Vitamins Blog

The Ruthless

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

23 votes, average: 1.00 out of 1 (23 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

1. Negosiasi

Tubuh Jenny menggigil bergetar hebat. Tubuh dan jiwanya tetap ia paksakan bangun walaupun sudah mencapai ambang batas maksimum. Asalkan Poppy-sahabat barunya itu tidak ikut terjebak dalam situasi ini. Mungkin semua akan menjadi sedikit lebih mudah. Tak berhenti Jenny mengusapkan wajahnya frustasi menggunakan kedua tangannya.

Diculik dan dilelang sangatlah mengerikan bagi wanita manapun. Jenny mencoba mengatur napasnya kembali untuk mengstabilkan emosinya. Setelah ini adalah giliran ia yang akan dilelang. Jenny mendapatkan urutan terakhir sedangkan Poppy mendapatkan urutan ketiga, sekitar satu setengah jam yang lalu dia telah terjual.

Seorang bodyguard bersetelan jas hitam pekat mencengkram lengan Jenny dengan keras. Secara kasar laki-laki tersebut menarik dirinya menuju atas panggung berukuran kecil yang di tempatkan ditengah ruangan perjudian.

Tubuh Jenny mendingin, gugup tak terbendung sampai ujung kakinya. Tapi ia segera memasang sebuah topeng keangkuhan yang sering diajarkan oleh daddynya, bila dirinya terjebak dalam situasi genting. Supaya orang lain tidak meremehkan harga dirinya.

Dagu dan punggungya ditegakkan dan bibirnya sedemikian rupa membentuk sebuah senyuman miring. Semua orang tersingkap kaget mendapati sikapnya Jenny terseut.

Mungkin Jenny adalah satu-satunya gadis yang tidak menyiratkan wajah ketakutan.

Pelelangan dimulai….

Jenny memejamkan mata sejenak kemudian menatap tajam dan remeh para tamu. Bodyguard yang bersamanya tadi memulai pelelangan dengan harga awal yaitu $ 20,000 USD. Jenny memutar bola matanya jengah. Semurah itukah harga dirinya?

Suhu ruangan makin mencekam diri Jenny, saat seorang laki-laki tua kemudian berlanjut ke laki-laki bertampang seperti gay memberikan harga tinggi padanya. Jenny mengumpat, ia tidak ingin jatuh ketangan laki-laki buruk. Hatinya tak berhenti berdoa pada Tuhan supaya dirinya beserta Poppy diselamatkan dari segala keburukan yang ada.

Rasa khawatir tidak berhenti menerpa Jenny ketika membayangkan Poppy sedang menangis ketakutan melalui keadaan sesulit ini. Sedangkan Jenny tidak terlalu mengkhawatirkan dirinya sendiri karena ia yakin daddy akan menyelamatkannya..

Tapi Jenny tidak bisa membiarkan Poppy digandrungi ketakutan. Sahabatnya itu pasti akan mendapatkan trauma hebat. Apalagi beberapa bodyguard memperlakukan para wanita yang dilelang dengan kasar. Seperti menampar, mencambuk atau menjambak kasar.

Rasa frustasi Jenny memuncak, kapan semua ini akan berakhir. Kakinya hampir goyah tak mampu menompang tubuhnya.

“$ 100,000 USD apakah ada yang lebih tinggi lagi?”

Seorang laki-laki mengangkat papan nomernya dan menyebutkan, ” $ 700,000 USD.” Semua orang tertegun apalagi Jenny tidak terima bila dirinya dibeli olehnya. Tampang laki-laki itu begitu menyeramkan dan ada semburat sadis akan seks.

Jenny cukup paham apa saja variasi seks. Seks keras hal yang paling ia benci. Alam bawah sadarnya berteriak untuk tetap bertahan dan semakin menjunjung tinggi harga dirinya dengan menggunakan seringai paling mengerikan miliknya.

“Tuan Hardy memberi penawaran $ 700,000 USD, apakah ada yang ingin memberi penawaran lebih tinggi lagi?”

Suasana menghening. Itu harga yang amat tinggi yang pernah di capai dalam pelelangan. Semua orang tenggelam dalam gemuruh hatinya masing-masing. Mungkin lebih baik melakukan seks dengan para pelacur dari pada harus mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk satu orang wanita.

