Right Hands Mistress

Right Hand’s Mistress Part 4: Terikat Nada

Bookmark
ClosePlease loginn

No account yet? Register

projectsairaakira Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat

Baca Novel Gratis Bagus Berkualitas Sampai Tamat

1,289 votes, average: 1.00 out of 1 (1,289 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading... Baca Parts Lainnya Klik Di sini

5360 words


Yuk! Bantu para author kita melindungi karyanya

D   I   S   C   L  A  I  M  E  R

© copyright 2019 @projectsairaakira  hak cipta, hak edar, hak terbit atas nama @projectsairaakira. Seluruh karya di website ini telah didaftarkan, memiliki ISBN resmi dan dilindungi oleh hukum yang berlaku serta mengikat.

Dilarang meniru, menjiplak, mengubah nama tokoh, mengambil ide/inspirasi baik sebagian maupun keseluruhan isi cerita yang berada di dalam website ini.  Selain dari pihak resmi yang telah bekerjasama dalam payung hukum dengan @projectsairaakira, dilarang mendistribusikan karya di dalam website ini dalam bentuk softcopy ataupun hardcopy  baik keseluruhan maupun sebagian cerita.

Kami mengapresiasi laporan temuan/dugaan dari vitamins menyangkut usaha plagiat baik keseluruhan maupun sebagian dari karya-karya ProjectSairaAkira yang dipublish di website ini. Jika Anda menemukan plagiat di wattpad dan media online/offline lainnya, baik keseluruhan maupun sebagian cerita, bantu kami untuk report copyright violation kepada admin pihak wattpad dan media online/offline lainnya dan berikan informasi kepada kami supaya kami bisa menindak tegas pelaku plagiat .

Yuk! Mari berikan balasan baik atas kesempatan menikmati karya di PSA dengan aktif membantu para author melindungi karyanya.

Silahkan hubungi admin kami di [email protected] .


CERITA SEBELUMNYA

Dan ekspresi Jenderal Youshou… seolah-olah beliau sedang menahan rasa sakit yang amat sangat?

Lalu Jenderal Youshou memohon kepadanya untuk memainkan musik erhunya kembali. Kaoru masih bingung mendengar permintaan itu. Dia tidak salah dengar, bukan?

Matanya menatap ke arah Jenderal Youshou dengan ragu dan dia melihat perintah tak terucap di sana. Kaoru tahu bahwa dia harus memainkan musiknya lagi.

Seolah terhipnotis, jemari Kaoru yang mencengkeram busur penggesek bergerak kembali, menggesek dawai erhu yang langsung menanggapi dengan mengalunkan musik indah menyayat hati sekaligus menenangkan. Nada itu menciptakan suasana magis yang melingkupi seluruh area yang terbungkus oleh keindahannya, mengabaikan derasnya hujan di luar sana yang masih mendera dan memisahkan diri dari dunia luar, hanyut di dalam rangkaian nada yang tersaji indah, memanjakan indra pendengaran dan perasaan.

Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, dalam perlindungan alunan musik indah yang membuai jiwa, Jenderal Youshou bisa memejamkan mata tanpa mimpi buruk datang menghampirinya.


Music Instrument Credit link

Bif Fish and Begonia ( Zhou Shen Big Fish ) Erhu Cover by Tsai柠露 

W A R N I N G ! postingan ini menggunakan musik background. Silahkan tekan tanda [ || ] pause di pojok kanan atas layar perangkat Anda, untuk mematikan musik background. Anda bisa menambah atau mengurangi volume backsound di perangkat Anda sesuai dengan tingkat toleransi pendengaran Anda.


Kaoru memainkan musik sambil memejamkan mata, menggesek sepenuh hati hingga seluruh nada yang disenandungkan oleh erhu di tangannya memenuhi udara dengan alunan magis yang memenuhi udara. Ketika dia selesai menggesek nada terakhirnya, barulah mata Kaoru terbuka dan dirinya tertegun melihat pemandangan yang ada di depan matanya.

Sosok Jenderal Youshou yang namanya paling ditakuti karena kekejamannya di medan perang itu tertidur lelap di seberangnya, tanpa pertahanan diri, tanpa kewaspadaan yang harusnya dimiliki oleh pejuang paling tangguh Kerajaan Shasou itu.

Sejenak Kaoru terpaku, tak berani bergerak, bingung harus berbuat apa. Tetapi, dia tidak bisa menahan matanya untuk mencuri kesempatan diam-diam, mengawasi Sang Jenderal yang sekarang tidak membalas tatapannya.

Sama seperti pemandangan antara hidup dan mati di tengah hutan ketika dia melihat wajah Jenderal Youshou di bawah cahaya bulan, wajah Sang Jenderal masih tampak sama tampannya seperti sebelumnya. Memang dari apa yang Kaoru lihat selama bekerja sebagai pelayan di kediaman keluarga Long, seluruh anggota Keluarga Long baik yang masih muda maupun yang sudah tua, memiliki kharisma tersendiri yang membedakannya dengan rakyat jelata, seolah-olah mereka tampak begitu kuat dan berwibawa, membawa sifat pejuang dan pemimpin alami di dalam dirinya. Dan itulah yang tercermin di wajah Jenderal Youshou saat ini. Bahkan dengan melihatnya ketika Sang Jenderal sedang tidur pun, Kaoru masih merasa sengatan terintimidasi oleh kekuatan yang memancar dari aura Sang Jenderal.

Tetapi, entah kenapa Sang Jenderal tampak menahan lelah yang amat sangat, pun dengan wajahnya yang tampak pucat.  Lelaki itu tidur sambil duduk, punggungnya menyandar di tiang kuil, sementara kepalanya sedikit tertunduk dengan kedua tangan masih bertumpu pada gagang pedang yang tertancap di depannya.

Apakah Jenderal Youshou sedang sakit? Karena itukah lelaki ini tertidur di sini?

Kaoru mendengar bahwa pasukan Jenderal Youshou telah pulang ke ibukota dengan membawa kemenangan besar. Kalau begitu, besar kemungkinan Sang Jenderal mengalami cedera, atau mungkin kelelahan setelah berpulang dari medan perang.

Perlahan Kaoru bergerak bangkit, dia meletakkan erhu di tangannya dengan hati-hati di atas meja tinggi yang aman. Setelah itu, diambilnya selimut putih besar yang terlipat di kakinya. Sejenak Kaoru meragu sambil memeluk selimut besar itu di tangannya. Dia langsung memutuskan bahwa dengan keberadaan Jenderal Youshou di kuil ini, tidak mungkin Kaoru melanjutkan rencananya untuk tidur di kuil malam ini.

