Meski sudah ribuan tahun tidak melihat salah satu bagian yang pernah jadi tubuhnya itu, Agni tidak akan pernah melupakan bagaimana bentuk dari sayapnya. Tidak berbeda dari terakhir kali di lihatnya terakhir kali. Sayapnya yang cukup besar dengan warna hitam hampir mendekati coklat itu masih terlihat begitu gagah meski tidak lagi tertempel di punggungnya.
“Darimana kau bisa dapatkan itu?” itu sudah sewajarnya menjadi pertanyaan Agni sedari awal dia melihat sayapnya tesebut. Karena setaunya, sayap itu seharusnya sudah lenyap beratus tahun lalu setelah terlepas dari punggungnya. Atau memang sedai awal sayap itu tidak pernah lenyap sejak kejadian itu.
Pangeran Franco mengusap helaian bulu yang berada di sayap itu dengan gerakan lembut, seakan mengusap rambut miliknya sendiri. “Ini merupakan harta turun temurun kerajaan kami. Bisa dibilang, sayap ini adalah asal muasal kerajaan kami.” Pangeran Franco mengalihkan kembali pandangannya pada Agni, memberikan pandangan kosong pada sosok yang terantai di depannya. “Ini merupakan sayap yang harus kami jaga selama ini, oleh keluargaku. Dan sebagai imbalannya, kami bisa berjaya mendirikan kerajaan di bawah perlindungan Asta.”
Nama terakhir mampu membuat kedua mata Agni membelak tak percaya. Satu nama yang telah mengucapkan kutukan berupa lingkaran setan yang terus berulang-ulang untuknya. Dia tidak menyangka jika setelah kejadian itu, Asta masih ikut campur dalam urusan manusia. Padahal dari informasi yang di dapat, Asta dan pemimpin makhluk lainnya sekapat untuk tidak mencampuri urusan manusia lagi.
“Sebenarnya apa hubungan semua ini. kenapa bisa kelugamu berurusan dengan Asta.”
Pangeran Franco menampilkan senyum penuh rahasia. “Ini akan menjadi cerita yang sangat panjang. Bagaimana jika kita lanjutkan sambil minum kopi?” Pangeran Franco memberikan arahan agar prajuritnya membawa Agni dan sayapnya menuju salah satu tenda yang telah disiapkan. Setelah keduanya di tempatkan sesuai dengan arahan Pangeran Franco, semua prajurit itu segera keluar dari tenda, menyisakan Pangeran Franco beserta Agni dan sayapnya.
“Baiklah, sampai mana kita lagi. Oh ya, Asta. Berabad-abad yang lalu keluargaku diberikan tanggung jawab untuk menjaga sayap ini agar tidak dicuri oleh pemiliknya, yang berarti kau. Dan sebagai gantinya, Asta akan menjaga keselamatan kami selama kami meminta kecuali jika yang mengancam keselamatan kami adalah—“
“Aku,” potong Agni dengan cepat.
“Benar sekali. Pendahuluku terdahulu kemudian berpikir, bagaimana caranya agar kami bisa melindungi sayap ini darimu sedangkan Asta tidak mau melindungi kami dari bahaya yang berasal darimu. Kemudian pendahuluku mendapat ide untuk membuat suatu kerajaan sehingga saat kau datang untuk mengambil sayapmu, kami bisa menggunakan semua prajurit dan bantuan yang ada untuk melindungi kami.”
Agni mengernyit tidak suka setelah mendnegar penjelasan Pangeran Franco terlebih lagi wajahnya menunjukkan seringai senang dengan ucapan yang baru saja di keluarkannya. “Kau menjijikkan.”
“Woah, jangan salah paham. Ini hanyalah salah satu bentuk melindungi diri. Sama halnya seperti cicak yang melepaskan ekornya maupun bunglon yang menyamarkan warna kulitnya dengan sekitar.” Pangeran Franco kembali membelai bulu-bulu yang ada di sayap Agni, memainkannya seakan itu adalah mainan yang menyenangkan.