Dari lantai dua seorang laki-laki mengangkat papan nomernya lalu mengatakan, ” $ 1,000,000 USD. ” Keadaan mencekam penuh sesak. Jenny tidak bisa melihat jelas laki-laki tersebut karena lelaki tersebut berada sangat jauh dilantai dua. Namun, Jenny bisa menangkap nada suara laki-laki itu begitu berat, tapi tersirat sangat santai. Tidak ada lagi yang memberi harga lebih tinggi pada Jenny setelahnya.

Jenny menangkap beberapa ekspresi terkejut juga ketakutan berlebihan dari sebagian pengunjung. Jenny menduga kalau sebenarnya masih ada yang bisa membelinya dengan harga yang lebih tinggi. Anehnya, ada sebuah aura intimidasi terkuar begitu saja dari sisi lantai dua tempat VIP, dimana laki-laki terakhir yang menawarkan harga tinggi padanya.

“3…2…1… Tidak ada penawaran lagi? Selamat Tuan Giovinco anda memilki wanita ini”

Semoga saja laki-laki tersebut bisa diajak negosiasi. Pinta Jenny penuh harap. Pikirannya begitu buntu. Energi yang tersisa tinggal 1%, sekedar untuk bisa bertahan lima menit lagi.

Seusai pelelangan, Jenny segera dibawa menuju lantai dua dimana Giovinco berada. Jenny semakin mual menghirup aroma alkohol dan rokok bercampur baur begitu pekat, ketika dia  menginjakan kakinya du lantai dua. Ia benci tempat ini!

Jonathan Giovinco menikmati setiap inci paras cantik wanita dihadapannya, yang kini  berbalut pakaian sexy serta menggunakan make up tebal. Bibir wanita tersebut terpoleh lipstick merah darah memancing gairah laki-laki manapun, serta bulu mata indah nan lentik itu sangat sayu, menunjukkan betapa wanita itu sangat rapuh dibalik ke angkuhannya, tapi kenapa ada hal mengganjal dari pembawaan wanita itu….

Dua orang bodyguard pamit undur diri dari hadapan Jonathan meninggalkan Jenny sendirian. Jonathan hanya memberikan sebuah anggukan samar, tapi matanya tidak lepas dari perempuan dihadapannya.

“Dia tampak mengerikan,” ujar Peter yang duduk di salah satu sofa lainnya.

Jonathan tidak memperdulikan ucapan asistennya yang bergurau tentang, betapa buruknya sikap wanita dihapannya sekarang. Kemudian Jonathan lebih memilih memberikan sebuah pertanyaan.

“Siapa namamu?” Jonathan memberi senyuman smirk.

“Jenny Violena. Sir.”

Etika kesopanan yang diberikan Jenny seketika membuat Jonathan dan Peter terkejut. Pasti wanita ini berasal dari kalangan atas, yang membingungkan kenapa wanita itu bisa sampai terjebak ditempat pelelangan ini? Batin Peter berdecak kagum dengan kepintaran Jonathan memilih seorang wanita.

Dewi batin Jenny tersenyum. Ajaran daddy memang sangat berguna. Ia dapat mengejutkan dua orang sekaligus setelah mendengarnya berbicara sopan.

“Maaf tuan Giovinco atas kelancangan saya. Saya ingin melakukan negosiasi, jika anda berkenan mengembalikan saya ke daddyk-ku. Daddy akan memberi anda dua kali lipat dari harga yang anda berikan pada saya, tapi jika anda juga mau menolong teman saya. Daddy akan memberikan tiga kali lipatnya,” semua orang akan berfikir wanita itu gila, telah berani melakukan penawaran pada tuannya setelah menjadi seorang budak.

Mendengar perkataan lancang dari Jenny, Peter menggeram marah sekaligus penasaran. Tidak ada yang berani memberi penawaran langsung dengan tuannya tanpa takut mati. Kenyataan lainnya. wanita itu adalah keturunan orang kaya raya.