Apakah Jenderal Youshou akan tertidur semalam suntuk? Ataukah beliau akan bangun dengan segera? Apa yang akan dilakukan Jenderal Youshou kepadanya kalau beliau terbangun nanti?

Dengan takut Kaoru melangkah perlahan, memangkas jarak antara dirinya dengan Jenderal Youshou. Sang Jenderal tampak sangat lelap ditelan tidurnya, dan melihat itu, Kaoru langsung tahu bahwa sepertinya beliau tidak akan bangun dalam waktu dekat.

Kaoru menghela napas panjang, matanya melirik ke hujan deras di luar yang meniupkan udara dingin yang membawa titik-titik air yang membekukan udara. Dia akhirnya memberanikan diri melangkah semakin dekat dengan tubuh Jenderal Youshou yang tertidur. Ketika dia berdiri hanya tinggal beberapa langkah jaraknya dengan Sang Jenderal, langkah kaki Kaoru terhenti, kembali meragu.

Lalu Jenderal Youshou bergerak tiba-tiba, membuat Kaoru terloncat saking terkejutnya. Tapi ternyata Jenderal Youshou tidak terbangun, lelaki itu hanya melepaskan kedua tangannya dari gagang pedang dan menyandarkan tubuhnya sepenuhnya di tiang. Matanya masih terpejam rapat dan ekspresinya berubah damai.

Mata Kaoru beralih ke arah pedang Jenderal Youshou dan keningnya berkerut. Pedang itu tampak indah, dengan gagang berwarna emas berulir naga yang merupakan lambang dari Keluarga Long. Dia ingat sekali bahwa pedang inilah yang digunakan untuk mengancam nyawanya waktu itu. Sekarang pedang ini tertancap begitu saja di lantai kayu tanpa penjagaan, sementara pemiliknya malah tertidur lelap tanpa pertahanan.

Pedang itu telah mencabut banyak nyawa di medan perang…sudah berapa banyak darah manusia yang melumurinya?

Kaoru merasa bulu kuduknya berdiri, dia melangkah menjauh dari pedang itu, memilih jalan memutar sejauh mungkin dari tempat pedang itu tertancap untuk mendekati Jenderal Youshou. Dengan lembut dia meletakkan selimut tebal putih itu melingkupi tubuh Sang Jenderal. Lelaki itu masih tak bergerak, terlalu nyenyak untuk terbangun hanya dengan sentuhan hati-hati dari selimut yang membungkus tubuhnya. Setelah memastikan Sang Jenderal nyaman dengan selimutnya, Kaoru melangkah mundur, lalu membalikkan tubuh meninggalkan Sang Jenderal tertidur sendirian di dalam kuil.

Saat ini, menjauh dari Sang Jenderal merupakan keputusan yang paling aman. Kaoru mendongak ketika dia sampai di ujung tangga yang menghubungkan halaman berumput dengan bagian depan lantai kuil. Lalu dia menginjakkan kakinya ke rumput basah, langkahnya ringan ketika dia berlari-lari kecil menembus hujan, menyeberangi halaman kuil untuk kembali ke kamarnya sendiri.

***

Jenderal Youshou mengerjapkan mata ketika cahaya  matahari pagi menyentuhkan sinarnya di kelopak matanya yang tertutup. Sejenak dirinya kehilangan orientasi, bingung berada di mana.

Pagi telah mengintip malu-malu di ufuk timur, sinarnya mulai menyelimuti alam meskipun masih harus bersaing dengan hujan yang terlena di singgasana langit. Hujan semalam ternyata belum ingin mengucapkan selamat perpisahan kepada bumi, rintiknya masih tertinggal, menciptakan udara  berkabut pekat oleh warna putih yang nyaris seperti asap.

Menyadari bahwa dirinya berada di tempat setengah terbuka dan asing, Jenderal Youshou langsung bergerak duduk, menegakkan punggung dengan waspada. Selimut jatuh dari pundaknya ke pinggang, membuat Sang Jenderal mengerutkan dahi dan menyentuhkan tangannya ke selimut putih yang tebal itu.

Siapa yang menyelimutinya?

Jenderal Youshou menyingkirkan selimut itu dari tubuhnya dan hendak beranjak. Matanya memandang ke sekeliling dan barulah dia menyadari bahwa dia berada di area kuil. Jenderal Youshou beranjak berdiri lalu mengambil pedangnya yang tertancap di lantai kuil dan memasukkan kembali ke sarungnya yang terpasang di pinggang

Dia tertidur?

Ingatan tentang alunan musik menenangkan yang membuainya sampai tenggelam ke alam mimpi langsung kembali ke kepalanya. Musik erhu yang dimainkan oleh anak gadis itu ternyata bisa mengalahkan mimpi buruknya dan membantunya tertidur lelap.

Kenapa tidak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya? Kalau ternyata obat dari mimpi buruknya adalah alunan musik pengantar tidur? Jenderal Youshou memutuskan bahwa dia akan segera mengirimkan utusan untuk memohonkan kepada Kaisar untuk menghadirkan beberapa pemain erhu terbaik di Kerajaan Sashou ke area dalam di kediaman Keluarga Long. Biarkan malam ini Pemain erhu itu memainkan musik untuknya dan mengusir mimpi buruk yang selalu menghantuinya sehingga dia bisa tidur dengan nyenyak tanpa gangguan.

Bibir Jenderal Youshou menipis. Mungkin masih ada secercah harapan untuknya. Tidak disangka ketidaksengajaan di malam hari, berujung pada jalan keluar atas kesulitan yang telah dia tanggung bertahun-tahun lamanya.

Perlahan Jenderal Youshou melangkah menyeberangi lantai kuil. Dia berusaha mengabaikan kondisi di sekelilingnya karena tahu saat ini dirinya berada di kuil barat yang merupakan awal dari tragedi buruk dalam hidupnya. Semakin dia tidak memperhatikan, semakin dia tidak akan teringat kembali adegan upacara pernikahannya dengan Zuobi di tempat ini. Tetapi, bagaimanapun juga dia berusaha, Jenderal Youshou tetap saja tidak bisa mengabaikan suasana di sekelilingnya yang tampak begitu bersih dan berkilauan.