“Tetap saja, untuk apa kalian berbuat sejauh itu untuk melindungi diri kalian? Aku juga tidak memiliki pemikiran untuk mencari sayapku kembali.” Memang itulah yang ada di pikirannya. Selama ini dia selalu berusaha untuk mematahkan lingkaran setan yang dimilikinya seraya menjaga gadisnya yang selalu berinkarnasi itu agar tidak masuk kedalam lingkaran setan. Meski pada akhirnya, semua usahanya sampai saat ini sia-sia.
Anehnya, perkataan Agni mengundang gelak tawa Pangeran Franco. Pria itu tertawa terbahak-bahak sambil mengambil sebuah kursi dan kemudian duduk di atasnya, tepat di sebelah sayapnya. “Astaga, kau lucu sekali. Jangan bilang kau masih belum juga menyadarinya.”
“Apa maksudmu?” geram Agni kesal dengan Pangeran Franco yang sedair tadi berbelit-belit.
Pangeran Franco mengusap air mata yang berada di ujung matanya karena terlalu banyak tertawa, lalu kemudian menunjuk sayapnya dengan jarinya dengan pongahnya, “Sayap ini adalah kunci keabadianmu.”
Agni menggeram tidak mengerti. “Berhenti berbelit-belit dna katakan sebenarnya apa maksud semua ini. kenapa kau mengirim pesan itu, dan apa maksud dari semua cerita ini?”
“Sudah ku bilang kan, sayap ini adalah alasan kau menjadi abadi. Saat kau menjadi makhluk bersayap kau sama seperti manusia, tapi saat sayapmu terlepas, kau menjadi seperti sekarang.” Agni masih mencerna apa maksud dari perkataan Pangeran Franco saat peia itu menjelaskan lebih sederhana kepada Agni. “Dengan kata lain, kau menjadi abadi setelah kau kehilangan sayapmu.”
***
Unique menutup buku yang ada di pangkuannya dengan sekuat tenaga, menimbulkan suara debuman yang memecah keheningan yang tercipta. Pancaran matanya yang berpijar dengan semangat langsung menatap ke arah Honey dan juga Alford. “Kita harus menyusul Agni.”
“Tunggu, Tuan Putri. Kita bisa saja menyusul Agni tapi kita tidak tau dimana lokasi Tuan Agni saat ini,” sebenarnya itu hanyalah alasan yang diucapkan oleh Alford agar tuan putrinya tidak bertindak gegabah. Tidak saat kondisi gadis di depannya masih belum pulih seutuhnya.
“Aku tau, jadi kita akan berangkat setelah semua persiapan sudah siap.” Unique menyibakkan selimut, hendak berdiri namun hampir saja terjatuh ke lantai jika saja Honey tidak segera menangkapnya. Nampaknya tenaga yang dimiliki oleh Unique belum kembali.
“Tuan Putri, anda harus memulihkan terlebih dahulu kondisi anda! Kita bisa menyusul Tuan Agni setelah kondisi anda pulih.”
Namun Unique seakan menulikan telinganya. Tangannya yang bertumpu pada lengan Honey mengerat bersamaan dengan langkahnya yang mulai berusaha berjalan menuju pintu. “Segera persiapkan semua! Kita akan berangkat satu jam lagi!”
“Tapi—“ Protes yang di keluarkan oleh Alford langsung teredam saat pintu kembali terbuka dengan keras. Sosok Pangeran Yasa langsung menyambut saat pintu itu tersingkap. Namun bukan kebahagiaan yang menghiasi wajahnya tapi rasa terdesak dan peluh yang menghiasi.
