Vitamins Blog

Take Heart 3

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

 

‘Menguak putusnya pertunangan Luisana Farick dan Dewa Sagara’

‘Setelah hampir tujuh tahun bertunangan, hubungan pewaris tunggal Casavefa Group dan pewaris Sagara Group kandas?’

‘Benarkah penyebab putusnya Luisana Farick dan Dewa Sagara adalah karena adanya pihak ketiga?’

‘Dewa Sagara bungkam soal kandasnya pertunangannya.’

‘Di kabarkan akan menikah bulan depan, Dewa Sagara dan Luisana Farick malah batal menikah?’

‘Benarkan hubungan kedua perusahaan terbesar di negeri ini juga akan mengalami penurunan saham seiring dengan kandasnya hubungan pertunangan Luisana Farick dan Dewa Sagara?’

‘Menghitung kerugian akibat putusnya pertunangan Dewa Sagara….’

Brruuukkkk ….

Zaffya melempar tumpukan majalah dari berbagai macam jenis percetakan yang terhampar di hadapannya. Ia tak mau lagi membaca sampah yang membuat kepalanya semakin pening.

Satya tetap tersentak kaget sekalipun ia sudah bisa menebak bahwa majalah yang dibawanya akan berakhir di lantai. Dengan hati-hati ia membungkuk untuk memungutnya satu persatu, tapi belum sempat ia memegang satu pun majalah itu, bosnya berkata, “Apa jadwalku siang ini?”

“Rapat mendadak dengan dewan direksi mengenai cabang rumah sakit yang ada di …”

“Batalkan saja.” Zaffya memotong kalimat Satya. Menyandarkan kepalanya di sandaran kursi sambil memejamkan mata. “Situasinya masih bisa dikendalikan. Tidak perlu ada rapat dadakan.”

Satya terdiam. Jika sejak tadi memang menyuruhnya membatalkan rapat itu, kenapa harus bertanya dulu, batinnya dalam hati. Seperti inilah jika suasana hati bosnya itu tidak dalam keadaan yang baik. Sudah lebih dari seminggu ia tak bisa tidur karena tiba-tiba terserang demam mimpi buruk karena suasana hati bosnya yang semakin hari semakin memburuk.

Setiap saat bosnya menelfonnya dan mengguncang kehidupannya. Di kantor apalagi, ia bahkan pusing harus mengatur jadwal yang semakin hari semakin amburadul.

“Ada apalagi?” desis Zaffya tajam merasakan sekretarisnya yang masih membeku di tempat.

Satya menggenggam jemari tangannya sebelum menjawab dengan hati-hati. “Diluar … diluar ada utusan nyonya Farick. Dia bilang…”

Zaffya membuka matanya segera.

‘Nyonya Farick?’

Seakan belum cukup kerusuhan yang dibuat oleh mamanya. “Dia bilang apa?!” desisnya pada Satya yang tak melanjutkan ucapannya karena matanya langsung memicing pada pria itu begitu terbuka.

“Dia bilang … dia bilang ada jadwal wawancara yang telah anda setujui.”

“Kapan aku menyetujuinya?”

“Dua hari yang lalu. Setelah Anda menemui nyonya Farick saat acara jumpa pers. Hanya wawancara tentang keluarga Farick Group.”

Sialan …

Zaffya tak ingat sama sekali. “Kapan?”

Satya meneguk ludahnya sebelum menjawab, “Sekarang.”

“Hanya tiga puluh menit.” Satya buru-buru menambahkan dengan cepat ketika ekspresi siap menerkam dirinya yang terpampang jelas di wajah Zaffya. “Saya sudah memastikan tak akan menyinggung tentang kehidupan pribadi. Hanya membahas tentang keberhasilan anda di usia semuda ini.”

Memangnya apa salahnya. Bosnya yang menyetujuinya, kenapa kesalahan seolah dilemparkan ke dirinya semua, ratap Satya dalam hati. Dia juga sudah mengingatkan bosnya itu kemarin. Juga tadi pagi. Apa salahnya kalau bosnya itu tidak mendengarkan jadwalnya dengan saksama.

“Suruh masuk!” perintah Zaffya dengan desahan kasarnya dan kembali memejamkan mata. Mendengar Satya yang membereskan majalah di lantai sebelum melangkah keluar.

Ada sedikit rasa iba akan ketakutan yang memenuhi Satya, tapi ia sudah terlalu sibuk dengan benang kusut di kepalanya. Dewa, mamanya dan pemberitaan media. Tidak cukupkah bahwa tentang putusnya pertunangan mereka menjadi akhir gosip. Tidak perlu mencari tahu penyebab yang melewati teritori orang masuk ke kehidupan pribadinya.

