Kita Indonesia ( Spesial untuk bulan Kemerdekaan )

3 Agustus 2017 in Vitamins Blog

21 votes, average: 1.00 out of 1 (21 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

 

 

Kita Indonesia

 

Tapi..
Banyak yang merasa lelah untuk menopang tubuh saat upacara bendera,
Banyak yang merasa begitu berat perjuangan menghadapi teriknya matahari,
Banyak yang merasa bosan saat harus mendengar rentetan kata berupa ceramah panjang,
Intinya sebagian besar tidak suka upacara bendera.

Tapi..
Banyak yang lebih suka produk-produk impor,
Banyak yang suka film-film asing meski tak praktis, mengharuskan adanya subtitle,
Banyak yang suka lagu barat, meski banyak juga kata-kata yang tak dimengerti,
Intinya sebagian besar tidak terlalu suka dengan hal yang berbau lokal

Tapi..
Banyak yang tidak peduli urusan pemerintahan, lepas tangan tanpa kritikan dan saran,
Banyak yang tidak peduli tentang aturan selama tak ada yang menghalangi,
Banyak yang tidak peduli dengan adanya hukum, selama masih dianggap lemah,
Intinya sebagian besar tidak mau terlalu ikut campur dengan tata-tata itu.

 

Ya, begitulah kita.

 

Meski begitu,
Bukan berarti terjadi penghianatan besar terhadap INDONESIA. Bukan..

Lelah dan bosan dalam mengikuti upacara hanya reaksi tubuh yang lemah.
Yang sebenarnya ada rasa kagum dan jiwa semangat untuk mengikuti jejak para pahlawan yang telah membangun rumah yang begitu kokoh.

Ada Pancasila sebagai fondasi agar tidak mudah runtuh,
Ada UUD 1945 sebagai dinding dan atap yang senantiasa melindungi para penghuni,
Ada pasal-pasal seumpama perabotan yang begitu bertanggung jawab mengisi ruangan.

Suka dengan hal berbau asing itu hanya mengagumi bukan menjatuhkan hati, buktinya..
Masih berpijak di tahan Indonesia, masih menjadi penikmat alam Indonesia.
Batik masih saja menjadi pilihan saat akan pergi memenuhi undangan pernikahan.
Film Indonesia masih tetap jempolan karna kuat memegang teguh budaya timur.
Lagu dangdut masih saja berhasil membuat semua bergoyang-goyang keasikan.

Meski tak peduli dan menganggap remeh tata-tata yang ada setidaknya kita memperhatikan sekitar..
Para koruptor yang menjadi pencuri tak tahu malu,
Para pemuja uang tanpa belas kasihan,
Para penjahat pengintai yang lemah, dan
Para provokator pemecah bangsa.
Para dan para itu perlu dihakimi untuk menciptakan NKRI yang benar-benar menjadi negara yang BERSIH dan DAMAI

 

Kita Indonesia

Kita warga Negara Indonesia
Mari kita ‘KERJA BERSAMA, BERSAMA KERJA’ memajukan NEGARA REPUBLIK INDONESIA

 

***

*Aku bingung ini puisi atau apa hehe. Gimana? Aneh ya..aku nulis ini gara-gara sering bilang Indonesia itu ginilah gitulah gak ada yang benar gitu padahal Indonesia itu tetap nomor satu.

Salam Indonesia :)

 

Tentang Hobi

3 Agustus 2017 in Vitamins Blog

4 votes, average: 1.00 out of 1 (4 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

“Hai Glorina, sudah ku duga kamu disini” 

Mendengar sapaan itu gadis cantik berkacamata yang dipanggil Glorina itu menengadah keatas melihat sosok teman sekelasnya yang tepat berada didepannya itu. Glo segera menutup novel yang dibacanya sedari tadi dan membiarkan novel itu ada dipangkuannya.

“Ada apa mencariku?” Ujar Glo seraya melirik cowok itu yang sudah mengambil tempat duduk tepat disisi kirinya.

“Kita ada rapat tadi.”

“Rapat? Kok aku nggak tau Ka?”

“Tadi rapatnya mendadak. Biasa bahas masalah kegiatan perayaan HUT RI ke-72 Aku mau nyuruh teman manggil kamu tadi tapi kamu itu seksi mading jadi nggak ngaruh juga kamu hadir atau enggak.” Jelas cowok yang dipanggil Ka tadi. Namanya Saka, ketua OSIS. Saka itu hanya masuk kategori cowok pintar bukan cowok keren dan ganteng dia itu biasa-biasa aja, populer juga nggak tapi pasti banyak yang mengenalnya karna jabatanya itu.

Glo menganggukan kepalanya tanda mengerti. Saka benar dia hadir atau tidak juga tidak mempengaruhi jalanya rapat. Sebagai seksi mading, tugas Glo itu hanya menulis untuk mengisi majalah dinding di sekolahnya. Glo suka menulis puisi, cerpen, atau sekedar goresan yang bermakna. Namun meski begitu Glo bukanlah yang mengkoordinir kegiatan mading dia hanya menyodorkan tulisannya saja.

“Aku penasaran..Glo kenapa sih kamu suka baca?” Tanya Saka yang sempat melirik novel yang ada dipangkuan Glorina. Pertanyaan yang memecah keheningan diantara mereka.

Mendengar pertanyaan itu Glo tersenyum sambil membawa buku novel kedalam genggamannya. “Aku suka baca karna bagiku buku itu adalah teman terbaikku. Mereka itu selalu ada saat aku lagi senang, bosan bahkan saat aku sedih. Kau sendiri tau aku bukanlah seseorang yang mudah bergaul malah cenderung menutup diri jadi caraku untuk mengetahui dunia luar adalah dengan membaca. Setiap karakter yang ada dalam cerita yang ku baca, aku selalu mencoba memahami seperti apa kepribadian mereka. Hal itulah yang membuatku selalu menempatkan diriku seakan akulah pemeran wanitanya.” Menyeda sejenak ceritanya Glo menatap Saka yang juga sedang menatapnya. Entah apa arti dari tatapan Saka yang ditujukan kearahnya itu.

“Itu cukup menarik karna aku bisa mendalami perasaan mereka masing-masing membuatku cukup mengerti setiap orang itu berbeda tapi memiliki kesamaan yang mutlak yaitu memiliki waktu bahagia dan waktu sedih nya sendiri. Waktu bahagia itu mungkin saat menghabiskan waktu bersama keluarga dan masih banyak lagi waktu-waktu yang membuat kita enggan untuk berpisah. Setelah itu ada waktu sedih dimana waktu kita menangis dengan beribu sebab berbeda pada tiap orangnya. Jadi saat aku sedih, aku tak pernah iri dengan orang yang tersenyum atau tertawa seakan tidak ada beban karna mereka juga pernah mendapatkan waktu sedih itu.”

“Saat menemukan bacaan yang bahagia aku akan ikut merasa bahagia melupakan sejenak penatnya dunia nyata dan saat bacaan yang sedih aku juga akan ikut bersedih bahkan menangis sebenarnya yang aku tangisi bukan sepenuhnya tentang bacaan itu bisa jadi ceritanya mirip dengan keadaan ku jadi untuk menguatkan diri tidak menangis saat ada masalah aku akan menangis sekencang-kencang karna bagiku aku bukan menangisi masalah yang sedang aku hadapi tapi menangisi kisah sedih itu. Titik.” Glo menghembuskan nafas seakan lega telah menumpahkan segala perasaannya yang telah disimpan sejak dulu. Glo suka bercerita tapi kadang tak ada yang mau mendengarkannya.