“Syukurlah kau sudah sadar Unique.” Pangeran Yasa segera berderap memeluk Unique. Hanya sedetik. Lalu kemudian pandangan Pangeran Yasa langsung menyusuri ruangan, memastikan semua pengawal Unique berada di dalam ruangan tersebut. Dan nyatanya, hanya sosok Agni yang tidak ada disana. “Dimana Tuan Agni?”
“Dia sudah pergi untuk mencari penangkal kutukan seperti yang sudah dibicarakan kemarin, Pangeran Yasa,” ucap Honey menerangkan kepada Pangeran Yasa.
“Sial,” gumam Pangeran Yasa yang mengundang rasa penasaran dari semua orang.
“Apa ada sesuatu yang terjadi, Pangeran?” Tanya Charta melihat gelagat Pangeran Yasa yang tidak seperti biasanya.
Pangeran Yasa mengangguk. Tatapannya memastikan bahwa semua orang sudah fokus pada dirinya seorang saat dirinya memberi taukan informasi yang terjadi. “Ada 8.000 prajurit yang menuju ke arah sini. Dan melihat dari kondisinya, aku tidka yakin jika istana akan selamat selama serangan ini. karena itulah aku ingin kalian mengungsi untuk sementara waktu sebelum semua itu terjadi.”
Semua orang terkejut dengan apa yang mereka dengar, terutama Unique yang tidka menyangka jika akan terjadi situasi seperti ini. “Lalu bagaimana dengan anda Pangeran?” tanya Charta yang pertama kali bisa sadar dari keterkejutannya.
“Aku masih harus disini untuk mempertahankan istana dan menunggu bala bantuan datang. Karena Raja tidak ada, maka posisi sebagai pemimpin pasukan ada di pundakku. Jadi aku tidak bisa meninggalkan istana begitu saja.”
“Jadi apa yang harus kami lakuka Pangeran?” tanya Alford yang langsung sigap menyikapi keadaan. Selama ketuanya tidak ada, maka secara otomatis keselamatan Tuan Putri berada di tangannya beserta Honey. Oleh karena itu, dia harus bisa mengatasi keadaan ini dan memastikan Tuan Putrinya selamat.
“Aku sudah menyiapkan kuda beserta perbekalan untuk kalian. Aku juga sudah mempersiapkan beberapa prajurit yang akan mengawal. Jadi kalian bisa menyelinap dari sini tanpa diketaui prajurit musuh.” Pandangan Pangeran Yasa kini beralih kepada Charta. “Kau juga ikut dengan mereka Charta.”
“Tapi Pangeran—“
“Tidak ada bantahan Charta. Kau sama berharganya dengan Tuan Putri. Jadi kau harus selamat dari sini apapun yang terjadi.” Charta terpaksa mengangguk menyetujui permintaan Pangeran Yasa dengan enggan.
Pangeran Yasa kini merubah atensinya menuju Unique yang berada di depannya. Meski singkat, Pangeran Yasa ingin merekam wajah cantik di depannya untuk terakhi kalinya. Berharap jika semua kejadian ini sudah usai, dia masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan gadis yang menjadi cinta pertamanya tersebut. “Kau harus selamat. Aku berjanji akan menjemptmu jika semua sudah selesai.”
Unique tau jika pria di depannya bukanlah orang yang akan dinantinya di kemudian hari ataupun orang yang dicintainya. Tapi meskipun begitu, Unique tetap mengangguk agar pria di depannya memiliki harapan dan terus berjuang mengatasi segala masalah yang ada di depannya. Sebuah motivasi yang akan membuat pria di depannya bertahan hidup.
Dan satu jam setelah semua kejadian itu, Unique beserta rombongannya sudah melesat keluar dari istana. Bersama mereka terdapat enam prajurit yang menjadi pengawal mereka. Semua sudah terencana dengan baik. Baik Unique maupun yang lainnya sudah mengganti pakaian mereka menjadi pakaian warga biasa dan berbaur dengan semua orang yang turut serta keluar dari kerajaan.