Lantai kuil tampak bersih dan berkilauan, lantai itu terbuat dari kayu berkualitas tinggi yang membutuhkan perawatan berkala tetapi tidak pernah mendapatkannya beberapa tahun belakangan ini. Jenderal Youshou tahu bahwa membutuhkan usaha sangat keras untuk menggosoknya sampai berkilauan seperti ini. Matanya melihat bahwa bekas-bekas basah yang dibawa oleh langkah kakinya dan mantel basahnya kemarin sudah hilang tanpa jejak. Perlahan Sang Jenderal menghirup napas dan tidak bisa menahan senyum ketika menghirup aroma dupa wangi yang dibakar dari altar kuil, menyapa dan memberikan ketenangan untuk pikirannya.

Sudah lama dia tidak merasa sesegar ini di pagi hari, seolah-olah seluruh energinya telah diperbaharui dan tenaganya dipulihkan sampai penuh. Jenderal Youshou menyentuh kepala, menyadari rasa sakit akibat kekurangan tidur yang dirasakannya di pagi hari pun telah lenyap.

Ketika langkahnya membawanya ke tangga yang menghubungkan lantai kuil dengan halaman rumput, dirinya terhenti ketika menyadari ada sosok lain di tempat ini.

Apakah dia gadis yang memainkan erhu itu?

Ketika malam insiden pengejaran di perbatasan yang melibatkan dirinya dan gadis itu, suasananya gelap di tengah hutan sehingga Jenderal Youshou tidak memperhatikan gadis itu baik-baik. Pun ketika dia membawa gadis itu berkuda menuju kediaman keluarga Long, dirinya terlalu berkonsentrasi memacu kudanya secepat mungkin sehingga tidak sempat memperhatikan teman berkudanya yang tidak sadarkan diri.

Sekarang, mengambil kesempatan ketika gadis itu masih belum menyadari kehadirannya, Jenderal Youshou mengawasi dengan seksama. Hujan rintik-rintik dan kabut masih menghiasi udara, melayang-layang di antara mereka menciptakan suasana mendung nan sendu di pagi hari. Tetapi, hujan sepertinya tidak menghalangi gadis itu untuk melakukan pekerjaannya. Dengan menggunakan topi anyaman sejenis caping yang melindungi kepalanya dari hujan, membiarkan sisa tubuhnya basah karena hujan, gadis itu membawa sapu bergagang tinggi dan sibuk membersihkan daun-daun basah yang jatuh bertebaran di halaman akibat hujan deras semalam.

Tubuh gadis itu kurus dan tingginya jika dibandingkan dengan dirinya, mungkin hanya setinggi dadanya, tubuh mungil itu tenggelam di balik pakaian pelayan laki-laki yang menjadi kamuflasenya. Pakaian itu tampak kedodoran, membuat lengan kemeja dan celananya digulung beberapa kali lipatan supaya tidak mengganggu aktivitas pergerakan.

Jenderal Youshou terpaku di tangga paling bawah, mengabaikan hujan yang mulai menyentuh permukaan kulitnya dalam sapaan tak tahu malu, dan terus mengawasi.

Apakah gadis itu berbahaya?

Pertanyaan itulah yang pertama kali dia tanyakan pada dirinya sendiri, matanya menelisik mencari jawaban, lalu mengambil kesimpulan dengan cepat. Kerajaan Gyuzen telah diluluh lantakkan oleh pasukan kerajaan dengan dirinya sendiri yang memimpin. Perang itu bukan hanya mengorbankan tentara kedua kerajaan, tetapi rakyat sipil, penduduk Kerajaan Gyuzen yang terlibat tanpa sengaja. Tetapi, dalam perang memang ada nyawa yang harus dikorbankan, bukan? Yang menjadi pertanyaan, apakah sebagai penduduk Kerajaan Gyuzen yang menerima imbas dari kejamnya perang, mungkinkah gadis itu menyimpan dendam kepadanya?

Jenderal Youshou tahu bahwa dia telah menghilangkan kehati-hatiannya dengan memasukkan penduduk dari kerajaan yang dia taklukkan ke dalam jantung utama kediaman pribadinya, dan dia harus memperbaiki keteledoran itu. Gadis ini harus diawasi sampai dia memutuskan bahwa gadis ini benar-benar tak berbahaya dan bisa tinggal di tempat ini tanpa memiliki maksud tujuan lain selain bekerja.

Sejenak dia terpaku, lalu Jenderal Youshou terpana ketika menyadari ke mana arah pikirannya. Benarkah dia benar-benar telah berpikir untuk membiarkan gadis ini bekerja di kediamannya dan bukannya memberikan hukuman atas tindakan perlawanan yang diberikan oleh gadis itu dalam insiden penyergapan di perbatasan?

Tanpa sadar tangan Jenderal Youshou menyentuh luka dibahunya, luka yang diakibatkan oleh tusukan gadis itu dalam upayanya membela diri. Dalam waktu dua bulan berjalan, meskipun sempat membuatnya kesulitan memegang pedang, sekarang luka itu sudah sembuh sepenuhnya. Tetapi mengingat malam insiden itu, seandainya gadis itu memiliki kesempatan untuk menusuk sedikit ke bawah tepat ke jantungnya, mungkin saat ini Jenderal Youshou sudah tinggal nama.

Dan bagaimana dengan malam tadi? Dia begitu saja melepas seluruh kewaspadaan dirinya dan jatuh tertidur pulas di depan gadis itu. Seandainya gadis itu ingin membunuh atau melukainya, tentu dia tidak akan berdiri di sini pagi ini, sehat tanpa kekurangan suatu apa pun, bukan?

Sepanjang Jenderal Youshou diam dan mengawasi, gadis itu terus melanjutkan kegiatannya menyapu, sibuk dengan dunianya sendiri dan melupakan sekelilingnya. Hal itu membuat Jenderal Youshou tanpa sadar melangkah mendekat, tergoda untuk mengusik gelembung lingkaran yang seolah menghalangi interaksi gadis itu dengan dunia luar.

***

Kaoru menyapu sambil bersenandung kecil untuk mengiringi gerakannya. Hujan semalam telah memaksa pohon tua besar yang menaungi seluruh halaman kuil ini untuk merontokkan daunnya dalam jumlah  banyak. Daun-daun itu basah, dan jatuh bertebaran menutupi halaman rumput yang juga basah sehingga membutuhkan tenaga lebih untuk menyeret daun-daun itu dengan sapu lidi besar di tangannya supaya terkumpul di satu tempat di dekat lubang yang telah disiapkannya.