Sedangkan Jonathan tersenyum puas mendengar penawaran tersebut dari mulut manis wanita yang telah ia beli. Wanita itu begitu mengesankan, lihat saja dari tatapan matanya, sangat berani tak tergoyahkan, menunjukan kecerdasan karena didikan orang tuanya dari kalangan atas.

“Duduklah dulu, kau terlihat begitu lelah,” pinta Jonathan dengan nada lembut. Namun, tidak dituruti oleh Jenny. Wanita itu malah berubah marah dan membuncah mendengar permintaan sialan tersebut.

“Bagaimana saya bisa duduk tenang, sedangkan teman saya telah terjual!” tukas Jenny bernada tinggi sambil meremas ujung dress yang mencapai batas paha atasnya.

“Siapa nama temanmu itu? dan ciri-cirinya seperti apa?” Jonathan jadi paham dengan kekhawatiran yang mendera wanita tersebut. Tidak seharusnya wanita itu lebih mengkhawatirkan temannya, bukankah mereka terjebak di dalam situasi yang sama yaitu dilelang menjadi seorang wanita simpanan?

“Namanya adalah Poppy Magenta, dia berambut pendek dan berawajah manis. Dia memiliki darah campuran Skotlandia. Dia mendapat urutan ke tiga ketika pelelangan tadi dan terjual sekitar hampir dua jam yang lalu,” otak Jenny terlalu buntu. Fokusnya terpecah berai akibat sakit kepala seketika menyerangnya.

Jonathan menolehkan sedikit kepalanya kesalah satu sisi. Menimbang-nimbang seberapa kuat pertahanan diri Jenny. Wanita itu terlihat begitu terkendali, menambah aura kecantikannya. Amarahnya pun terkontrol baik demi menjaga image dihadapan Jonathan. Jika orang lain mengalami situasi saat ini, pastilah mereka semua akan diambang keputus asaan.

“Dengar nona Jenny. Aku adalah laki-laki kaya raya dan untuk apa aku mengkali lipatkan uangku kalau sebenarnya aku sudah memiliki banyak uang? Bahkan aku bingung sendiri bagaimana cara untuk mengahabiskan uang yang kumiliki.” Senyuman tipis terukir dibibir Jonathan. Ia sengaja memojokkan wanita tersebut untuk menikmati siksaan batinnya. Kemudian ia akan mendengar berbagai permohonan dari mulut manisnya. Ia senang menjadi orang yang memegang kendali utuh atas hidup orang lain.

Alam bawah sadar Jenny nyaris lemah putus asa, saat mendengar jawaban tersebut. Apapun itu, ia tetap harus berusaha melakukan apapun untuk menolong temannya. Tangannya kini mengepal keras, menarik paksa dirinya sendiri untuk bertahan lebih lama lagi.

“Tapi aku akan memberikan sebuah penawaran yang bagus untukmu. Kalau kau bersikap manis dan menuruti semua permintaanku, aku akan menolong temanmu. Bagaimana menurutmu?”

Jenny mengerti Jonathan pasti sengaja melakukan penawaran seperti ini. Lihat saja kilatan matanya sangat panas seolah menantang dirinya. Jonathan ingin memutar balikkan keadaan. Dasar laki-laki licik!

“Berikan aku waktu dua menit untuk berfikir” Jonathan mengiyakan perminataan Jenny lalu menyuruh wanita tersebut untuk duduk supaya bisa berpikir tenang, tidak ada perlawanan dan Jenny mau menurutinya.

Apa yang harus dilakukannya sekarang? Menerima penawaran itu atau tidak?

Jenny memejamkan kedua matanya rapat. Rasanya ia benar-benar ingin menjerit karena lelah melewati hari-hari rumit ini.

~~~~~~TBC~~~~~~~

7 Komentar

  1. Cogan arogan terdeteksi nih….

  2. apa yang direncanakan oleh si Giovinco ??

  3. Nah nah, ngerencanain apa nih dia

  4. kenapa jenny bisa ada ditempat pelelangan pdhl dia orng kaya? kenapa penculiknya gak minta tebusan aja?… :ragunih :ragunih :ragunih

  5. Naahhhh apa yang di rencanain dia nih

  6. fitriartemisia menulis:

    setia kawan bener nih Jenny

  7. Ditunggu kelanjutannyaa