Sedangkan Saka hanya mampu menatap Glo takjub mendengar rentetan cerita panjang Glo tadi. Glo yang terkenal pendiam mampu berbicara sepanjang itu, eh bukan berbicara lagi tapi bercerita. Jawaban yang diberikan Glo sungguh luar biasa dari yang diduga tadinya Saka mengajukan pertanyaan itu hanya sekedar berbasa-basi menghilangkan kesunyian di taman belakang sekolah tempat mereka duduk saat ini. Dan sekarang Saka bingung menanggapi cerita Glo tadi.

“Emm..itu hebat. Kamu suka baca apa aja Glo?”

“Aku..aku hanya suka baca cerita. Kaya cerpen atau novel aja”

“Oh, hanya cerpen atau novel.” Jawab Saka seakan baru menyadari jawaban yang Glo berikan hanya seputar kesukaannya tentang novel.

‘Pantas Glo punya kecerdasan dibawah rata-rata jadi penyebabnya hanya karna hobi baca novel” Saka terkekeh dalam hati. Gadis yang unik.

“Eh..Glo masuk kelas yuk udah lama kita keluar.” Memang ini bukan jam istirahat melainkan jam olahraga yang kebetulan gurunya tidak masuk, jadi Glo memanfaatkanya untuk membaca.

“Kamu dulu aja, nanti aku nyusul” Glo menatap setiap langkah Saka menjauhinya dengan senyum. Akhirnya ada satu orang yang mau mendengarnya.

***

Puisi spesial bulan Kemerdekaan NKRI

Oleh : G

 

Kita Indonesia

 

Tapi..

Banyak yang merasa lelah untuk menopang tubuh saat upacara bendera,

Banyak yang merasa  begitu berat perjuangan menghadapi teriknya matahari,

Banyak yang merasa bosan saat harus mendengar rentetan kata berupa ceramah panjang,

Intinya sebagian besar tidak suka upacara bendera.

 

Tapi..

………

 

“Tulisan yang mengagumkan,” Suara itu mengalihkan tatapan Glorina dari mading sekolah.

“Eh, Saka.” Glo tersenyum menyabut Saka yang sekarang berdiri tepat disampingnya sambil menatap mading atau lebih tepatnya menatap karya terbarunya.

“Aku suka karyamu ini.”

“Terima Kasih.”

“Glo, kamu suka nulis itu kenapa?” pertanyaan lagi pikir Glo.

“Aku menulis karna aku menyukainya. Aku tak mudah menumpahkan segala perasaanku ke orang lain jadi aku selalu curhat melalui setiap kata yang aku tulis. Setelah selesai aku merasa lega seakan semuanya beban telah terangkat. Itulah caraku berdiri tanpa ada teman. Sebenarnya aku bukanlah menjaga jarak atau menghindar jika seseorang mau mendekatiku tapi memang akunya terlalu canggung dan pendiam jadi nggak ada yang mau menarikku menjadi sosok sahabat jadi hanya ada teman yang sekedar menyapaku basa-basi saja.” Jawab Glo singkat. Lebih singkat dari jawaban sebelumnya.

Tak mendengar respon Saka akan jawabannya Glo akhirnya melirik cowok disampingnya itu. Glo menatap Saka, Saka menatap Glo itulah yang terjadi. Mereka berdua saling pandang. Sebelum tawa Glo memyadarkan Saka akan sesuatu. Kenapa Glo tertawa?

“Hahaha.. astaga Saka kamu lucu..” Saka mengernyitkan alisnya, lucu?

“Apanya yang lucu?” Tanya Saka kental dengan ekspresi bingungnya.

“Ahh ahh..itu..hahahhah..” Saka terpesona dengan tawa itu. Baru pertama kali dia melihat Glo tertawa.Tawa yang manis itu brhasil membuat hatinya berdesir. Saka tersenyum memandang Glo yang kini sudah sibuk menetralkan tawanya. Ah rasanya bahagia melihat Glo sesenang itu meski kini dia belum tahu pnyebabnya apa.

“Ekspresimu tadi sangat lucu seakan mempersiapkan diri mendengar jawaban panjangku. Tenang aja jawabanku udah segitu aja kok cukup singkatkan.” Ujar Glo kembali terkekeh.

Mendengar itu Saka hanya tersenyum. Saka bahagia karna dirinya Glo bisa tertawa ceria. Saka kagum akan sosok cewek disampingnya ini. Glo itu sosok yang ceria dan menyenangkan bagi yang mengenalnya dan enak untuk dijadikan teman atau lebih dari teman juga ide yang bagus. Saka terkekeh sendiri dengan pemikirannya barusan.

Dan bagi Glo sosok Saka begitu luar biasa karna mau mendekatinya hingga serasa mereka sudah akrab saja. Saka memang sering berbicara dengannya hanya saja tidak seakrab kemarin atau hari ini. Glo pun cukup terkejut bisa-bisanya dia seterbuka itu dengan Saka sampai menceritakan kecintaanya dengan buku apalagi ceritanya itu sangatlah panjang.

Mereka berdua kembali saling pandang sembari melempar senyum terbaik masing-masing seakan berusaha agar pihak yang disenyumi terpikat.

‘Terima kasih Saka. Aku harap kita akan menjadi teman’

‘Aku merasa nyaman didekatmu Glo. Semoga hubungan kita terus berlanjut’

Maleikat cinta telah mengamini harapan dua manusia yang baru memupuk hubungan itu yang nantinya takdir cintalah yang membawa mereka akan berlabuh kemana.

Selesai

 

*Puisinya dikit lagi selesai jadi nanti aku post. Khusus yg penasaran sma puisi yg dibuat Glo, klo ada sih hehe

:)

 

 

Surat ^^

21 Juli 2017 in Vitamins Blog

 

19 votes, average: 1.00 out of 1 (19 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Teruntuk diriku sendiri ditahun berikut-berikutnya

 

Dear, Diriku

Hai, apa kabar diriku?

Aku harap jawabannya baik-baik saja, sehat-sehat saja dan bahagia-bahagia saja, bukan kalimat yang membutuhkan kata ‘tidak’.

Aku selalu membayangkan kau seperti apa nanti disuatu tahun, mungkin 5 tahun mendatang. Kehidupan kau saat itu menjadi misteri bagiku saat ini. Aku yang tak tahu masa depan seperti apa yang menungguku sehingga aku selalu merasa begitu takut untuk melangkah. Takut langkahku itu berimbas pada dirimu ini nanti dimasa kau yang menjalaninya.

Tapi terlepas dari rasa takut itu, aku mencoba menelisik perubahan apa yang membawaku ke tahun berikutnya, tahun yang saat ini aku tunggu namun terasa sangat lama untuk mencapainya. Aku tahu pasti kau lah yang tahu, merasakan, dan menjalani tahun masa depan itu. Sebab itu aku hanya bisa merasa penasaran seperti apa duniamu nanti. Aku masih buta, aku hanya bisa meyakini pasti aku berubah menjadi kau yang masih bertanda tanya untukku.

Saat ini dirimu masih lah remaja labil yang kekanak-kanakan.

Saat ini dirimu masih menjadi seorang pejuang.

Saat ini dirimu masih bukan siapa-siapa.

 

Aku akan berubah menjadi kau.

Entah itu…

Berubah menjadi sosok dewasa atau masih sepertiku yang menggunakan kata dulu untuk mu.

Berubah menjadi seorang yang telah memetik perjuangan atau belum atau malah berhenti.