Pagi ini hujan rintik-rintik masih membasahi bumi, menciptakan suasana mendung yang meniupkan hawa dingin menusuk kulit. Tetapi, Kaoru telah memakai topi serupa caping dari bahan bambu untuk melindungi kepalanya, pakaiannya juga cukup tebal untuk melindungi tubuhnya dari hawa dingin dan tetesan hujan yang terasa ringan. Kalau nanti pakaiannya benar-benar basah, barulah Kaoru akan mengganti dengan yang kering setelah selesai membersihkan seluruh halaman.

Sambil terus menyapu, Kaoru menatap langit dengan cemas. Matahari rupanya menolak bersinar hari ini, kalah saing dengan awan gelap yang kepayahan menahan uap air di tubuhnya. Itu berarti mantel basah Jenderal Youshou yang baru selesai dicucinya akan sedikit tertahan untuk kering karena tidak bisa dijemur di tengah hujan seperti ini.

Kaoru bangun tadi pagi-pagi sekali, ketika langit masih gelap. Dia segera menuju kuil dan menyadari bahwa Jenderal Youshou masih tertidur lelap di sana. Perlahan-lahan, berhati-hati supaya tidak mengganggu tidur Jenderal Youshou, Kaoru membersihkan lantai kuil dari jejak hujan dan lumpur semalam, lalu mengambil mantel basah Jenderal Youshou yang diletakkan di lantai dan mencucinya sekaligus mandi. Selesai mandi, Kaoru mendapati Jenderal Youshou masih tertidur pulas, dan memutuskan untuk tidak mengganggu beliau sampai Sang Jenderal terbangun sendiri.

Memikirkan tentang Sang Jenderal membuat Kaoru kembali bertanya-tanya. Mungkin sudah satu jam lebih Kaoru menghabiskan waktunya untuk menyapu dedaunan yang jatuh dan membersihkan lumpur yang membasahi rerumputan hijau di halaman, bahkan nuansa di sekelilingnya sudah beranjak terang.

Apakah Jenderal Youshou masih terlelap dalam tidurnya dan belum juga terbangun?

Ingin tahu, Kaoru menolehkan kepala ke arah kuil dan langsung terkesiap ketika menyadari bahwa lelaki yang dipikirkannya sekarang sedang berdiri diam mengawasinya, dekat di belakangnya.

Sang Jenderal tampak segar pagi ini, dengan pedang tersarung di pinggangnya dan tubuh yang jauh lebih tinggi dari Kaoru, lelaki itu benar-benar tampak berkuasa dan mengintimidasi padahal jelas-jelas lelaki itu baru bangun dari tidurnya.

Mata Kaoru langsung melebar ketika melihat ekspresi Jenderal Youshou yang kejam, dalam sekejap dia meletakkan sapu besar bergagang kayu di tangannya, lalu mengambil posisi bersujud memberi hormat dengan segera yang membuat topinya jatuh di tanah.

“Ampun Tuan Besar. Hamba tidak menyadari kehadiran Tuan Besar,” ucap Kaoru dengan terbata.

Jenderal Youshou masih berdiri diam menatap Kaoru yang bersujud dengan kepala menatap tanah, dan kediaman itu membuat Kaoru gemetar ketakutan.

Apakah Sang Jenderal sedang menimbang-nimbang untuk memenggal kepalanya dengan pedang yang dia bawa?

“Bangun.”

Sebuah perintah dingin terucap dari bibir Jenderal Youshou, nadanya tegas tak terbantahkan hingga Kaoru tidak bisa berbuat lain. Dengan ragu dia mengikuti perintah Jenderal Youshou, bangun dari posisi bersujud tapi masih tetap berlutut di tanah.

Jenderal Youshou mengerutkan kening ketika menyadari bahwa rintik hujan semakin menderas sementara topi gadis itu tergeletak di tanah begitu saja.

“Siapa namamu?” Jenderal Youshou bertanya lagi.

Kaoru hampir tersedak ketika menjawab. “Ka… Kaoru, Tuan Besar.” jawabnya cepat, berdebar ketika berpikir mungkin ini adalah saat Jenderal Youshou menjatuhkan hukuman kepadanya.

“Kau tahu siapa aku?” Jenderal Youshou bertanya lagi.

Kaoru menganggukkan kepala cepat. “Tuan Besar…Anda adalah Jenderal Youshou, pemimpin utama di area ini.”

“Kau pasti masih ingat jelas bagaimana aku membawamu masuk ke tempat ini dan menyelamatkan nyawamu. Aku membiarkanmu bekerja di rumahku padahal kau sudah kurang ajar menggunakan senjata untuk melukaiku. Aku bisa saja melemparkanmu ke penjara atau menghabisi nyawamu sebagai hukuman, tetapi aku tidak melakukannya. Tentu kau menyadari betapa murah hatinya diriku, bukan?”

Sekali lagi Kaoru menganggukkan kepala dengan panik. “Saya… saya tahu Tuan Besar, Anda sangat bermurah hati kepada saya. Mohon ampunilah hamba yang tidak berguna ini atas perilaku bodoh di masa lalu.” sambungnya cepat, memohonkan kemurahan hati untuk keselamatan nyawanya.

“Kuharap kau bisa membalas budi dengan tidak berperilaku di luar aturan di dalam area ini,” Jenderal Youshou berucap dengan nada suara tegas, lalu membalikkan badan. “Lanjutkan pekerjaanmu,” ucapnya sambil lalu sebelum kemudian melangkah pergi.

Kaoru terperangah mendengar kalimat terakhir Jenderal Youshou sebelum meninggalkannya. Begitu saja? Begitu saja dan dia ditinggalkan bukan hanya dalam kondisi hidup dan selamat tanpa menerima hukuman fisik apapun, tetapi juga masih diperbolehkan melanjutkan pekerjaannya di tempat ini?

Mata Kaoru mengikuti punggung Jenderal Youshou yang melangkah pergi melintasi halaman kuil menuju ke arah pintu gerbang yang saat ini terbuka lebar. Tatapannya masih dipenuhi ketidakpercayaan, sementara dia masih meyakinkan dirinya sendiri bahwa dirinya benar-benar tidak mendapatkan hukuman apapun dari Jenderal Youshou.

Tiba-tiba saja Jenderal Youshou yang sudah berada di ambang gerbang menghentikan langkah dan menolehkan kepala, membuat tubuh Kaoru yang masih berlutut di tanah kembali menegang ketakutan.

“Apakah kau yang membuka dan menutup pintu gerbang kuil ini setiap hari?” tanya Jenderal Youshou dari kejauhan.

