Baca Parts Lainnya Klik Di sini
===========
Untuk beberapa saat yang lama, aku termangu saat mataku menatap pada sosok yang terbaring di atas sofa. Kakinya yang panjang diselonjorkan hingga naik ke atas lengan sofa. Manik mata yang selalu menatap tajam itu kini terpejam sempurna, suara dengkur halus yang keluar dari mulutnya terdengar seperti irama lagu menenangkan. Wajahnya terlihat damai dalam tidurnya.
Permen stroberi di dalam mulutku mencairkan nuansa masam manis yang menyenangkan menyelubungi lidahku, tetapi aku tak fokus menikmati rasanya, terlalu fokus kepada dia yang merenggut semua perhatianku.
Entah sejak kapan sekarang aku sudah ada di sana, di atas kepalanya. Aku membungkuk untuk bisa melihatnya lebih jelas. Aku mengamati setiap inci wajahnya, menelisik setiap lekuknya, juga mencium lebih leluasa harum tubuhnya.
Sosok itu, sosok yang selalu membuatku berdebar setiap kali melihatnya, setiap kali berbicara dengannya, dan setiap kali aku mendengar suaranya.
Abaikan pikiran gilaku ini.
Aku tersenyum tatkala lenguhan halus keluar dari bibirnya, tubuhnya lalu menggeliat pelan seolah mencari posisi yang nyaman.
Sudut mataku berhenti pada bibir itu. Bibir merah ranum yang membuatku selalu terbuai.
Lalu terbesit dalam benarkku, sesuatu yang gila. Sesuatu yang … melibatkan hal-hal yang berhubungan dengan bibirnya. Aku berpikir, bagaimana kalau aku mengecupnya diam-diam dalam tidurnya? Apakah dia akan tahu?
Pemikiran itu membuat tubuhku bergerak sendiri, seolah sang tubuh lebih percaya diri dibandingkan dengan sang otak. Secara perlahan, aku mencondongkan tubuhku, lebih mendekatkan wajahku pada wajahnya. Begitu dekat, sampai aku bisa merasakan napas halusnya menerpa wajahku. Beberapa saat aku sempat ragu, tapi tak lama karena detik berikutnya aku sudah hampir menyentuh bibirnya.
Ah, tidak, tidak, tidak! Apa yang aku lakukan?
Aku baru saja akan menjauh dari wajah pria itu, namun secara tiba-tiba dan tak disangka-sangka lengan panjang pria itu menahan kepalaku. Dan sepersekian detik berikutnya bibir kami bersentuhan.
Tubuhku membeku tak bisa bergerak, aku terlalu terkejut. Lalu dengan gerakan pelan bibirnya mengecup bibirku, lembut tapi membuatku tergoda untuk membalasnya. Kami saling mencicipi dengan bibir kami. Dan dalam sekejap kecupan itu menjadi ciuman yang manis.
Untuk beberapa lama ciuman itu masih berlanjut, lebih dalam dan lebih menggoda, hingga aku merasa lengan pria itu bergerak merosot jatuh dan pagutan kami terhenti.
Saat itulah aku sadar.
Mataku menatapnya yang tampak kembali tertidur pulas, seolah-olah dia tak pernah terjaga dan membalas ciumanku.
“Ah!”
Aku menutup mulutku rapat-rapat, aku merasa sekujur tubuhku merinding, juga ada rasa panas yang mengalir hingga wajahku.
Rasanya ini memalukan, bagaimana bisa, bagaimana bisa aku … dan dia…. Astaga!
°°°
Ketika kami bertemu keesokan harinya, dia tak berkata apa pun tentang seorang gadis yang menciumnya diam-diam saat dia sedang tidur, seolah-olah dia memang tak ingat apa-apa. Mungkin, dia menganggap itu hanyalah sebuah mimpi. Namun, lebih sialnya, aku tidak bisa merasakan hal yang sama dengannya, karena aku masih bisa mengingat dengan jelas rasa bibirnya yang menempel di bibirku.
Tidak, tidak, tidak!
“Apa yang kau lakukan?”
Aku menahan napas tatkala suara orang itu menggema dekat di telingaku. Aku menoleh dan menemukan wajahnya yang sangat dekat dengan wajahku.
Bagaimana dia bisa tiba-tiba begitu dekat tanpa suara?
“A-ak, aku, aku … ak—hwaa!”
Aku mungkin akan terjengkang seperti orang bodoh jika saja dia tidak cepat menangkapku, tepat di pinggang. Dia melingkarkan tangannya yang kokoh untuk menjagaku, menahanku agar aku tidak terjatuh.
Sial untukku karena aku harus menahan napasku lebih lama dan merasakan jantungku seperti dipukul lebih keras. Kontak fisik seperti ini nyatanya mampu membuat segala sesuatu dalam otakku menjadi lambat.
“Bodoh! Apa yang kau lakukan?”
Aku tidak bisa berkata-kata saat itu. Bagaimana bisa kalau posisi kami terlalu dekat seperti ini? Beberapa saat kami bertahan dalam posisi canggung itu hingga akhirnya dia melepaskanku.
Lalu dengan misterius pria itu melengkungkan senyumnya, tak lama kemudian dia terkekeh.
Aku mengerjap mata tidak mengerti akan perubahan sikapnya yang tiba-tiba.
Sambil masih tersenyum, tangan pria itu bergerak menyelipkan helaian rambutku yang terjuntai panjang menutup pipiku untuk kembali ke belakang telingaku. Pria itu kemudian berucap, masih dengan senyum tersungging di bibirnya.
“Lain kali, aku ingin rasa melon. Aku tidak terlalu suka rasa stroberi yang asam.”
Setelah itu dia berbalik meninggalkanku. Aku masih termangu mencermati kalimat yang baru saja dikatakannya. Butuh tiga menit sampai aku mengerti maksudnya.
Saat itu juga aku merasa panas luar biasa di wajahku, membuat kedua telapak tanganku langsung terangkat, menutup wajah maluku yang memerah.
Dia sudah tahu!!!
Mei 23, 2016 (23:27)
-edited by @author6 Project Sairaakira–
Ouuhhh sweett nya sukses bikin aku senyum2 sendiri…aahh gak sekalian semua rasa buah aja di request biar lebih sering, manis & lamaa wkwkw
kalo gitu rasa rujak ada gimana?? :v
kan semua buah ada tuh tinggal pilih :v
nanti klo mau yv pedes kasih karetnya 2 :v :v :v
Aihh aihh jdi sukanya rasa melon toh 🤭