“Kita akan dikawal kemana Alford?” Tanya Unique yang menunduk ke arah Alford yang menuntun kuda miliknya.
“Ke tempat persembunyian milik Pangeran Yasa di sebelah Barat Tuan Putri. Mereka sudah mempersiapkan kedatangan kita disana.” jawab Alford yang menyampaikan informasi dari Pangeran Yasa sebelum keberangkatan mereka barusan.
“Ubah haluan. Kita pergi utara untuk menyusul Agni,” perintah Unique dengan tegas.
“Tapi Tuan Putri, para prajurit musuh datang dari arah utara. Jika kita kesana, kita akan bertemu dengan mereka.”
“Kita akan tetap ke utara. Aku tau jalan pintas kesana.” Alford tidak bisa membantah. Selain karena ini perintah langsung dari Tuan Putrinya, ini juga kali pertama gadis tersebut memancarkan sikap ketegasan yang belum pernah terlihat. Belum lagi, sepertinya gadis itu mulai berkepala batu seperti mendiang ayahnya.
***
“Kau bergurau?” geram Agni mulai bertanya-tanya akan pernyataan orang di depannya.
Pangeran Franco tidak menjawab. Seringai di bibirnya menjadi jawaban dari pertanyaannya. Sosok pria itu berdiri dari tempatnya, berjalan mendekat ke arah Agni dengan belati yang dikenali oleh Agni. setelah di depan Agni, tanpa di duga, pria itu menghujami badan Agni dengan tusukan. “ARGHHH!” Berkali-kali belati tersebut dihujamkan ke tubuh Agni, menciptakan mantel berdarah yang keluar dari lubang yang ada di tubuh Agni.
Setelah puas dengan hujaman belati di tangannya, Pangeran Franco menancapkan belatinya di tanah, tepat di samping kaki Agni. Dengan santainya, tangannya menyingkirkan baju Agni yang sudah tidak berbentuk, menampilkan tubuh Agni yang sudahdipenuhi lubang bekas hujaman yang masih mengeluarkan darah segar. Dan lagi, tangannya menyingkarkan darah dari sana untuk memperlihatkan tubuh Agni yang kembali menyembuhkan dirinya dengan kecepatan luar biasa, tidka seperti manusia biasa.
“Kau lihat. Sebanyak apapun kau terluka, semua luka itu akan menyembuhkan diri dengan cepat. Bedanya, jika senjata itu senjata biasa, lukamu akan menutup sempurna. Namun jika senjata yang kau gunakan adalah belati mu itu,” Pangeran Franco melirik ke arah belati yang menancap ke tanah, begitupun Agni. “Maka luka tersebut akan menimbulkan bekas luka, bukan.”
Pangeran Franco mengibaskan tangannya, mencoba menghilangkan darah yang menempel pada tangannya. “Dan sebanyak apapun kau berusaha melukai dirimu sendiri, semuanya akan cepat pulih.” Pangeran Franco mencabut belati di sebelahnya, kemudian kembali berdiri untuk berjalan mengarah sayap hitam kelam. Tangannya membelai sayap itu dengan bilah tajam belati di tangannya. “Dan jika kau melakukan ini.”
“Guhh,” Agni mengeluarkan darah dari mulutnya. Matanya menatap ke arah Pangeran Franco yang lagi-lagi menancapkan belati tersebut ke sayapnya.
“Lihat! Kau juga merasakannya kan. Jantungmu terasa tercabik-cabik. Karena memang sayap inilah nyawamu. Selama sayap ini masih utuh, keabadianmu juga masih utuh.” Dan lagi, Pangeran Franco kembali menghujam sayap itu dengan belati di tangannya. “Dan hanya belati ini saja yang mampu melukai sayap ini.”