Berubah menjadi seseorang yang sukses atau malah gagal.

Terlepas dari semuanya aku tahu pasti kehidupan masa depan itu akan terungkap hanya dengan menjalani sebuah pilihan takdir. Pilihan hitam dan putih penentu kehidupan kita, dirimu saat ini dan kau, saat nanti. Semoga tidak ada namanya salah langkah, salah jalan dan pilihan yang salah. Hanya berharap itu saja.

 

Salam,

Aku

*21 Juli 2017

Kisah Aku dan Dia

19 Juli 2017 in Vitamins Blog

18 votes, average: 1.00 out of 1 (18 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Kembali aku memejamkan mata, memaksa diri  untuk terlelap. Namun, belum sampai waktu berjalan hingga 5 menit aku kembali membuka mataku. Bahkan sangat lebar. Aku sangat menyadari aku tidak akan bisa tertidur jika dalam keadaan begini. Dalam keadaan perasaan yang gelisah, khawatir, takut seperti ini mana mugkin bisa memanjakan tubuh dan pikiran di kasur empuk ku ini. Sudah puluhan kalimat kurapalkan doa untuk bisa lebih menenangkan hati tapi tetap saja tak bisa tenang menuruti kemauan ku. 

Aku berharap angin malah yang dingin ini yang menyusup dari celah-celah fentilasi jendela kamarku membawa pesan kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan ku ketempatmu agar kamu mengetahui malam ini ada seseorang yang menunggu kabarmu dengan perasaan yang kacau.

Hei, kamu..

Kembali aku bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi padamu disana? Saat ini aku ingin seperti hari-hari sebelumnya dimana malam tiba akan selalu ada cerita panjangmu menceritakan kegiatan yang kamu lakukan dan kesibukan-kesibukan mu. Saat kamu mengatakan sedang bahagia karna sesuatu aku akan tertawa bersamamu  dan saat kamu mengatakan sedang sedih karna suatu masalah aku akan menghiburmu serta saat kamu sedang lelah aku akan setia menyemangatimu. Meski semua itu dilakukan hanya sebatas suara, tapi bukan kah itu sudah cukup untuk kamu merasakan betapa aku selalu ada disisimu untuk menjadi penyemangat, penghibur dan penguatmu. 

Ya, aku merasakan cintamu sama seperti yang sering kamu katakan bahwa kamu juga merasakan cintaku untukmu. Sungguh aku mempercayaimu tanpa ada celah apapun, tapi… 

Akhir-akhir ini aku selalu menghitung hari hingga malam ini. Menghitung tepatnya kamu tak menghiraukan ku. Dan malam ini tepat 7 hari, seminggu dimana kamu tak berkabar denganku. Kamu tak mengindahkan berbagai pesan dan panggilanku. 

Ada apa sebenarnya denganmu? Apa terlalu jenuh dengan hubungan jarak jauh ini? yang hanya bisa bersayang-sayang dengan mendengarkan suara atau hanya melototi layar hp untuk bisa melihat wajah yang begitu dirindukan. Jika kamu bertanya padaku.. ada saatnya aku merasa jenuh juga tapi itu hanya karna aku terlalu merindukanmu, terlalu membutuhkanmu menjadi nyata disisiku. Lalu lambat laun rasa jenuh itu hilang ditutup makin besarnya rasa sayangku padamu. Aku pun menyadari lebih baik merasa jenuh dari pada mencari jalan terbaik karna jika sudah mencari jalan itu hanya ada satu jalan keluarnya yaitu..

Hingga pikiran-pikiran buruk selalu merecoki otakku. Apa tanganmu patah hingga tidak bisa mengetikan pesan untukku? Apa pita suaramu putus hingga tak bisa menelpon dan berbicara barang semenit? Atau apa kamu kecelakaan hingga koma jadi tidak bisa memberiku kabar?. Tapi pikiran-pikiran itu tak memiliki arti apapun, tak mampu membuatku terlalu takut. Aku lebih takut dengan pikiran bahwa kamu punya yang lain, kamu telah membagi hatimu untuk seseorang disana. Itu terlalu buruk yang dilakukanmu saat aku disini gelisah menunggu kabarmu hingga terlalu khawatir dengan keadaanmu. 

Tapi aku berharap jagalah kepercayaan hati ini. Jangan sampai ada kekecewaan diantara hubungan 3 tahun ini. Aku hanya berharap kabarmu yang mengatakan kamu baik-baik saja agar aku bisa menghilangkan perasaan kacau ini. Aku tidak berharap ada pesan panjang penjelasan atau seribu alasan dari mulutmu tapi yang aku harapkan saat ini hanya pesan singkat se singkatnya yang membuktikan kamu masih hidup. Ya, itu saja. Sehingga rasa gelisah,khawatir dan takut ini segera pergi dari malamku yang selalu terasa dingin ini.

***

Pagi yang cerah menyambutku namun aku nya tak secerah matahari pagi ini. Jam 9 aku bangun dari ranjang empuk ku langsung memeriksa hp, namun kembali aku menelan kekecewaan karna hp ku tak memiliki notifikasi sama sekali. Apalagi dari dia. Aish, membuatku tambah stress saja. Kembali aku mendesah lelah, memilih keluar dari kamar mencari sang mama tercinta. Pasti saat ini di meja makan sudah ada nasi goreng yang sangat enak buatan mama. 

“Ma..mama” aku berteriak memanggil wanita yang telah melahirkanku 23 tahun silam itu.

“Mama..hah!” Terkejut. Aku hanya bisa ternganga melihat pemandangan di ruang tamu. Dia..

“Aduh Bee kamu kok berantakan gitu nggak malu apa sama calonnya” Suara mama menyadarkan ku dari keadaan syok berlebih. Aku melototi tamu itu seakan tidak percaya dia ada dihadapanku, dirumah ku. Dan apalagi maksud mama.. Calon? Aku bingung.

“Kamu? Kenapa bisa ada disini?” Tanya ku masih dalam keadaan linglung tak mempedulikan perkataan mama tadi. Dia tidak menjawab dan malah terlihat menahan tawa. Apa ada yang lucu?

“Bee mandi dulu sana bersihin dulu ilernya” Mendengar perkataan mama membuatku secara otomatis memegang sudut bibirku. Mandi? Iler?

“Aaaaaa…” Aku berteriak seraya mengambil langkah seribu menuju kamarku kembali. Aku bisa melihat tatapan gelinya itu. “Maluuu”

“Bodohnya kamu Bee. Gadis tolol masa mempermalukan diri sendiri sih,” Aku sibuk merutki diriku setelah melihat penampilan super berantakan ku dicermin. Mata panda, rambut singa, ya ampun.

Tapi kenapa dia kesini pagi-pagi lagi? Setelah sekian lama nggak ada kabar dia main datang saja kerumah ini. Huhh cowok ngesilin, cowok yang nggak ada peduli-pedulinya sama pacar cantiknya ini. Sudahlah Bee lebih baik kamu mandi terus temui pacar tanpa kabar mu itu. 

***

Setelah mandi secepat kilat aku kembali menginjakan kaki diruang tamu memilih tempat duduk di sofa sisi kanan mama yang berhadapan langsung dengan dia. Jangan harap aku menundukan kepala karna malu akan kejadian tadi, aku memang malu tapi perasaan kesal lebih mendominasi. 

“Ada apa?” tanyaku ketus

“Aduhh Bee jangan gitu ah sama nak Arkin. Nak Arkin mama tinggal dulu ya..ngomong aja sama Bee. Bee terima mama juga bakal terima kok.” Sebelum aku bertanya apa maksud mama tadi, mama sudah beranjak meninggalkan aku dan juga Arkin. Huhh mama main tinggal saja.