Demi apa, perusahaan mereka baik-baik saja sekalipun dengan berita perilaku buruk pewarisnya hampir memenuhi seluruh halaman majalah setiap hari. Semua kelakuan buruknya atau kakak tirinya tak bisa dijadikan sandaran atas kewajiban dan kerja keras mereka pada perusahaan.

***

“Wawancara keluarga?” Suara bariton yang tertangkap indera pendengarannya begitu kedua wartawan itu menghilang di balik pintu membuat Zaffya kembali mendesah kasar. Percuma saja ia membatalkan rapat siang ini jika masih saja ada pengganggu-pengganggu yang datang silih berganti.

“Kemarin aku dan Rea. Apa mamamu akan membuat biografi seluruh keluarga?” Darius segera mengambil tempat duduk di hadapan meja Zaffya.

“Bisakah kakak datang lusa atau seminggu lagi? Kakak tahu aku sedang tak punya waktu untuk kunjungan kakak menghibur adik.”

Darius mendengkus, mengambil satu majalah yang tergeletak di salah satu sudut meja adiknya. “Kisah cinta yang berjalan tak semulus karirnya, CEO Casavega Group mengakhiri pertunangannya dengan Dewa Sagara setelah tujuh tahun berhubungan.” Darius membaca judul majalah yang terpampang besar-besar, lalu mendengkus sekali lagi dan berkomentar, “Mereka benar-benar tidak kreatif.”

Zaffya hanya diam. Tak punya minat untuk menimpali sampah-sampah itu.

“Pihak ketiga, apa ada juga yang mencetak judul itu besar-besar?” Salah satu alis Darius terangkat dengan ekspresi mencemooh. “Semakin heboh lagi kalau mereka mendapatkan fotomu yang keluar hotel tengah malam dengan seorang pria.”

“Ada apa kakak kemari?” tanya Zaffya tak sabar dengan pembahasan basa-basi itu.

Darius menggeleng. “Tidak ada. Hanya ingin menghibur adik kesayangan. Sumber kegemparan seluruh pemberitaan. Tidak ada angin, tidak ada hujan tiba-tiba badai datang. Kau tahu, aku bahkan tak bisa duduk tenang semenit pun tanpa istri yang merecokiku untuk mengunjungi adikku yang sepertinya butuh bantuan dan tempat mengungsi. Sayang sekali kekhawatiran istriku yang tengah hamil besar harus sia-sia begini.” Darius mengangkat kedua tangannya ke arah Zaffya yang sama sekali tak membutuhkan semua omong kosong itu. “Istriku terlalu polos untuk adik ipar tak tahu diri sepertimu.”

“Jadi kakak ke sini hanya untuk menyenangkan hati istri kakak? Sungguh kakak seorang suami yang baik hati.” Zaffya menyeringai. Pujiannya penuh dengan cemoohan.

Darius hanya mengangkat bahu, lalu bersandar di punggung kursi. Sejenak melirik layar tv yang menayangkan salah satu acara infotainment dengan gambar adiknya dan mantan tunangan yang di mode diam. “Karena aku sudah di sini, aku akan memberimu sedikit informasi usang. Apa kau tertarik?”

Zaffya hanya diam tak menjawab. Tak tertarik tapi juga tak menyuruh kakaknya untuk melanjutkan. “Apakah aku harus?”

Sekali lagi Darius mengangkat bahu. “Tergantung. Tapi melihat kau berani mengambil langkah senekat ini untuk mengakhiri pertunanganmu dengan Dewa, sepertinya iya.”

“Sebaiknya kakak tidak berbelit-belit,” gusar Zaffya tak sabar ketika informasi itu berhubungan dengan pertunangannya.

Darius mengangguk-anggukkan kepala. “Apa kau ingat saat kakekmu di rawat di rumah sakit?”

Kening Zaffya berkerut. Tentu saja ia mengingatnya dengan sangat jelas. Bahkan akhir-akhir ini sesak itu memenuhi dadanya atas pengkhianatan pada janji mediang kakeknya. Pertunangan itu satu-satunya yang membuat kakeknya meninggalkan dunia ini dengan tenang.

“Saat pertunanganmu dengan Dewa, waktu itu Richard datang ke rumah sakit.”

Kali ini kata-kata kakaknya membuat Zaffya menegakkan punggung dengan tubuh yang menegang. Kemudian seluruh fokusnya langsung terpaku pada Darius.

Richard?

Kembali nama itu memenuhi dadanya.

Apakah ada sesuatu yang terlewat?

***

“Dia ingin kau tahu bahwa dia tidak mau kehilangan dirimu. Sampai akhirnya dia sadar bahwa kau yang melepaskannya dengan pertunangan itu.”