Pangeran Franco kembali menghujam sayap tersebut, beberapa kali hingga menciptakan beberapa lubang pada sayap tersebut tanpa bisa pulih kembali seperti tubuh Agni. Membuat pria itu sadar jika apa yang dikatakan Pangeran Franco benar adanya. Terutama, rasa sakit yang menderanya tidak kembali pulih seperti semula. Ya, semua lukanya dari awal, saat dia tiba-tiba tidak sadarkan diri di halam istana milik Pangeran Yasa, nyatanya terus terasa.
Pangeran Franco berdiri di depan Agni, menatap sosok pria di depannya yang masih menatap ke depan mencerna kembali semuanya dengan mulut yang masih mengalirkan darah dari dalam tubuhnya. “Kau lihat, cara untuk menghilangkan kutukannya sangat mudah. Cukup hancurkan saja sayap milikmu.” Pangeran Franco mendekat ke arah Agni, berjongkok di depan pria yang terlihat kewalahan itu. “Dan satu-satunya yang bisa membantumu melakukannya adalah aku. Bagaimana?”
Agni menatap ke arah Pangeran Franco, menatap wajah nya yang memberikan senyum sgerais lurus yang tidak di mengertinya. Atau memang Agni mulai lelah untuk mengerti semuanya. Lain halnya dengan Pangeran Franco. Pria itu memanfaatkan kondisi Agni untuk memprovokasinya.
“Sudah berapa lama kau hidup?” Agni sudah lelah menghitung lama hidupnya.
“Sudah berapa banyak yang pergi meninggalkanmu?” Agni bahkan sudah lupa siapa sahabat pertamanya.
“Sudah berapa kali kau mencoba mengakhiri hidupmu?” Setiap hari Agni selalu mencoba membunuh dirinya.
“Sudah berapa kali kau bertemu dengan gadis itu? sepuluh? Dua puluh?” Agni merasa bahkan sudah jutaan kali dia melihat gadis itu terlahir kembali.
“Selalu mengawasinya, menjaganya seperti pengawalnya?” Agni selalu menjaga gadis itu dari awal sampai akhir, memastikan jika tidak ada satupun yang akan melukai.
“Dan pada akhirnya melihatnya meninggalkanmu, lagi dan lagi?” Agni selalu ingat setiap momen gadis itu meninggalkannya, semua momen itu.
“Bukankah kau ingin keluar dari lingkaran setan ini?” Agni bermimpi jika nanti dia bisa menua bersama gadis itu.
“Hidup bersama dengan gadis itu? membuat keluarga kecil yang hidup di rumah yang sederhana?” Agni selalu bermimpi mengawali hari dengan senyum gadis itu, begitupun saat mengakhiri harinya.
“Memiliki anak dan menua bersamanya?” Agni ingin berjalan menuju pohon apel mereka di padang rumput.
“Bukankah itu keinginanmu?” Berbaring di bawah naungan sambil memakan makanan yang mereka bawa.
“Benar, bukan?” Tertidur di bawah terik matahari yang sesekali mengintip dari sela dedaunan pohon apel, bersandingan, dan saling memeluk.
Pangeran Franco mendongakkan wajah Agni, tersenyum puas saat menatap mata Agni yang terlihat kosong. Senyumnya makin mereka saat tangannya melepaskannya, kepala tersebut tertunduk lesu tanpa ada tenaga. Satu langkah lagi sebelum akhirnya dia bisa memiliki kembali Unique.
Sedangkan Agni, pria itu sudah menyerahkan segalanya. Hanya menunggu waktu sampai lingkaran setan itu pudar dan hilang semua.
KONTEN PREMIUM PSA
Semua E-book bisa dibaca OFFLINE via Google Playbook juga memiliki tambahan parts bonus khusus yang tidak diterbitkan di web. Support web dan Authors PSA dengan membeli E-book resmi hanya di Google Play. Silakan tap/klik cover E-book di bawah ini.
Download dan install PSA App terbaru di Google PlayFolow instagram PSA di @projectsairaakira
Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat – Project Sairaakira
Guardian