Kaoru menganggukkan kepala, setengah membungkukkan tubuh dengan penuh hormat.

“Benar Tuan Besar, saya yang melakukannya,” jawabnya panik, takut jika ternyata dia telah melanggar peraturan tanpa diketahuinya.

Tetapi ternyata tidak. Jenderal Youshou hanya menganggukkan kepala sedikit untuk menanggapi jawaban Kaoru, lalu tubuhnya pergi tanpa kata melintasi ambang gerbang untuk kemudian menghilang dari pandangan Kaoru yang masih terpana kebingungan.

***

Sama sekali tidak membuatnya mengantuk.

Jenderal Youshou duduk di tempat yang telah disediakan pada aula depan yang tersedia di rumah utama kediamannya. Sebelah lengannya menyangga kepala sementara keningnya berkerut ketika dia berusaha menyerap alunan musik erhu itu ke dalam jiwanya.

Di depannya, empat orang pemain erhu kerajaan telah dikirimkan langsung oleh Kaisar Shen ketika Jenderal Youshou meminta kebaikan hati Kaisar untuk mendatangkan pemain erhu itu ke rumahnya malam ini.

Mereka semua memainkan musik yang sangat indah, dengan keahlian yang jauh lebih tinggi dibandingkan gadis penjaga kuil itu semalam. Para pemain erhu ini menempuh pendidikan khusus di bidang kesenian dan sudah pasti memiliki kemampuan luar biasa untuk memainkan alat musik dari Kerajaan Sashou. Mereka bahkan yang memimpin setiap ada pertunjukan musik atau perayaan di istana yang dihadiri langsung oleh Kaisar.

Tetapi, kenapa nada indah ini sama sekali tidak memberikan efek apapun ke dalam hatinya?

Tidak ada ketenangan yang mendamaikan seperti yang dirasakannya semalam. Bahkan, mata Jenderal Youshou masih terbuka lebar meskipun saat ini sudah hampir tengah malam dan sudah hampir tiga jam para pemain erhu yang malang itu memainkan nada indah dari gesekan dawai yang bersimponi dengan irama mendayu-dayu.

Jenderal Youshou akhirnya menggerakkan tangan, memberi isyarat supaya para pemain erhu itu berhenti. Dan begitu melihat isyarat tangan tersebut, ekspresi lega langsung muncul di wajah para pemain erhu tersebut. Tentu saja mereka kelelahan, Jenderal perang terbaik Kerajaan Sashou yang mengerikan ini tiba-tiba saja meminta kehadiran mereka di malam hari yang gelap dan bermandikan hujan, lalu mereka diperintahkan untuk memainkan musik tanpa henti, hampir tiga jam lamanya.

“Kalian boleh meninggalkan tempat ini,” Jenderal Youshou menegakkan punggung, memasang ekspresi dingin ketika memberi perintah supaya para pemain erhu itu pergi.

Perintah itu segera dituruti, para pemain erhu bergegas merapihkan seluruh peralatan musik mereka, lalu tergesa memohon izin untuk undur diri, tidak membuang kesempatan untuk melarikan diri sebelum Sang Jenderal berubah pikiran.

Ditinggalkan sendirian di ruangan aula kediamannya yang luas dan sepi, Jenderal Youshou termenung dalam kebingungan. Tubuhnya lelah, apalagi seharian ini dia telah mengisi waktunya untuk melatih keahlian berpedang beberapa panglima Keluarga Long yang berada di bawah supervisi langsungnya. Kondisi pergelangan tangannya yang masih cedera tidak menolong, malah menambah rasa tidak enak yang meracuni tubuhnya.

Jenderal Youshou ingin tidur lelap tanpa mimpi buruk, ingin mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kehabisan energi tanpa gangguan. Dia ketagihan rasa tidur nyenyak semalam yang entah sudah berapa ratus malam terakhir ini tidak pernah dirasakannya.

***

Jenderal Youshou benar-benar merasa seperti pencuri di kediamannya sendiri ketika berjalan sendirian menyusuri jalan setapak membelah taman bunga dari kediaman utama miliknya menuju area kuil barat. Para penjaga tampak menjalankan tugasnya dengan baik di dini hari yang dingin dan kembali dibasahi hujan saat ini, mereka berjaga di posnya masing-masing, tampak waspada mengawasi pergerakan sekecil apapun di area yang menjadi tugasnya. Kawasan lingkaran dalam merupakan kawasan yang paling penting di kediaman Keluarga Long karena kawasan ini ditinggali oleh Jenderal Youshou sebagai pemimpin klan dan juga ditinggali oleh para tetua dan keluarganya.

Cahaya tampak menyinari setiap sudut jalan, tidak menyisakan satu titik pun kegelapan yang bisa dipakai oleh para penyusup menyelinap. Jenderal Youshoulah yang memerintahkan para penjaga untuk melindungi lentera-lentera yang tergantung dibawah atap dari hujan dengan menggantungnya di area teras beratap, membiarkan lentera itu menyinarkan cahaya kuning temaram yang menyinari jalan.

Beberapa penjaga tampak waspada ketika dia melangkah mendekat, tetapi begitu menyadari bahwa yang hendak melewati mereka adalah Tuan Besar mereka sendiri, para penjaga itu langsung membungkuk hormat, memberi jalan tanpa pertanyaan.

Setelah melewati lorong panjang membelah taman, langkah Jenderal Youshou sampai di kawasan barat, tempat kuil besar yang dulu megah tetapi sekarang ditinggalkan itu berada. Langkahnya memelan sementara dirinya mengawasi sekeliling dengan waspada. Kawasan ini tampak lebih gelap dibandingkan seluruh sisi lingkaran dalam yang lain. Mungkin karena tempat ini adalah kuil yang ditinggalkan, maka pemimpin penjagaan meminimalkan penjagaan di area ini untuk memaksimalkan penjagaan di tempat lain.

Membiarkan seorang gadis belia tinggal sendiri di sebuah kuil dengan penjagaan minim, apakah itu bijaksana?

Jenderal Youshou mengerutkan kening sambil kembali melangkah menuju gerbang kuil. Langkahnya terhenti ketika dia berhadapan kembali dengan pintu gerbang kayu tua yang besar dan berat itu. Kembali diingatnya pertanyaannya tadi pagi dimana gadis itu memberi jawaban pasti bahwa dialah yang membuka pintu gerbang kuil ini setiap pagi dan menutupnya kembali setiap malam.

