinyes kau mendengarku” kata estel penuh harapan. Seketika wujud priam berubah menjadi erinyes menampilkan wajah kejam sang daemon

Estel tidak menarik diri menatap erinyes lembut “kau tahu aku mencintaimu dan priam melebihi apapun”.

Erinyes tertawa “aku ingin mencicipi darahmu, merobek tenggorokanmu dengan cakarku. Itu akan memuaskan kita berdua”.

Estel tersenyum “ya aku tahu itu”.

Erinyes berenggut “lepaskan rantainya dan impianmu akan terwujud”. Tanpa di duga estel mencium bibir erinyes, ciuman panas nyaris putuh asa erinyes menggeram.

Estel tersenyum sedih dibelainya pipi “erinyes, kau tahu aku mencintai kalian berdua”

Rivan berteleportasi membuka rantai dikedua tangan.

Hanya perlu sedetik sebelum tubuh estel tersungkur kelantai “impianmu terwujud perempuan”.

Wajah estel tetap tenang tanpa ekspresi apapun saat erinyes menusuk pedangnya menembus gaunnya

Suara tangisan ionia terdengar menyayat, xander mengetatkan pelukannya.

Darah merembes keluar, saat erinyes menarik pedang darah segar menciprati wajah sang daemon. Erinyes menjilati sisi pedang yang berlumur darah, seringai kepuasan tercipta. kembali menusuk perut estel brutal.

“Priam” panggil estel kepayahan setelah tikaman ke lima, tubuhnya sudah gemetaran dengan mata sayu.
Dengan kasar priam menarik tubuh estel berdiri, tanpa menunggu mengigit tekuk estel seperti kehausan. Rasa sakit menjalari tubuh estel tapi dia sudah bertekat untuk tepat tenang, bahunya dicabik selama proses itu.

Sedikit lagi, aku harus menahannya mantra estel pada dirinya.
Helios, lysander yang tidak sanggup melihat kelakuan brutal priam memilih keluar kamar.

Priam menggeram saat tangan estel memeluk lemah. “Aku mencintaimu”
Priam mengerjap, menarik pandangannya hingga melihat mata sayu estel, senyum menghiasi wajah pucat itu. Priam menggeleng kepala lagi, erinyes mencakar benaknya kali ini dengan panik. Tapi kenapa priam tidak mengerti

Baru setelah estel mengarahkan cakar priam menembus tubuh estel hingga darah menggenang dilantai  priam sadar. Dia telah membunuh wanitanya dengan tangannya sendiri.

Estel rubuh kelantai bersama priam yang menangis tersedu-sedu
“Estel, estel please please” rengek priam dengan tubuh gementar. Air mata membanjiri kedua pipi ksatria itu.

Priam memeluk estel erat meraung sedih. Demi zeus apa yang sudah dia lakukan. “Please sayang, jangan pergi” priam begitu terkejut melihat kedua tanganya berlumuran darah. Darah estel

Mata priam menatap para ksatria yang berdiri diujung pintu masuk kamar. Wajah mereka muram, bahkan priam bisa mendengar tangisan ionia.

“Tolong estel, please panggil dokter, sembuhkan estel” ucap priam putus asa. “Sayang bangun, bunuh saja aku”  kepala estel terkulai di pelukkanya. Estel sudah tak bernyawa dan priam bisa merasakan kutukannya telah hilang. Erinyes menangis dalam benaknya.

“Tidak” ia menangis terisak, menyesal selama ribuan tahun berharap kutukannya hilang tetapi sekarang ia lebih memilih menanggung kutukan itu selamanya.

“Please kembalilah” priam menekan wajahnya pada rambut estel. Ia tidak sanggup hidup. Lebih baik dirinya mati.

ini part yang bikin aku galau nulisnya tidak tega liat priam kayak gitu ? 

tiga bab lagi udah selesai

selamat membaca dan komentar ?

ryindini

i love reading

3 Komentar

  1. huaaaaaaa

  2. Seru bangettt baru baca cerita ini dan meski nggak terlalu ngerti sama awal ceritanya tapi penulisnya enak banget ngejelasinnya jadi lumayan pahamm, ceritanya keren bangeeet coba cerita vitamin bisa di vote yaa

    1. sebenarnya bab2 sebelumnya sdah aku revisi tapi tidak aku upload disini, diupload di wattpad.