“ Kenapa kesini? Aku pikir kamu lupa ada pacar disini?”

“Sebelum kita bahas-bahas hal itu ikut aku ke halaman belakang,” aku hanya bisa mendengus kesal melihat sikap Arkin. Dia selalu seperti itu tukang perintah. Apa dia tidak tahu kalo pacarnya ini sedang mode marah, kesal dan jengkel. Tapi meski begitu aku tetap mengikuti langkahnya ke halaman belakang rumah.

“Jadi ada apa?” kembali aku bertanya setelah mengambil posisi duduk masing-masing dibangku panjang yang memang ada dari sebelum aku lahir. Aku mengambil sisi kiri mencoba menjaga jarak dengan Arkin yang mengambil posisi duduk disisi kanan. 

Aku tahu Arkin sedikit jengkel melihat tingkahku. Jika saja saat ini kami baik-baik saja pasti dia sudah mendesisih mengatakan aku kekanak-kanakan. Jika sudah seperti itu aku pasti makin mengganggunya dengan sikap manja berlebih. Emm.. kangen saat itu.

Pacarku Arkin Fidel cowok berusia 25 tahun,  cowok yang kelewat dewasa dibandingkan aku yang anak manja sepertiku. Arkin bukanlah tipe cowok cuek yang irit bicara, dia tipe yang ramah tapi saking dewasanya dia itu hanya mau membicarakan hal-hal penting saja. 

Sejak dua bulan yang lalu Arkin keluar kota karna tuntutan pekerjaan. Jadi sejak saat itu juga kami harus menjalani apa yang kata orang bilang LDR. Hari-hari sebelumnya komunikasi kami masih lancar hingga seminggu terakhir ini komunikasi kami benar-benar terputus. Tapi kini Arkin ada dihadapanku, jangan-jangan dia minta pu..Ah tidak mungkin. Jauhkan pikiran itu Bee..

“Bee, apa kamu masih ingat pertemuan pertama kita,” Aku segera memandang Arkin yang sedang memandang langit seakan kembali mengumpulkan segala potongan memori di pertemuan pertama kami. Pertanyaannya itu seakan membuka kenangan lama kami yang terjadi 3 tahun yang lalu. Meski kesal juga sedikit tidak mengerti kenapa Arkin membahas hal itu aku tetap mengangguk menyatakan aku tak pernah lupa akan kejadian itu tak lupa juga memperlihatkan senyumku saat Arkin juga sedang menatapku dengan senyum manisnya.

Flashback

“Aauu” Aku memegang dahiku yang baru saja menabrak sesuatu yang keras hingga membuatku terjungkal kebelakang.

“Maaf, nona saya tidak sengaja” Ujar cowok yang menabraku itu seraya mengulurkan tangannya hendak membantuku bangun. Aku dengan senang hati menyambut uluran tangan itu agar aku bisa berdiri. Setelah berhasil bangun, diam-diam aku memperhatikannya, ganteng tapi tidak seganteng Ji Chang Wook, senyumnya manis meski lebih manis punya oppa chang wook ku, dan seperti tipe pria kantoran yang kalem. Emm..boleh juga.

“Aku juga salah nggak liat depan, jadi nabrak deh,” Ujarku ramah.

“Apa masih sakit?” tanya pria itu sambil mengelus dahiku yang sempatku elus tadi. Wow! Nggak kenal tapi berani main elus aja jidat anak orang mana muka didekatin lagi kewajahku kan jadi…

Sebelum  pipiku memerah seperti tomat karna perlakuan pria asing ini tanganku ditarik kasar hingga…

Plakkk

Apa? Apa yang terjadi barusan? Aku baru saja ditampar ya. 

“Dasar cewek kurang ajar, nggak tau malu lo ya ngegodain cowok orang,”

 Tentu aku syok dengan kejadian seperkian tadi. Aku barusan ditampar depan umum terus dituduh godain cowok. Oh my god, berani-berani tuh cewek..

Sebelum aku sempat membalas tamparan cewek gila itu, cowok tadi sudah menariknya menjauh. Terlihat jika cewek itu berontak berusaha melepaskan diri dari tarikan kasar cowok itu. Aishh kenapa cowok itu harus narik cewek gila itu padahal aku sudah mempersiapkan serangan 10 kali lipat karna berani-berani nya menampar pipi mulusku, dia  juga memfitnah ku bikin makin kesal saja.  Jika bertemu lagi aku akan membalasnya, aku orang pendendam loh.

Aku akhirnya memilih duduk dibangku yang ada ditaman ini. Menghela napas berat meratapi hari minggu buruk ini. Tadinya aku ingin menikmati hari libur ini dengan berjalan-jalan ditaman menghilang kan jenuh karna status jomblo yang aku miliki, tapi malah lebih sial lagi. Biar jomblo aku anti ngegodain cowok orang kali lagian aku kan tadi hanya perhatikan dikit-dikit nggak banyak kok eh malah dapat hadiah pipi merah dari pacar sialnya itu. Mana pipiku masih perih lagi, aduh nasibmu Bee.

“Nona,” Panggilan itu, ‘nona’. Siapa yg memanggilku begitu? Bukankah cowok yang… Segera saja aku mengangkat kepalaku dan ternyata benar saja. Cowok tadi berdiri dihadapanku kalau tidak salah dia memandang khawatir padaku.

“Ada apa lagi? Belum cukup pipi dan dahi ku jadi merah2 gini hah,”  marahku padanya. Ngomong-ngomong aku punya hak untuk marahkan.

“Aku kesini bukan nyari masalah lagi kok hanya ini,” Ujat pria itu seraya menunjuk kantong es batu yang ada ditangan kanannya. Tanpa ditanya pun aku tahu apa maksudnya membawa es tersebut. Jadi aku tak mempersalahkan cowok itu yang sekarang  sudah duduk di sampingku. Dia mengambil saputangan lalu digunakanya untuk membungkus potongan kecil es batu itu. Selanjutnya aku dibuat terkejut karna dinginnya es batu itu juga karna cowok itulah yang secara langsung mengompres pipiku. Aduh sekarang rasa-rasanya benar aku berselingkuh dengan cowok ini. Ya ampun gimana kalau saja cewek gila tadi melihat kami berdua begini bisa-bisa pipi kanan aku lagi yang kena sasaran.

“Hmm.. Soal kejadian tadi maaf ya saya benar-benar nggak nyangka Cindy berani nampar kamu.”  Ujar cowok itu memecah keheningan diantara kami terlihat juga dia merasa sangat bersalah. Kompresannya pun berpindah dari pipi ke dahiku. Posisi kami makin dekat saja hingga sukses membuatku jadi deg-deg an.

“Oh, cewek gila itu namanya Cindy toh. Eh, itu aku enggak mak…” Mulutmu Bee masa nyebut cewek itu gila depan pacarnya lagi.  Aku hanya bisa menunduk saking takutnya. Setelah itu aku mendengar kekehan dari cowok itu.

“Cindy memang cewek  gila tapi tidak seperti dipikiranmu nona, Cindy bukan pacar saya dia hanya mantan pacar yang masih teropsesi  sama saya” Aku hanya mengangguk tanda mengerti dengan penjelasannya itu. Entah kenapa aku merasa puas dengan kata mantan yang baru saja cowok itu katakan. Ada kesempatan gitu buat dekatin dia, eh abaikan.

