Vitamins Blog

The King Ghost Wife – The Singer Princess -Chapter 3-

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

The King Ghost Wife

Chapter 3 -Masih Ada yang Menyayanginya

 

Setelah kepergian Kaisar dan Putra Mahkota, Gia berdiam diri di kamar sendiri. Dia melatih untuk tidak mengeluarkan kediamannya selama 1 bulan sebagai hukuman karena tidak sopan terhadap Kaisar dan Putra Mahkota, Gia tetap diam saat itu karena tidak ada yang bisa menghentikannya untuk melakukan apa yang ingin dia lakukan, bahkan Kaisar sekalipun tidak bisa dihentikannya.

Gia menghela nafas sambil melihat pemandangan yang dijendela, pikirannya melayang membayangkan nasibnya kedepan, dia sangat bingung apa yang harus ia lakukan agar dapat bertahan di dunia yang hanya membaca orang kuat. Dia mengacak rambutnya pelan, dia sangat benci dengan Straley Company karena telah membunuhnya dan menyebabkan ia bertransmigrasi ke dunia ini. Namun, ia tetap khawatir dengan percobaan yang telah dilakukan Perusahaan Straley dia sangat khawatir dengan eksperimen itu, karena itu sangat berdampak pada dunia.

Sudahlah lebih baik tidak bisa memikirkannya lagi, sekarang ia berada di mana yang berbeda dan masalah didunia sana bukan urusannya lagi.

Gia memandang taman yang terlihat dari balik jendela, itu taman yang sangat indah walaupun kediaman Putri Jialin termasuk kecil di bandingkan Paviliun lainnya. Pasti Putri Jialin dulu sangat menyukai taman itu karena selalu merawatnya dengan hati-hati dan menghasilkan tanaman dan bunga-bunga yang indah, Gia menghela nafas memikirkan nasib Putri Jialin dulu.

Dia lahir dikalangan keluarga kekaisaran seharusnya membuat hidupnya penuh kehormatan dan kemewahan, namun apa yang terjadi. Putri Jialin malah mengalami penderitaan terus menerus karena disalahkan atas kematian Permaisuri Zhang Junda. Bukan salahnya jika kematian Permaisuri terjadi, dia hanyalah bayi kecil tak berdosa tanpa mengetahui apa-apa. Tapi orang-orang malah menyalahkannya.

Kata mereka, seandainya Putri Jialin tidak hidup, Permaisuri pasti tidak akan mati. Tapi Permaisuri memilih mempertahankan Jialin walaupun mengorbankan nyawanya.

“Junzhi apakah kau diluar? Tolong bawakan cermin ke kamarku” Gia menghentikan lamunannya dan memanggil Junzhi.

“Baik yang mulia”

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Junzhi membawakan cermin dan meletakkannya di atas meja, Gia segera berjalan menuju cermin untuk melihat wajah dari tubuh barunya.

“Astaga!!! Bagaimana bisa?!?!” Dia tersentak kaget mendapati bayangan yang tercermin di depannya begitu mirip dengan kehidupan sebelumnya namun memiliki kulit yang lebih halus dan cerah.

“Ada apa yang mulia?” Junzhi bertanya bingung ketika melihat Putri Jialin yang kaget melihat bayangannya sendiri.

“Oh tidak apa-apa, Junzhi kau bisa meninggalkan kamar ini, aku ingin sendiri” Gia segera mengabaikan Junzhi dan menyuruhnya untuk meninggalkannya sendiri.

“Baik yang mulia” Junzhi segera meninggalkan kamar Putri dengan tatapan khawatir.

Setelah memastikan ia sendiri di kamar, Gia menarik rambutnya frustasi dan melihat bayangannya sendiri di cermin.

“Tidak mungkin bagaimana bisa wajahnya mirip denganku, seharusnya tidak mirip sama sekali. Dan bagaimana bisa aku menggunakan tubuh ini secara bebas seolah-olah ini adalah tubuhku sendiri”

***

Diruang belajar Sang Kaisar

Kaisar dan Putra Mahkota saling duduk berhadapan dan dibatasi oleh meja kecil diantara mereka.

Fuhuang putramu yakin bahwa dia bukan Putri Jialin” Putra Mahkota segera menyuarakan pendapatnya dihadapan Kaisar. Ia semakin yakin dengan pendapatnya setelah melihat Jialin.

(Fuhuang = Ayah Kekaisaran)

Kaisar menggelengkan kepalanya. “Tidak Putra Mahkota dia adalah Jialin yang asli, aku melihat segel dari teknik ‘itu’ dilehernya ketika dia menoleh” Kaisar yakin dia adalah Jialin yang asli karena terdapat tanda segel yang unik di lehernya. Karena hanya dialah yang memiliki tanda segel seperti itu.