Sambil menggeser pintu gerbang kayu yang berat itu, Jenderal Youshou berpikir, bagaimana mungkin seorang perempuan dengan tubuh kecil dan tampak lemah seperti itu, bisa menggeser gerbang kayu ini setiap hari? Dirinya yang memiliki tubuh tegap dan melatih fisik dan ototnya setiap hari bahkan harus mengeluarkan lebih banyak tenaganya untuk mendorong gerbang kayu ini, apalagi dengan gadis itu… mungkin gadis itu benar-benar kepayahan setiap dia selesai membuka dan menutup pintu gerbang ini.

Padahal tidak ada gunanya dia melakukannya. Seharusnya gadis itu tidak membuang tenaga sia-sia untuk membuka pintu gerbang ini lebar-lebar dan kemudian harus menutupnya rapat kembali. Dia cukup membuka sedikit saja, menggeser sedikit ruang hanya supaya tubuh mungilnya bisa lalu lalang melewati gerbang, toh kuil ini sudah ditinggalkan dan tidak akan ada pengunjung yang datang untuk berdoa di sini, bukan?

Setelah tubuhnya melewati ambang gerbang, Jenderal Youshou menutup kembali gerbang yang berat itu dengan hati-hati. Setelah itu dia terpaku, tidak tahu harus berbuat apa. Secara impulsif dia mendatangi tempat ini, belum lagi didorong oleh kondisinya yang tidak bisa tidur. Tetapi sekarang, setelah berada di dalam area kuil, pikirannya terasa kosong dan dia kebingungan.

Di depan matanya, terbentang halaman kuil yang rumputnya basah tertimpa hujan. Hujan kali ini memang tidak sederas semalam, tetapi tetap saja, hempasan airnya membuat pohon tua yang menaungi halaman kuil dalam kerindangannya itu tidak mampu menahan dedaunan yang dilepas paksa dari rantingnya. Melihat halaman yang penuh dedaunan jatuh itu, Jenderal Youshou mau tak mau berpikir bahwa gadis penjaga kuil itu akan bekerja keras kembali besok untuk membersihkan semuanya.

Mata Jenderal Youshou beralih ke arah kuil yang ada tepat di seberang halaman di depannya. Seperti semalam, cahaya temaram terbentang dari kuil itu, menandakan bahwa gadis penjaga kuil itu tidak melupakan tugasnya untuk menyalakan lentera-lentera malam guna mencegah kuil tersebut gelap gulita di malam hari.

Jenderal Youshou akhirnya menoleh ke sebuah bangunan kecil yang menempel di tembok sisi gerbang, tempat dia tahu dimana gadis itu tidur setiap harinya. Bangunan itu sebenarnya tidak pantas digunakan sebagai tempat tinggal manusia, karena ukurannya yang sangat sempit. Dahulu, bangunan itu khusus digunakan untuk menyimpan persediaan bunga yang hendak dirangkai sebagai hiasan kuil di saat ada perayaan-perayaan besar yang diadakan di kuil barat.

Tanpa sadar, langkah Jenderal Youshou membawanya menuju pintu tempat bangunan kecil itu berada. Sejenak dia ragu, tetapi tangannya seolah bergerak sendiri, mendorong pintu bangunan itu perlahan. Matanya menyipit ketika tanpa disangka pintu bangunan itu terbuka dengan mudahnya tanpa perlawanan.

Tidak dikunci. Sungguh gadis bodoh yang tidak tahu bagaimana cara melindungi diri…

Jenderal Youshou membatin, membuka pintu itu lebar dan dia tertegun di ambang pintu ketika matanya memandang ke arah tempat tidur kecil yang hampir memenuhi seluruh ruangan kamar itu. Cahaya kamar itu hanya berasal dari satu lentera kecil yang tergantung di sudut ruangan, tetapi, cahaya itu cukup bagi Jenderal Youshou untuk melihat semuanya dengan jelas.

Gadis itu… Kaoru berbaring terpejam tanpa pertahanan diri di tempat tidurnya. Tubuhnya rebah di atas tempat tidur sementara selimut yang tadinya digunakan untuk menyelimuti tubuhnya, entah kenapa telah jatuh di kakinya. Perempuan itu mengurai rambut indahnya yang panjang hitam berkilauan hingga membingkai di sekeliling wajahnya, beberapa terjuntai di wajah, menyentuh pipinya yang merona kemerahan. Bibir gadis itu sedikit terbuka dalam tidur, tampak menggoda untuk disentuh, dan … pakaiannya yang kebesaran, menguraikan celah di belahan dadanya hingga sebentuk kulit yang ranum nan halus tampak mengintip dari balik kain putih yang putus asa untuk menutupi.

Sejenak Jenderal Youshou terpaku oleh pemandangan luar biasa yang membuat darahnya bergejolak tak tertahankan. Jemarinya terkepal ketika dia berusaha menahan diri, menarik napas berkali-kali untuk menguraikan nafsunya. Tangannya lalu bergerak menyentuh pangkal hidung ketika dia menghela napas dalam setelah mencapai ketenangan dirinya.

Mungkin karena sudah lama dia tidak menyentuh perempuan, dan sudah lama pula dia menyingkirkan kehadiran perempuan muda manapun dari pandangannya, hingga pemandangan di depannya ini begitu mudah memancing gairahnya.

Selama ini Jenderal Youshou selalu menahan diri, rasa sakit dan kekecewaan mendalam karena dikhianati membuat jiwanya menolak untuk memberikan ruang kedekatan dengan perempuan manapun, sekecil apapun.

Jenderal Youshou menekan kebutuhannya untuk menyentuh perempuan dan mengalihkan dengan olah fisik, berkuda, berlatih pedang, berperang habis-habisan, dan selama ini dia pikir itu cukup. Tidak disangka dibalik rasa traumanya yang mendalam, dia ternyata masih menyimpan nafsu untuk menyentuh seorang perempuan secara fisik.

Dengan bibir menipis tidak suka, Jenderal Youshou melangkah, melewati ambang pintu dan berdiri di samping tempat tidur. Sedangkan Kaoru tampaknya tidak menyadari bahwa ada tamu tak diundang yang sudah berdiri sedekat ini dengan dirinya yang tertidur pulas tanpa pertahanan.

Sungguh gadis yang ceroboh. Berada di tempat sepi tertutup gerbang tinggi ini sendirian, tanpa penjagaan ketat dengan pintu kamar yang tidak dikunci, pula. Bagaimana jika ada lelaki jahat masuk dan memerkosanya?