“Eh..ngomong-ngomong aku bukan nona mu. Aku Bevita Ri, kamu bisa panggil aku Bee, Vita atau Rii terserah kamu. Aku tersenyum manis sembari memperkenalkan diri. Selanjutnya dia menyudahi kompresan di dahiku lalu mengulurkan tangannya untuk berkenalan yang tentu saja aku sambut dengan senang hati.

“Saya Arkin Fidel, kamu bisa panggil saya Arkin. Senang berkenalan denganmu Bee,”  Cowok yang bernama Arkin itu juga menampilkan senyum lebar miliknya. Ah dia memanggilku Bee padahal biasanya orang akan lebih memilih memanggilku Vita, Bee itu panggilan kesayangan mama untukmu. Kayanya Arkin tahu kalo aku akan jadi kesayangan dia nanti, ngayal dikit boleh kan.

“Apa sudah baikan?”

“Sudah lebih baik kok. Panasnya udah nggak”

“Sekali lagi saya minta maaf ya karna saya kamu jadi sial hari ini. Emm..boleh minta no. hp kamu?”

“Eh, no hp?” Wow! Arkin ternyata kategori cowok agresif masa langsung minta no. hp segala.

“Maksud saya minta no. hp kamu itu supaya saya bisa bertanggung jawab lebih soal kejadian tadi, mungkin sebagai permintaan maaf saya bisa mentraktirmu makan lain kali.”

“Oh..” Aku hanya ber oh saja sembari menyebutkan 12 angka yang menjadi no. hp ku sedangkan Arkin sibuk mengetikan angka yang aku sebutkan itu. Arki sibuk menyimpan nomorku sebagai kontak sedangkan aku sibuk memperhatiaknya. Kalau diperhatikan benar-benar Arkin itu manis loh.

Selanjutnya  Arkin memaksa untuk mengantarku pulang. Sejak saat itu hubunganku dengan Arkin teras berlanjut.

Flashback end

Ternyata mengenang pertemuan pertama kami membuat hatiku menghangat. Dulunya Arkin hanya sebatas orang asing bagiku kini sudah menjadi seseorang yang begitu berartinya untukku.

Aku kembali tersenyum saat merasakan tanganku digenggam oleh tangan besar Arkin.  Genggamannya masih saja menimbulkan kehangatan, kenyamnan yang seakan mengaliri tubuhku. Kembali aku jatuh cinta padanya lagi dan lagi seakan tanpa batas. Sekarang aku bingung apakah aku masih marah?

“Dulu, kamu tau kenapa aku berani-beraninya langsung minta no. hp mu? Ingin bertanggung jawab itu hanya alasan. Yang sebenarnya itu karna aku ingin memastikan getar di hatiku saat kita bertabrakan waktu itu apa tetap bertahan hingga kita benar-benar saling mengenal. Dan ternyata getar itu tidak hilang sama sekali malah selalu bertambah saat aku didekatmu.”

“Maaf selama tujuh hari ini aku menghilang. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu yang penting. Sesuatu yang bisa mengubah hidupku dan juga hidupmu Bee, aku memikirkan apakah selama 3 tahun ini cukup membuat kita siap menjalani hidup bersama. Bagiku ini merupakan sesuatu yang tidak bisa diputuskan hanya karna keinginan tapi kita perlu memikirkan. Sekarang aku sudah menemukan jawabannya yaitu aku sudah siap dan aku harap kamu pun sudah siap Bee”

“Will you marry me, Bevita Ri?”

Aku..aku tidak bisa berkata-kata lagi. Dia melamarku? Arkin melamarku..Astaga! Meski saat ini dia tidak berlutut dihadapanku, meski dia tidak membawa mawar atau mengajakku dinner romantis tapi ini sudah cukup, sudah sangat cukup. Bagiku hal paling membahagiakan adalah hari dimana aku bisa bertemu dan mengenalnya, tanpa sengaja tapi tentu itu sudah ada dalam catatan kecil hidupku bahwa dialah jodohku.

Sekarang aku hanya bisa mengangguk. Aku tak bisa menahan air mataku saat Arkin memasangkan sebuah cincin di jari manisku. Setelahnya tentu kami berpelukan, berharap hubungan kami akan  seerat pelukan ini, tak akan pernah putus seperti cincin ini. Inilah ujung cinta kami meski aku tahu ini bukan akhir perjuangan hidup kami tapi setidaknya untuk saat ini aku tidak lagi susah tidur di malam hari karna kegelisahan, kekhawatiran atau ketakutan ku melainkan karna terlalu bahagia. Terima kasih Arkin, kamu pelengkap hidupku.

Selesai 

Itu saja :)

 

Sekedar Kisah

11 Juli 2017 in Vitamins Blog

23 votes, average: 1.00 out of 1 (23 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Malam hari. Lari masih memikirkan tindakan Reno tadi disekolah. Sambil menatap langit dari balkon kamarnya ditemani secangkir susu cokelat. Bagi Lari susu cokelat adalah teman terbaiknya saat malam hari seperti ini. Bukan susu putih, karena jika susu putih Lari merasa mual hanya sekedar melihatnya apalagi meminumnya, entahlah kenapa.

Angin malam terasa dingin menusuk kulit, langit yang hari ini begitu cerah menampakan banyak bintang yang menghiasi dan bulan yang tampak penuh dengan cahaya yang redup. Malam yang menemani gundahnya hati Lari.

“Apa Reno menyukaiku?” Gumam Lari untuk kesekian kalinya. Sebenarnya jika dipikir-pikir sikap Reno tadi hanya untuk dirinya. Reno, cowok populer yang entah kenapa tadi saat akan masuk kelas cowok itu malah mensejajarkan langkahnya dengan Lari mencoba membuka pembicaraan diantara mereka hingga didepan kelas Lari, Reno berpamitan sambil mengacak Rambut Lari. Perbuatan Reno tentu membuat syok Lari karna memang hubungan Reno dan Lari tidak sampai tahap harus berpamitan seperti itu, bahkan menjadi teman saja mereka tidak. Mereka hanya saling mengenal satu sama lain, hanya mengenal nama. Lagi bagi Lari jika cowok sudah mengacak rambut seorang cewek itu tanda sebuah pernyataan sayang secara tidak langsung. Itu yang Lari tangkap dari banyaknya novel romantis yang dibacanya.

“Bintang.. aku harap bisa menggapaimu. Aku selalu bisa menggenggammu dalam telapak tangan ini dari jauh.” Lari mengangkat tangan kanannya keatas kearah langit membuat gerakan seolah-oleh sedang menggapai bintang nan jauh itu. Satu bintang pilihan Lari berhasil tak tampak karna tersembunyi dalam kepalan tangannya.

“Tapi aku ingin bisa menggenggamu dari dekat. Ingin melihatmu dari dekat agar aku tidak lagi merasa kesepian, agar aku tidak lagi merasa rindu dan agar hati yang kosong ini terisi. Aku merasa tidak bisa lagi hanya sekedar mengagumi mu dari jauh , aku ingin dekat dengamu. Mengagumi dalam diam, jarak dan perbedaan itu menyesakkan.” Lari menurunkan tangannya, menyesap susu cokelatnya dan kembali menengadahkan kepalanya menatap objek kesukaannya itu.

“Aku punya banyak keraguan. Saat aku berjalan untuk mendekatimu, apa kamu akan bertahan ditempatmu? Saat aku sampai ditempat itu, apa kamu akan menyambutku dengan senyum? Saat aku ingin menangkap sedikit sinarmu, apa kamu bersedia membaginya?.” Pertanyaan yang selalu berhasil membuat Lari menjadi sendu.