Putra Mahkota masih kukuh dengan pendapatnya. “Fuhuang bisa saja itu palsu, tanda segel tersebut mudah dilihat dan pasti musuh menirunya agar seperti aslinya”

“Diam Putra Mahkota! Kau juga tahu bahwa tanda segel itu spesial dan tidak bisa ditiru, hanya dengan menggunakan teknik ‘itu’ agar bisa terbentuk. Tapi kau juga tahu bahwa teknik ‘itu’ sudah hilang dan hanya Ibumu lah yang bisa menggunakannya selama ini” Kaisar marah dengan Putra Mahkota yang selalu mempertanyakan Jialin. Dia benar-benar yakin bahwa dia Jialin yang asli.

Putra Mahkota diam dan mengingat bahwa tanda segel tersebut sangatlah spesial dan orang lain tidak bisa membentuknya.

Kaisar menghela nafas tak berdaya. “Mungkin dia benar bahwa selama ini kita tidak tahu apa-apa tentang Jialin, kita selalu menutup mata atas penderitaan Jialin selama ini. Mungkin inilah Jialin yang sebenarnya yang terpendam dalam sikap lembutnya. Jialin yang sekarang sudah berbeda, kita tidak bisa perlakukan dia seperti dulu”

***

Disebuah ruangan yang gelap terdapat dua orang yang berpakaian gelap dan seorang dengan pakaian yang sangat mewah, orang berpakaian gelap itu berlutut dihadapan seorang yang tertutupi bayangan gelap malam.

“Bagaimana Jialin? Apakah dia sudah mati?” Orang itu bertanya pada bawahannya yang sedang berlutut.

Bawahan itu menunduk menyesal. “Ampun tuan kami gagal membunuh Putri Jialin.”

Plakkkk~~~

“Dasar tidak becus bagaimana bisa kalian tidak bisa mengurus gadis sampah seperti dia.” Orang itu segera menampar bawahannya dan memarahinya karena tidak bisa melaksanakan tugas darinya.

“Para prajurit segera datang ke lokasi membuat kami tidak bisa membunuh Putri Jialin.” Si bawahan mencoba menjelaskan.

“Namun, saya mendengar berita dari mata-mata kita tentang keadaan Putri Jialin sekarang”

Dengan masih kesal orang itu bertanya pada bawahannya. “Berita apa?”

Dengan patuh ia menjawab. “Karena insiden itu Putri Jialin kehilangan semua ingatannya”

“Apa?”

***

“Hei Junzhi bisa kamu nyalakan lampu” Gia yang sedang bermalas-malasan diranjangannya berguling mendekati Junzhi yang duduk di samping ranjangnya.

Junzhi menaikan alisnya bingung. “Lampu? Apa itu lampu yang mulia?” Dengan bingung Junzhi menanyakan perintah Gia karena dia tidak tahu apa itu lampu.

Gia menepuk dahinya dan meruntuki dirinya. “Sial aku lupa dunia ini seperti zaman kuno pasti tidak ada lampu”

“Maksudku nyalakan lentera atau lilin, kamar ini mulai gelap karena malam” Dengan cepat Gia mengoreksi perintahnya.

“Baik yang mulia” Junzhi segera melaksanakan perintah Putri Jialin dan melupakan pertanyaannya tentang lampu.

Setelah pergi beberapa saat Junzhi segera kembali dan membawa beberapa lilin untuk menerangi kamar Putri Gia, kemudian dia menyalakannya dan meletakannya di beberapa tempat agar kamarnya menjadi terang.

“Nah sekarang kamu bisa menceritakan siapa aku yang kamu ketahui selama ini” Gia mengatur posisi duduknya agar nyaman saat mendengar cerita Putri Jialin dari Junzhi.

"Nah sekarang kamu bisa menceritakan siapa yang kamu rasakan selama ini" Gia mengatur posisi duduknya agar nyaman saat mendengar cerita Putri Jialin dari Junzhi

“Baik yang mulia, nubi akan menceritakan siapa anda yang nubi ketahui selama ini. Tapi nubi bingung harus dimulai dari mana” Junzhi dengan patuh akan menceritakan kondisi Putri Jialin dulu.

(Nubi = Cara pelayan wanita memanggil dirinya sendiri a.k.a aku)

“Kau bisa mulai bagaimana aku terlahir dan bagaimana bisa aku menyebabkan kematian Permaisuri Zhang Junda”

Gia masih penasaran bagaimana Jialin bisa menyebabkan kematian Permaisuri. Karena bila dipikirkan lagi seharusnya jika mendiang Permaisuri berhasil melahirkan Baojia dengan selamat pasti dia masih kuat untuk melahirkan Jialin juga, dan walaupun dia tidak kuat setidaknya dia masih bisa bertahan hingga ajalnya menjemput. Namun, dari tatapan Kaisar dan Putra Mahkota sangat mencerminkan kebencian pada Jialin seolah-olah Jialin sendirilah yang membunuh mendiang Permaisuri.