Perasaan marah merayapi jiwa Jenderal Youshou sebelum kemudian dia menyadari sesuatu yang membuatnya malu. Kaoru menyamar sebagai laki-laki di tempat ini, sudah tentu tidak akan ada lelaki lain yang mencoba menyelinap ke tempat ini untuk memerkosanya. Dan juga, kuil barat ini sudah terkenal sebagai kuil yang ditinggalkan, tidak ada barang berharga di tempat ini, semua barang berharga seperti pinggan emas piala-piala, semua sudah dipindahkan ke kuil timur yang sekarang menjadi kuil utama. Yang ada di sini hanyalah kayu-kayu tak berharga, perabotan lapuk serta kain sprei dan slimut usang tanpa harga. Dengan kondisi seperti itu, tidak mungkin akan ada penjahat yang mau repot-repot membuang waktu dan tenaga untuk menyelinap ke tempat ini.

Kalau begitu, semua kekhawatirannya tadi sia-sia, bukan?

Mata Jenderal Youshou tertuju ke arah Kaoru yang masih tertidur lelap, dan dia menggertakkan gigi untuk menahan desir darahnya yang menderas. Sepertinya dia harus meminta bantuan pelayannya untuk mencarikan wanita bayaran guna memuaskan nafsunya sementara. Dia yakin setelah hasratnya tersalurkan, darahnya tidak akan semudah itu bergolak hanya karena pemandangan gadis muda yang sedang tidur.

Memandang Kaoru yang sedang tidur lelap dalam damai membuatnya merasa iri sekaligus menyadari kembali tujuannya datang ke tempat ini. Perlahan disentuhnya bahu Kaoru, mengguncangnya untuk membangunkan.

***

Kaoru semula merasa dilepas dengan paksa dari tidurnya yang lelap, tubuhnya berguncang tanpa tau sebabnya, membuat kesadarannya dibangunkan paksa dari kenikmatannya berkelana di alam mimpi. Mata Kaoru mengerjap, sementara pikirannya berjuang mengumpulkan kesadaran.

Sentuhan di bahunya terasa lagi, seolah tidak sabar menantikannya sadar sepenuhnya. Dan dengan sentuhan yang terakhir itu, tubuh Kaoru langsung menegang, terkesiap hingga hampir meloncat dari atas tempat tidur.

Ada orang lain di kamarnya!

Kaoru beringsut ke ujung paling jauh hingga punggungnya menekan dinding kamar. Sebuah usaha yang sia-sia karena kamar itu sangat sempit dan membatasi pergerakannya. Kepalanya mendongak penuh kewaspadaan, sementara pikirannya mengkalkulasi mencari cara untuk menyelamatkan diri. Tetapi kemudian, ketika matanya bertemu dengan mata tajam yang menatapnya dengan pandangan dingin membekukan itu, bibir Kaoru langsung ternganga karena keterkejutan yang amat sangat.

Jenderal Youshou?

Pertanyaan dan keterkejutan Kaoru sudah pasti tercemin jelas di ekspresi wajah dan tatapan matanya, karena Jenderal Youshou tampak menipiskan bibirnya.

“Bangun. Ikut aku ke kuil,” perintahnya tegas sebelum kemudian membalikkan tubuh, keluar dari ruangan itu tanpa menunggu tanggapan dari Kaoru.

Sejenak Kaoru masih termangu di atas ranjang, matanya yang dipenuhi kebingungan dan ketidakpercayaan, mengikuti arah punggung Jenderal Youshou menghilang di ambang pintu. Lalu dia menyadari posisi dan perintah yang diberikan kepadanya, membuatnya terloncat tergesa turun dari atas ranjang, merapihkan pakaian dan rambutnya, lalu tergopoh-gopoh mengikuti langkah Jenderal Youshou yang sudah jauh di depannya, menyeberangi halaman kuil di bawah hujan rintik-rintik dan memasuki area kuil yang bercahaya kuning keemasan dari lentera-lentera yang digantungkan Kaoru di setiap sudut ruangan.

Jenderal Youshou melangkah dengan tenang dan melepaskan mantel tebal yang melindungi tubuhnya dari hujan, sebelum kemudian duduk di tempatnya kemarin terlelap sampai pagi. Matanya mengikuti arah kedatangan Kaoru yang melangkah melewati lantai kayu kuil dengan ragu, bingung apakah harus tetap berdiri atau berlutut memberi hormat pada Tuan Besar di depannya.

Perlahan  tangan Jenderal Youshou bergerak, menunjuk ke arah erhu yang tadi malam diletakkan Kaoru di meja tinggi samping altar.

“Mainkan musik untukku lagi,” perintahnya dengan nada tenang tak terbantahkan.

Kaoru menelan ludah, menahan segala pertanyaan di dalam hatinya yang tidak beruntung menemukan jawaban, lalu melangkah tergesa, mengikuti perintah Jenderal Youshou dan mengambil erhu itu dari tempatnya diletakkan di atas meja tinggi. Kaoru kemudian berlutut di tempatnya duduk semalam dan bersiap untuk memainkan erhu di tangannya. Matanya sempat mengintip ke arah Jenderal Youshou di depannya, dan lelaki itu tampak duduk dan menyandarkan tubuhnya dengan santai di tiang kuil.

Mengingat dirinya merasa sudah tidur lelap cukup lama, sepertinya saat ini sudah menjelang dini hari, dan Jenderal Youshou datang ke kuil ini serta memintanya memainkan erhu?

Kaoru menghela napas panjang, menelan kembali pertanyaan yang bermunculan di benaknya, lalu dia menggerakkan tangan yang memegang busur penggesek, menggesekkan busur itu di dawai erhu di tangannya dan mulai memainkan nada musik mendayu menyayat kalbu, sebuah musik yang dulu pernah diajarkan ayahnya kepadanya.  Musik yang mengalunkan gesekan nada tentang perpisahan, tentang ketakutan akan kehilangan orang yang dicintai, tentang takdir yang pasti memisahkan hati dengan yang tercinta atas nama kematian tak terhindarkan.

Dan ketika alunan musik itu memenuhi udara, mata Jenderal Youshou kembali terpejam, seolah terhipnotis dalam alunan syahdu yang menenangkan pikiran, melingkupi benaknya, dan dengan lembut mengantarkan pikirannya beristirahat dalam damai, dalam tidur lelap yang aman, tanpa mimpi buruk yang menghantui.