“Hahaha. Wah..wahhh, aku udah cocok jadi sastrawan aja, puitisnya nggak nahan.” Lari menertawakan kelinglungannya menyadari kalau dia sudah terlalu jauh karna kegilaannya pada bintang itu.

“Apa yang aku katakan? Lebih baik tidur saja,” Setelah itu Lari masuk, sejenak menatap kembali objek indah yang bersinar itu lalu perlahan-lahan menutup pintu balkon kamarnya sambil berapalkan sebuah kalimat dalam hatinya, ‘Aku akan menutup pintu hatiku seperti aku menutup pintu balkon ini dengan mudahnya sehingga sinar bintang itu tidak menggangguku. Ya, meski sinar itu hanya setitik tapi tetap saja mengganggu hati dan pikiranku. Selamat tinggal!”

***

Lari memandang sekitaran sekolahnya, tampak sepi meski ada juga beberapa siswa yang juga sudah datang mungkin kebagian piket kelas. Lain halnya dengan Lari, Ia bukan kebagian piket kelas atau ada janji bertemu dengan seseorang sepagi ini.  Ya, sekarang masih jam 6 padahal mereka masuk jam 7. Lari hanya ingin berangkat lebih awal saja untuk hari ini.

Lari memutuskan untuk menghabiskan waktu di taman kecil belakang sekolahnya dengan membaca novel romantis kesukaannya. Duduk dibangku bawah pohon yang rindang, disitulah Lari sering menghabiskan waktunya.

Seakan tenggelam dengan bacaannya Lari tidak menyadari sekitarnya lagi. Hingga sebuah sapaan mengejutkannya yang sedang ada di alam lain mengikuti bacaannya itu.

“Hai..”

“Eh?” Tepat dihadapan Lari, Reno tersenyum manis menampakan lesung pipit disisi kiri dan kanan pipinya membuat orang lain iri saja tentu lesung pipit itu kan yang selalu dianggap manis oleh banyak orang. Sedangkan Lari kini sibuk memasukan novel ke dalam tasnya dan siap akan meninggalkan taman itu.

“Lari, mau kemana?” tanya Reno yang heran melihat tingkah Lari. Kenapa Lari menghindarinya?

“Aku ingin ke kelas… sepertinya sebentar lagi bel..” Lari kembali ingin melanjutkan langkahnya namun kembali Reno mencegat dengan perkataannya.

“Aku mau ngomong, Rii. Lagian masih ada 30 menit baru bel.”

“Maaf, ingin membicarakan apa ya Reno Ansgar?” Balas Lari dingin. Lari tidak mau luluh dengan segala ketidak jelasan Reno. Mereka tidak pernah berteman tapi sikap Reno seakan mereka sudah berteman lama tapi kadang Reno juga seakan tidak mengenalnya.

“Lari, dengarkan aku dulu,” Reno menatap Lari teduh. “Bolehkan?” Reno lalu memilih duduk dibangku taman yang semula ditempati Lari sembari menepuk-nepuk bagian kosong sebelah kanan menyuruh Lari untuk menempati bagian itu. Meski dengan setengah hati Lari akhirnya mau juga mengikuti keinginan Reno.

‘Sebenarnya apa mau cowok nyebelin ini.’ Batin Lari. Lari merasa aneh, kenapa Reno mengajaknya bicara? Mau membicarakan apa?

“Larita Hillary, usia 16 tahun, ulang tahun tanggal 12 Januari, kelas XI IPS 3. Cewek yang suka baca novel romantis, baperan saat nonton drama korea tapi paling anti dengan cerita yang sedih-sedih apalagi yang sad ending. Nggak suka pake banget sama film horor gara-gara hantunya sering tiba-tiba muncul dan suasananya selalu gelap, itu mengagetkan + menyeramkan baginya. Suka menatap langit, entah apa yang di lihat disana. Paling nggak suka sama pelajaran menghitung, suka sama pelajaran Bahasa Indoesia aja. Punya sahabat namanya Yustika, kalo Yustika nggak pake maksa ngajak jalan pasti seharian dikamar aja bergelut dengan novel, laptop dan hp. Cewek yang nggak suka sayur, jarang makan tapi kalo masalah nyemil nomor satu. Juga cewek yangg tingkat kepercayaan diri sangat rendah, sering ngatain diri sendiri kalo dia itu jelek.” Reno menjeda ucapanya hanya untuk melihat reaksi Lari. Reno hanya tersenyum melihat wajah syok Lari sampai-sampai Lari lupa menutup mulutnya. Bahkan matanya sudah berkaca-kaca.

“Tapi bagiku dia itu cantik, sangat cantik malah. Aku suka senyum tulusnya saat memandang langit biru, aku suka tawa lepasnya itu saat ada sesuatu yang menggembirakan, aku suka dengan wajah kesalnya saat tidak menemukan novel yang dicarinya, aku suka wajah marahnya itu saat dia dikerjai teman-teman yang lain. Dia baik hati yang menyisihkan uang jajannya hanya untuk memberikan pengemis yang setiap hari selalu ada dijalur jalan kerumahnya, dia akan menyempatkan diri untuk memberi kucing liar cemilannya dijalan dan dia akan tersenyum sepanjang jalan, menyapa ramah orang-orang kompleknya. Pokoknya aku suka semua tentang Larita Hillary.” Reno menghembuskan nafas seakan masih banyak yang akan Ia ungkapkan.

“Ahh.. aku tidak suka satu hal tentangnya yaitu ketidakpekaannya. Aku sering me-likes postingan sosmed yang hanya penuh dengan gambar sampul novel. Aku juga jadi sering keperpustakaan hanya untuk melihatnya. Aku bahkan ke toko buku hanya untuk pura-pura bertemu secara tak sengaja, bahkan di sekolah aku sering ke toilet, ke kantin barengan dengan waktu cewek itu tapi hasilnya hanya balasan sapaan yang selalu kaku. Aku juga sering banget curi-curi pandang ke arah dia, tapi malah sahabatnya aja yang sadar. Aduuhh…nasib ku,”

“Eh? Itu…” Lari terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan Reno. Ya, Lari menyadari hal itu. Ada satu akun yang sering memberi ‘like’ di postingannya itu @Ansgar R. Ia dan Reno juga sangat sering bertemu tanpa sengaja, lalu Reno akan memberi senyum manisnya yang dibalas Lari dengan senyum kaku. Reno akan menyapanya dengan kata ‘Hai,’ jika berpapasan di lorong, toilet atau kantin, jika bertemu di perpustakaan Reno akan menyapanya dengan kata ‘Lagi baca apa?’ atau jika di toko buku Reno akan memulai dengan sapaan ‘Cari novel apa?’ namun semua tanggapan Lari sama yaitu senyum kaku nya dan balas menyapa ‘hai’ atau dengan jawaban ‘ tidak.’ Lari hanya terlalu gugup berhadapan dengan cowok yang selama ini diam-diam disukainya itu. Hanya itu masalahnya.

Melihat Lari yang sepertinya sudah menyadari sebenarnya apa yang terjadi pada mereka berdua, Reno akhirnya membuka percakapan lagi setelah beberapa saat memberi jeda agar Lari bisa menyerap semuanya.