“Itu nubi kurang mengerti yang mulia, nubi bekerja di istana ketika berumur 10 tahun dan saat itu anda berumur 9 tahun. Namun nubi mendengar…” Junzhi dengan ragu-ragu menjawab pertanyaan Putri Jialin.

“Mendengar apa? Cepat katakan!” Gia terus mendesak Junzhi untuk mengatakannya.

“Desas-desus mengatakan bahwa sebenarnya ketika anda dilahirkan anda hanya hidup beberapa saat kemudian meninggal. Namun, mendiang Permaisuri menggunakan teknik terlarang yang menggunakan nyawanya sendiri sebagai korban untuk menghidupkkan anda kembali” Junzhi segera menjawab hsl sebenarnya yang ia dengar dari para pelayan lain, karena semua orang jugs sudah mengetahui cerita ini.

“Apa dia mengorbankan nyawanya untuk…ku?” Gia masih tidak percaya ada yang mengorbankan nyawanya untuk orang lain, itu sangat bertentangan dengan kehidupan di dunianya yang saling membunuh satu sama lain.

“Iya yang mulia, setelah mendiang Permaisuri menggunakan teknik itu beliau segera meninggal tepat disamping anda. Dan ketika Kaisar kembali dari pertemuan penjabat beliau sangat marah dan memerintahkan semua pelayan disana untuk di bunuh. Dan untuk anda Kaisar memerintahkan untuk mengasingkan anda di paviliun terjauh dari pusat istana dan hanya meninggalkan sedikit pelayan” Dengan sedih Junzhi menceritakan masa lalu Putri Jialin yang disalahkan atas kematian mendiang Permaisuri.

“Dan bagaimana saudara-saudaraku?” Gia memejamkan mata menahan tangis yang seakan tumpah, dia seolah-olah merasakan semua penderitaan yang dialami Putri Jialin selama ini.

“Putra Mahkota membenci dan menjauhi anda karena menganggap telah membunuh mendiang Permaisuri dan untuk Pangeran Kedua Rong Baojia saudara kembar anda beliau selalu mencoba menemani anda sejak dulu walaupun sering kali dimarahi Kaisar, Pangeran kedua tidak pernah menyerah dan selalu menemui anda” Junzhi tersenyum ketika mengingat sosok Pangeran Kedua Rong Baojia yang penuh perhatian terhadap saudara kembarnya.

Gia melebarkan matanya mendengar ia memiliki saudara yang menyayanginya, di dunia ini ia memiliki seorang saudara dan itu adalah keinginan kecilnya dulu. “Benarkah? Tapi dimana sekarang dia? Kenapa tidak menemui ku bila dia sayang padaku” Gia mengerutkan dahinya tidak senang karena ketidakhadiran saudaranya itu setelah insiden pembunuhan Putri Jialin.

Junzhi tersenyum melihat ketidaksenangan Sang Putri. “Ketika Pangeran berumur 9 tahun beliau bertemu Master yang hebat yang merekrutnya menjadi muridnya. Sekarang Pangeran masih dalam pelatihan bersama Masternya” Junzhi segera mengatakan perihal tidak hadirnya Pangeran Kedua sekarang.

“Apa dia pernah kembali?”

“Pangeran pernah sekali kembali saat ulang tahun kalian yang ke empat belas tahun. Lihat gelang yang melingkar ditangan anda itu adalah hadiah dari Pangeran Kedua” Junzhi menunjuk pada gelang yang dipakai Putri Jialin pergelangan tangannya.

Gia tersenyum melihat gelang yang berpola unik dan indah dipergelangan tangannya.

“Dan apakah yang mulia ingat kata yang ditinggalkan Pangeran Kedua untuk anda?”

Gia menggelengkan kepalanya.

“Pangeran berkata, dia akan lebih lagi akan menjadi kuat untuk melindungi Anda dan selalu membasahi Anda”

“Hei Jialin dengarkan kau memiliki orang yang masih menyayangimu”

-TBC-

Destiyanacindy

Orang sederhana pecinta cerita fantasy dan comedy...

5 Komentar

  1. whatyoudo 2005 menulis:

    :kisskiss luv

  2. saya tdk mnmkn part 4 ??

  3. Ya Allah cerita kakak bagus semua deh sumpah. Patut diberi 2 jempol??

  4. Baru mau mulai baca ini :lovelove