Kaoru memainkan erhu sambil mengamati ekspresi damai Jenderal Youshou yang terlelap tanpa pertahanan. Sang Jenderal kemarin menacapkan pedang itu di depan tubuhnya sebagai perlindungan diri, tetapi kali ini beliau bahkan sama sekali tidak menyentuh pedang yang tergantung di pinggangnya.

Bersambung ke Part berikutnya


Note author : setting cerita ini kira-kira 3 atau 4 tahun setelah periode di Emperor’s Consort

 

Erhu (Hanzi: 二胡 erhu) ( SUMBER WIKIPEDIA)

merupakan alat musik tradisional Tiongkok yang paling populer di samping Guzheng dan Dizi.

Pada mulanya, erhu di masa lampau menggunakan dua senar yang terbuat dari sutra. Erhu biasanya menggunakan membran dari kulit ular piton, tetapi ada juga yang menggunakan bahan lain. Kotak suara dapat berbentuk segi enam, segi delapan, atau bulat. Kotak suara ini juga bervariasi ukurannya, semakin besar ukuran kotak suaranya maka bunyi bass yang dihasilkan semakin besar dan begitu pula sebaliknya.

Erhu digesek dengan busur yang terbuat dari bambu dan rambut ekor kuda, ekor kuda itu ditempatkan di antara kedua senar sehingga memudahkan perpindahan menggesek antara kedua senar. Rambut ekor kuda tersebut digosok dengan damar (gondorukem) sehingga terasa kesat waktu digesek.

Anda bisa mendengarkan salah satu musik yang dimainkan dengan erhu pada musik yang digunakan sebagai musik latar cerita ini 


Baca Parts Lainnya Klik Di sini

KONTEN PREMIUM PSA


Semua E-book bisa dibaca OFFLINE via Google Playbook juga memiliki tambahan parts bonus khusus yang tidak diterbitkan di web. Support web dan Authors PSA dengan membeli E-book resmi hanya di Google Play. Silakan tap/klik cover E-book di bawah ini.

Download dan install PSA App terbaru di Google PlayWelcome To PSAFolow instagram PSA di @projectsairaakira

Baca Novel Gratis Bagus Berkualitas Sampai Tamat

207 Komentar

  1. Agita tahnee menulis:

    Saya suka cerita setiap part bikin ingin terus baca dan penasaran bagaimana kelanjutan :kisskiss …mohon dilanjut cerita soal penasaran samapai akhir gimana kaoru??? :please

  2. Dhian Sarahwati menulis:

    Jendral youshou ga sadar kl dia suka sama kaoru…”musik pengantar tidur special…”

  3. elyumnagita menulis:

    :kisskiss :kisskiss :kisskiss

  4. :aw..aw :lovelove u :bersinarbuatkamu :bersinarbuatkamu :ciumkagum :kisskiss :lovelove :kisskiss :lovely :givelove :kedip

  5. Permainan erhu kaoru seindah apa yak. Sampe jenderal youshou melonggarkan pertahanan dirinya gitu. Jadi penasaran. Hihi

    Tanda2 ketertarikan sudah muncul nehhh.. Kusuka kusuka. Youshou emang lelaki pada umumnya, punya kebutuhan kasih sayang dan mencinta, ayo jangan ditahan lagi bang naluri berkasih sayangnya!!! :iloveyou

  6. Damai~~~ :aw..aw :aw..aw :aw..aw

  7. Sambil main erhu Kaoru nyanyi gini.
    “Awas nanti jatuh cinta. Cinta kepada diriku…”

  8. ntar bucin gag ada obat loh

  9. inenurhidayati menulis:

    hihi
    jendral youshou hanya akan berdesir melihat prempuan se imut kaoru heheh
    jiayou author🌼🌻

  10. Jadi mellow gini bayangin musiknya :begadangan

  11. Jadi ketagihan ya Jen dengerin alunan musiknya Kaoru hihi

  12. suka bgt sama karakter jendral yoshou😭😭

    1. Jemdrallllll

  13. Ya ampun jenderal :kamubikinngakak iri banget liat kaoru lena dodoi :wkwkwkwk sekalian tidur bareng aja sma kaorunya :terlalutampan

  14. Jenderal jd ketagihan dg permainan erhu kaoru.
    Kedepannya ketagihan kaoru berada disampingnya terus eaaa😙😙😙 :bantingkursi

  15. Nismaulida wardani menulis:

    :menor :givelove

  16. Syahnaz Alya Puteri menulis:

    :bantingkursi

  17. Enaknya youshou bs lelap jg

  18. Sharonevellyn22 menulis:

    Apakah tanpa sadar benih-benih cinta udah tumbuh dalam hati jendral youshou ya?
    Karena biar bagaimanapun dia cuma bisa tidur dengar permainan musik kaoru doang kan?

    1. sepertinya iya. bisa dibilang, pak jenderal cinlok kepada kaoru di bab 1

  19. Antika Hadinata menulis:

    :sebarbenihcinta

  20. Wah wah wah

  21. SERAFINA MOON LIGT🌙❤💡 menulis:

    Kek lagi di nyanyiin lagu nina bobo ya…langsung nyenyak tuh tidur siang jenderal :DUKDUKDUK

  22. famelovenda menulis:

    Kalo udah nyaman emang beda ya rasanya. Kaoru bagaikan sleeping pil. :sebarcinta

  23. Sry Hartina menulis:

    :sebarcinta

  24. DeeraSlythNeel menulis:

    :sebarcinta :sebarcinta :sebarcinta

  25. SumAlQuinsha menulis:

    :gakmauahgakmau :lovelove

  26. widyahiruma menulis:

    Mau menangis rasanya baca kisah jendral 😭

  27. Aaawww jendralllll :happy :happy :happy :happy :happy :happy

  28. Gemes banget sama jendral :kisskiss

  29. Tanda2 ikatan tak kasat mata Jenderal n Kaoru… :awaskubalasnanti

  30. Amazing tulisannya

  31. Memang mendengarkan instrumen yang menenangkan sebelum tidur tuh dijamin gak akan dapat mimpi buruk, karena saya sendiri merasakan manfaatnya dari dulu. Seolah-olah tidurmu dialuni ketenangan yang menelusup ke jiwa…

  32. apakah akitivitas itu akan terus di lakukan?? emm 👀

  33. istri ke dua jendral akira menulis:

    Aiko apa kabar ya

  34. Veronica Prisa menulis:

    Wah, hanya permainan erhu dari Kaoru yang bisa membuat Jendral Youshou tidur ya

  35. Ada yang kecanduan sama main musiknya kaoru nihh :muach