“Jadi.. Setelah panjang kali lebar aku menjelaskannya sampe mulutku ini jadi pegal, apa aku harus mengatakan kesimpulannya dulu?” Reno tersenyum menatap Lari yang kini menjadi salah tingkah. Wajah Lari sudah memerah seperti tomat saja saking malu yang bercampur gugup.  Apalagi mendengar godaan Reno tadi. Kemana Lari yang penuh haru tadi. Tentu Lari tidak lah bodoh kecuali masalah ketidakpekaannya itu Ia tahu kesimpulan apa yang dimaksud Reno, cowok yang berhasil membuat dadanya bergemuruh, berdebar seakan baru saja ikut lomba lari.

“Hmm..itu..itu tidak perlu.” Sambil mengatakan itu Lari menolehkan kepalanya kebelakang seakan tidak sanggup memandang Reno saking malu nya. sedangkan Reno melihat tingkah Lari hanya bisa tersenyum bahagia. Cintanya terbalas. Reno mendekati Lari membunuh jarak diantara mereka. Secara perlahan-lahan merengkuh Lari dalam pelukannya. Seakan ingin menyatukan debaran jantung mereka berdua. Merasakan desiran yang begitu membahagiakan diantara mereka. Senyum masing-masing tampil di kedua sudut bibir mereka seakan menyatakan mereka sudah menjadi sepasang kekasih saat ini.

“Sejak kapan?” Tanya Lari yang masih dalam dekapan Reno.

“Entahlah, yang jelas sejak aku menyukaimu aku selalu mencari tahu apapun tentangmu.”

Lari telah terjebak pesona Reno begitu juga sebaliknya namun hanya karna Lari yang begitu mempercayai bahwa Reno, si bintang tak akan pernah bisa dicapainya hanya karna perbedan yang begitu kentara. Ya, Lari hanya gadis berkacamata, dengan rambut panjang yang selalu diikat dan memiliki otak setengah, itu yang selalu Lari keluhkan. Intinya Lari itu tidak cantik, jauh dari kata sempurna untuk ukuran pendapat teman-teman penghuni sekolahnya ini. Sedangkan Reno itu cowok keren yang otaknya encer yang tentu masuk kelas XI IPA  1 dan ketua OSIS pula. Intinya Reno itu cowok populer yang banyak penggemarnya.

Reno juga menganggap jika Lari terlalu jauh jaraknya untuk digapainya karna Lari terlalu nyaman dengan dunianya sendiri.

Tapi kini, Lari telah menggenggam bintangnya dan Reno telah membagi cahanyanya. Itulah akhirnya.

 

Bel tanda masuk sudah dibunyikan sejak 15 menit yang lalu. Meski mereka dua akan mendapatkan hukuman karna telat masuk kelas, biarlah karna jika sudah mendapatkan mantra cinta, hukuman bisa saja terasa sangat manis.

 

Selesai..

Itu aja :)

 

Sebuah Kata ‘Perpisahan’

22 Juni 2017 in Vitamins Blog

26 votes, average: 1.00 out of 1 (26 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...


Loading…



 

Hanya sebuah kalimat sederhana

Dengan kata-kata yang cukup simple.

Yang keluar dari mulutnya,

Namun semua itu mampu meruntuhkan sebuah kepercayaan yang aku bangun dalam beberapa tahun ini,

Mampu membuatku diam seribu bahasa, dengan otak yang berpikir lamban.

Memberiku pengaruh yang luar biasa hingga aku benar-benar kehilangan sesuatu yang  sungguh berharga, yaitu sebuah ikatan yang aku anggap itu sejati.

Apa aku benar-benar memiliki arti dimatanya?, 

atau aku hanya parasit yang menempel pada tubuhnya karena tidak ada yang menginginkan aku.

Kenyataan  ini ingin membuatku menangis,

Menangis sekeras-kerasnya agar bebas dari siksaan batin yang perlahan-perlahan menggerogoti sebuah impian kecil, impian menjadi seseorang yang dibutuhkan. 

Namun aku perlahan-lahan menyadari, mengapa aku  menangis!

Menangis membuatku terlihat bodoh,sedih membuatku semakin menyedihkan. 

Seperti saat aku bersamanya, jalan-jalan  dan melakukan sesuatu hal bersama meski singkat tapi tetap saja aku menampilkan senyum terindah ku  agar dia tidak menyadari begitu gundahnya hati ini, meyakinkan diri dan mencoba percaya tak akan ada kata itu. Tak akan pernah ada.

Namun, nyatanya..

Nafasku begitu sesak menahan kecewa, kecewa teramat dalam padanya.

Dia tidak menyadari sebuah tombak kata-kata dengan ujung tumpul berkarat telah menusuk jantung ini hingga hancur berkeping-keping  dengan jeritan menyayat hati dari mulut ini.

Mungin baginya kata-kata itu hanya sebuah angin lalu yang ia ucapkan, bagiku itu semua menegaskan satu hal yaitu mungkin dari awal ia tidak memilihku, sebuah keterpaksaan memaksanya karena pilihannya tersisa satu yaitu aku seorang yang mudah untuk dimanfaatkan.

Maka pemikiran inilah yang membantuku bangkit,

Mungkin……“akulah yang selalu berbuat salah”

              “akulah yang terlalu egois”

              “ akulah yang tidak peka akan perasaanya”

              “akulah yang terlalu bodoh”

              “akulah yang harus selalu meminta maaf terlebih dahulu”

dan masih banyak lagi kata mungkin, aku akan selalu mengoreksi diri ini yang mungkin terlalu berharap lebih dari orang itu!

 

Itu aja ^_^

Surat Cinta

5 Juni 2017 in Vitamins Blog

17 votes, average: 1.00 out of 1 (17 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Aku selalu bertanya-tanya kenapa aku menyukainya? Kenapa dia begitu? Dan kenapa dia mau aku jadi pacarnya? Menurutku dia itu pacar yang ngga ada romantis-romantisnya, pacar ngga ada perhatian-perhatiannya dan pacar yang ngga tahu apa-apa. Perasaan jengkel, kesal, dan marah selalu ada saat liat si pacar itu cuekin aku. Padahalkan status kami itu ‘pacaran’.

Dan lebih-lebih mengesalkan lagi si pacar yang sok ganteng itu ngga ngehubungin aku tiga hari ini ingat TIGA HARI, kan pengetahuan singkat akunya itu kalau status pacaran harusnya setiap pagi, siang, sore, dan malam harus ada kabar tapi dia?? Ya walau cuekin aku bukanlah hal baru sebenarnya tapi tetap saja menjengkelkan!!

Eh!! belum kenalan ya.. aku cewek ceria, ngga mudah marah, ngga mudah tersinggung dan sabar tentunya *hehehe okeee udah. Nama ku  Luciana Merita biasa dipanggil Lulu imuuut kan dan masih duduk di bangku sekolah kelas XII IPA 2 tepatnya di SMA Panca Setya jadi masih 17 tahun nih. Dan manisnya lagi aku udah punya pacar yang super-duper nyebelin tapi meski begitu dia itu ganteng, cool dan pokoknya perfect deh kaya si PUSH – kalau ngga kenal itu Loh aktor Thailand yang main di Ugly Duckling – Perfect Match. Jangan bilang-bilang ya aku muji dia. Namanya Recky Putra Radika biasa dipanggil Recky kami satu sekolah beda kelas dia kelas XII IPA 1. Dia itu mantan ketua OSIS dan sampai sekarang kapten tim basket. Soal otak ya ampun ngga ada yang bisa ngalahin dia. Dan yang paling aku suka adalah senyum manisnya itu yang sangat langka untuk dia tunjukan. Tapi kesempurnaannya itu ketutup dengan sikap dinginnya tentu dengan keiritan katanya, kalimatnya. Itu aja ya.