Zaffya masih terpaku. Ada rasa sakit yang menyerbunya ketika bayangan rasa sakit yang ia berikan pada Richard kembali muncul. Bahkan itu bertahun-tahun yang lalu tapi rasanya seperti luka yang baru ia dapatkan sedetik yang lalu.

“Dia meminta kesempatan pada mamamu sebelumnya untuk membatalkan rencana pertunangan itu. Tapi sayangnya, laki-laki malang itu tidak tahu tentang mamamu yang sama sekali tidak memberinya kesempatan.”

“Apa maksud Kakak?” Jemari Zaffya menggenggam dengan kaku. Selama ini, yang ia ketahui adalah bahwa hubungannya dengan Richard berakhir karena murni keputusan mereka berdua. Tanpa ikut campur tangan orang lain. Terutama mamanya.

“Mamamu memastikannya menyaksikan pertunanganmu dengan Dewa, mungkin?” Darius mengangkat bahu. “Hubungan kalian terlalu muda. Dan rumit.”

Mama ….  Kepalan jemari Zaffya semakin erat. Bibirnya menipis tak bersuara bahkan untuk meluapkan amarah yang tiba-tiba muncul.

“Entahlah, cinta monyet. Itu yang kupikir, jadi aku sendiri tidak terlalu memusingkannya kalaupun aku tahu perbuatan mamamu lebih cepat,” Darius mendesah lirih. Tangan kanannya terangkat dan jari telunjuknya mengusap-usap sisi kening yang tidak gatal.

“Apa yang sebenarnya kakak inginkan dari cerita ini?” desis Zaffya bertanya. Semua informasi ini memang usang. Tak akan ada yang berubah dalam hidupnya sekalipun ia baru tahu semuanya sekarang. Perasaan bersalah pun sudah berakar sejak dulu. Kecuali hatinya yang dirayapi penyesalan. Mungkin itu yang menambah desakan di dadanya semakin terhimpit.

Setelah melepaskan Richard, ternyata pria itu masih mengharapkan dirinya lagi. Untuk kedua kalinya. Karena ia yang menolak untuk kembali pada pria itu saat ia meminta hubungan mereka berakhir.

Pada akhirnya, fakta apa pun yang terlewatkan olehnya, Zaffya  tetap tak bisa menampik kenyataan bahwa dirinya lagi yang melepaskan Richard. Tak bisa menepis bahwa dirinya lah yang telah menghujamkan rasa sakit tersebut pada Richard.

“Jangan menyalahkan Richard ataupun dirimu untuk ketidak beruntungan kisah kalian. Tapi, jika memang tidak ada yang berubah di antara kalian. Tidak ada salahnya kau yang memulai menarik dirinya keluar.”

“Ada fakta besar yang terjalin sebelum hubungan kalian dimulai. Jauh sebelum kau terlahir.”

Jauh sebelum ia terlahir? Zaffya mengerutkan keningnya. Meskipun selama beberapa puluh detik ia berusaha mencerna kalimat Darius, ia tetap tak mengerti apa maksud dari semua yang didengarnya.

“Aku juga baru mengetahuinya tak lama ini. Waktu mamamu mulai mengusik hubunganku dengan Rea dan tanpa sengaja mendapatkan informasi menarik tentang mamamu dan Dennis Anthony.”

“Dennis Anthony?” Seakan belum cukup informasi yang membuat kepalanya berputar, nama ayah dari Richard disebutkan.

“Alasan utama mamamu tak bisa menerima Richard adalah karena kekasihmu itu anak dari Dennis Anthony, kekasih mamamu. Ehm, mantan. Bahkan mereka hampir menikah jika tidak ada orang ketiga yang memohon pada mamamu untuk membatalkan pernikahan karena mengaku  tengah mengandung anak dari calon suaminya.”

Informasi kali ini cukup bagi Zaffya untuk membeku di tempat. Segala macam bentuk emosi tak cukup lagi untuk masuk ke dalam dadanya menambah kerumitannya. Semua mengantri dengan barisan yang semrawut hanya untuk masuk ke dalam hatinya yang penuh sesak. Tak cukup waktu untuk menjabarkan satu persatu emosi yang bergejolak karena berita yang cukup mengejutkan tersebut.

“Aku tahu ini cukup mengejutkan bagimu.” Darius mulai beranjak dari duduknya. “Tapi …  kurasa kau memang harus tahu tentang apa yang akan kau hadapi jika kau tetap pada pilihanmu.”

***

3 Komentar

  1. Wow, ceritanya lumayan rumit tapi sepertinya menjanjikan….

  2. Milea A734 menulis:

    Ada kejutan?

  3. Indah Narty menulis:

    Rumitjuga