Baca Parts Lainnya Klik Di sini
===========
Mungkin aku sudah gila!
Begitulah yang aku pikirkan sekarang.
Bagaimana tidak? Dia membuatku mabuk.
Jangan salah! Bukan karena dia mencekokiku minuman beralkohol dan semacamnya, tetapi dia memabukkanku dengan aroma tubuhnya.
Aku tak tahu kapan kebiasaan ini muncul, tetapi kurasa ini sudah menjadi candu. Lebih memabukkan dari zat adiktif yang membuat ketagihanmu menggila, lebih parah dari efek alkohol yang membuatmu teler, dan lebih kuat dari pengaruh narkoba yang membuatmu overdosis.
Yang jelas … dia benar-benar memabukkan, dan aku selalu ingin menghirupnya lagi, lagi, dan lagi.
Lantas bagaimana aku berkonsentrasi kalau dia ada di dekatku seperti ini? Karena ketika distimulasi terlalu kuat, otakku malah berasa kosong; tak tahu apa yang harus aku lakukan.
Aromanya telah memenuhi isi kepala dan pikiranku, seperti racun yang menyebar dengan cepat. Dan parahnya, seringkali setelah dia pergi pun, aroma itu masih tertinggal di dalam otakku, menyihirku dengan kuat dalam waktu lama.
Oh, ayolah aku tak sedang berlebihan! Aku sungguh merasakannya!
Aku tak pandai mendeskripsikan sesuatu, tapi kurasa, aromanya itu unik. Seperti perpaduan bau sabun, shampo, parfum dan bau lain yang enak, tetapi aku tak tahu itu apa. Bau tubuhnya, mungkin?
Semua itu berpadu menjadi satu, menciptakan aroma segar dan menggoda untuk kuhirup. Aku tak yakin, tetapi itu seperti aroma parfum alami darinya yang tanpa kusadari, telah aku klaim sebagai aroma favoritku.
“Kau mendengarku?”
“Ukh!”
Aku tersentak dari lamunanku, mataku melebar, menoleh ke arahnya
Tidak! Tidak sama sekali! Kau membuatku mabuk, bagaimana mungkin orang mabuk bisa berkonsentrasi untuk mendengarmu?
Aku berteriak dalam hati, jantungku terasa disambar petir, detik berikutnya debaran tak normal menghantamku, lalu disusul dengan kepalaku yang tiba-tiba terasa pening, dan perutku terasa mual.
Sepertinya aku benar-benar gila.
“Kau sakit? Wajahmu merah. Apa kau demam?”
Aku tidak sakit! Aku mabuk! Dan itu karenamu!
Dia mendekatiku, dan aku berteriak dalam hati.
Tidak! Jangan mendekat!
Ini seperti alarm tanda bahaya, karena kurasakan perlahan-lahan bahwa otakku semakin hilang kendali.
Aroma itu semakin kuat tercium dan sialnya, dari jarak sedekat ini, ada tambahan menyenangkan yang tak sengaja kuhidu; sedikit aroma manis seperti gula dan juga nuansa segar dari mint —bau seperti habis mandi— dan semua itu semakin memenuhi kepalaku.
Aku menggeleng kuat-kuat, berusaha agar semua pengaruh mabuk aroma itu menghilang.
“Kau tidak demam, lalu kenapa wajahmu memerah?”
Aku semakin menahan napas tatkala tangan lembutnya menyentuh keningku, rasanya aku ingin mati saja.
Dengan jarak seperti ini, aku bisa melihat rambutnya setengah basah. Sepertinya benar dia habis mandi, ada sisa busa tipis di anak rambutnya. Dia memang ceroboh dalam hal mandi, tetapi itu adalah satu hal yang membuatnya makin menarik.
Aku menelan ludahku dengan susah payah. Ini benar-benar membuatku gila. Jantungku semakin abnormal dan pikiranku….
Dia semakin mendekat dan aku semakin mendorong tubuhku mundur ke belakang guna menghindarinya.
Sayangnya, aku tak bisa kemana-mana karena kursi itu menahanku!
Ini darurat!
“Aku tidak apa-apa!” teriakku refleks. “Aku benar-benar tidak apa-apa, j-jadi … jauhkan wajahmu dariku!” seruku parau.
Aku melihat senyum jenaka di wajahnya dan aku tahu dia menggodaku.
Sialan! Dia menjebakku!
Dia kemudian menjauhkan wajahnya, dan aku buru-buru membenarkan dudukku.
Aku mendekus kasar, lega karena kali ini dia meloloskanku. Walau terkadang aku membenci pria ini, tetapi apa daya aku sudah terjebak dalam perangkapnya tanpa bisa keluar lagi.
Ya! Aku jatuh cinta setengah mati padanya. Aku sudah gila bukan?
“Hey.”
Aku menoleh ketika dia menegurku, dan mataku langsung melebar karena terkejut. Sebab, wajahnya tiba-tiba saja hanya berjarak tiga sentimeter saja jauhnya dari wajahku.
Terlalu dekat!
Aku benar-benar ingin pingsan sekarang juga. aroma yang menguar dari tubuhnya membuatku mabuk, nyaris tak sadarkan diri.
Tuhan, jangan siksa aku!
Hal selanjutnya yang kurasakan adalah kecupan lembut dari bibirnya yang menempel di bibirku. Tidak bisa kutolak karena satu lagi yang membuatku selalu mabuk saat bersama pria ini, adalah ciumannya.
Dia candu, dia memabukkan dan membuatku gila. Meski begitu, aku tak pernah bosan untuk terus menghirup, menikmati, dan merasakannya lagi, lagi, dan lagi.
Aku memejamkan mata, membiarkan indraku makin terjaga. Kurangkulkan tanganku mengelilingi lehernya, siap berpesta pora dalam perayaan aroma favorit yang memabukkan.
Mei 21, 2015 (14:05)
-edited by @author7 projectsairaakira-
cerita yang baguss, ditunggu kelanjutannya
Cerita nya seruu, d tunggu next partnya
Wkwkwk, ini oneshot kak. makasih udah mau baca :inlovebabe :inlovebabe :inlovebabe
Nextnya beda cerita lagi :tepuk2tangan tapi semoga suka ya kak :sangatterpesona
Sukaaaak ?
Thanks udah mau baca kakak, maap ya baru bisa bales :owljatuhcinta :PATAHHATI
Iya, kak….
makasih udah mau baca :inlovebabe :inlovebabe :inlovebabe
Aihhhh jdi deg2an bca cerita ni malem2 🤭