“huh! Pacar apaan sih dia” jengkelku yang dari tadi mendekam dikamar sambil memasang wajar yang super-duper kusut dan tentu sambil memandang layar benda persegi yang sisi-sisinya dihiasi gambar helo kity tapi benda itu tak kunjung menyala. Bahkan notifikasi dari medsos ku pun enggan menampakan diri.

Oh Tuhan ku cintai dia..sayang dia..  hah mendengar ponselku berbunyi dengan lagu yang lagi semarak  sekarang aku mendadak berdiri, tangan kiriku dengan gesit menggeser tombol hijau dilayar itu aku tak ingin repot membaca nama yang tertera di layar karna pikiranku menebak itu dia dan…

Halo sayang! Kemana aja  seharian ngga ngehubungin? Lo lupa ya udah punya pacar?” cecarku tentu dengan kadar kekesalah yang sudah di ambang batas wajar. Bahkan panggilan ‘kamu’ sudah diganti ‘Lo’ hehehe kan lagi mode kesal.

“Aduh..aduh.. anak mama!! Sekarang yang dipikir hanya sayangnya saja ya, kasian deh mama diabaikan.”

Whaaaaat!!!! Suara mama, kok bisa? Segera ku lihat layar hp-ku dan ‘MY MOM’ itulah kata yang terpampang jelas dilayarnya. Secepat kilat ku akhiri panggilan itu sebelum mama memborbardir anaknya yang manis ini dengan pertanyaan-pertanyaan ngga jelas dan jangan lupa dengan godaan mautnya.

“Recky Putra Radika sialaaaan!!! Gue benci Lo!! Pacar ngga bertanggung jawab.” Kesalku dan sekarang sudah diputuskan ada pembalasan dendam. Dia cuekin aku  ya cuekin balik dong emang cewek itu apa? Yang harus ngehubungin dulu. Gak lah yah.. cukup dan TITIK. Iiihh kesal hancur sudah, hancur rencana kejutan untuk ulang tahunnya. “ngga akan ada lagi kejutan untuk Lo “ batinku. Ya.. aku sengaja ngga ngasi kabar sama sekali tiga hari belakangan ini ke dia soalnya hari ini ulang tahunnya, berharap dia nyariin kek, nelpon kek, sms kek dan bla… bla… tapi ngirimin . (titik) aja ngga ada. Ngga Ada Guys!!

Hai sayang… kabarnya apa nih? Baik atau buruk? Akunya ‘buruk’ lupakan itu. Bingung mau ngomong apa? Ehm.. oke minta maaf aja dulu ya. Buat kamu maaf jadi cewek penuntut, maaf jadi cewek pemaksa, dan maaf jadi cewek yang menuntut kesempurnaan dari kamu. Aku hanya cewek egois yang pengen ini itu tanpa memperhatikan apa yang kamu inginkan.

 

Kamu dengan sikap cuek mu itu pasti menyimpan segudang sayang

Kamu dengan tak pernah mengatakan ‘CINTA’ tapi perbuatanmu yang ditunjukan

Kamu dengan sok cool, sok ganteng dan sikap sok-sok mu itu pasti ingin menunjukan kamu pacar yang bisa diandalkan, pacar yang bisa dibanggakan, pacar yang bisa mengisi kekuranganku dan pacar yang bisa mendengar keluh kesah ku

 

Ya!! Meski aku akui kamu emang dikit harap digaris bawahi ya dikit hanya dikit ganteng *hehehe J aku hanya punya satu permintaan jangan berubah hanya karna aku ingin kamu jadi pacar perhatian atau apapun itu karna jika begitu tidak ada lagi aku yang marah, tidak ada lagi aku yang jengkel dan cemberut, tidak ada lagi aku yang melompat kegirangan karna pesan super pendekmu dan tidak ada lagi jantungku yang deg..deg-an menunggu telponan mu, menunggu kita bertemu dan aku ingin selalu ada bujukan dan godaan mu untuk meredam semua itu.

 

Aku imutkan,, kata-katanya itu loh buat baper… ah maaf ya sayang keputus deh kata-katanya. Kata-katanya romantis ngga? Pokoknya kamu harus nangis ya.. itu permohonan sekarang ini bahkan aku udah tunjukan puppy eyes ku, aduh..aduh abaikan!

 

Eh..lupa tujuan utamanya

Well.. aku bukanlah cewek yang sempurna tapi aku adalah cewek yang akan selalu ada buat mu, ingat selalu ada! Saat sedih, bahagia mu. Aku tidak punya apa-apa untuk diberikan ke kamu tapi yang jelas ada harapan dilubuk hatiku. Recky umurmu akan panjang, akan selalu sehat, akan selalu ada tawa menyertaimu dan jangan lupakan pacarmu yang cantik ini akan selalu melangkah beriringan denganmu. Setuju!! Harus ya… lupa lagi kan?? SELAMAT ULANG TAHUN Sayangku, cintaku dan pujaan hati ku

Luciana Merita,, pacar termanismu 

 

Dan disinilah aku, dalam pelukannya. Ya tadi aku mengiriminya surat cinta hehehe geli.. nyebutnya surat cinta. Tadi emang aku mengiriminya pesan elektronik lewat e-mail dan responnya setelah menunggu 30 menit-an sempat hitung soalnya ngeliat jam mulu hehehe.. dia datang memelukku.

Dipeluk Loh. Ah…so sweeeet

“Makasih atas kado kedua terindah yang kamu beri tadi ya say..”

“What! Kado ke-2” kecewa aku-nya.Hanya Kedua.

“iya kedua kan yang pertama kamu.” Ujar Recky yang berhasil membuatku melayang. Ah.. aku tidak bisa marah padanya. Pada si brengsek ini. Ups!! Sekali-kali boleh lah *hehehe. Untuk hari ini aja mengalah oke, untuk hari special nya. Senyum misterius.

Selesai :)

Cerita ini hanya cerpen yg aku tulis sebisa mungkin dehh aku bukan penulis hebat hanya abal-abalan jdi maaf kalo masih banyak kekurangan.

Masalah

28 Mei 2017 in Vitamins Blog


Loading…

 

Perjalanan begitu panjang…

Ketika aku menemukan sebuah masalah

Tawa ria tak terlihat

Tersapu oleh derai air mata.

Orang-orang seakan hanya menyalahkanku

dengan masalah yang ada

terbayang selalu dibenakku

sebuah masalah begitu sulit dilupakan

yang sebenarnya tak ada arti.

Jiwaku lelah

Ragaku terasa remuk

Ketika aku di hampiri oleh sebuah masalah

yang terlalu sulit untuk diselesaikan

Jantukku berdetak dengan sangat cepat

Nadiku seakan tak mau lagi berjalan

Hatiku terasa perih mengingat tiada yang peduli

tentang kebenaran yang telah disapu oleh topan yang berhembus keras

hingga membuat mataku pedih, mengeluarkan air mata

yang seakan tak pernah berhenti…

ketika ku ingin memanggil nama Tuhan

serasa tak pernah ada jawaban dari-Nya

hatiku selalu bertanya,

”Tuhan dimanakah Engkau saat aku tak sanggup lagi menerima ini?”

aku tak sanggup lagi menerima cobaan ini,

dan tak sanggup lagi berjalan ditengah keramaian dengan tawa riangku seperti dulu

sekarang hanya menangis dijalan sepi…

berharap ada keajaiban menungguku di ujung jalan….

 

DayNight
DayNight