Vitamins Blog

Dongeng Wijaya Kusuma

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

 

Hai, kali ini aku mencoba menantang diriku untuk membuat sebuah dongeng singkat yang kurang dari seribu kata.
Berlatar belakang dongengtentang bunga.
Mengenai bunga ini mungkin akan timbul perbedaan kepercayaan atau mitos, tapi inti dari cerita ini adalah mengajarkan anak dan diriku sendiri agar tetap rendah hati.
Mohon maaf jika kurang berkenan, tapi percayalah aku juga suka bunga ini.
Selamat membaca, salam dari Pandwd.


Alkisah di sebuah negeri terdapat kerajaan yang sangat subur. Kerajaan itu hidup dari perkebunan bunga di seluruh pelosoknya. Setiap harinya akan ada bunga yang mekar dan siap untuk dipanen kemudian dijual ke negeri lain.

Suatu hari sang ratu berulang tahun. Sang raja menghadiahi ratu sebuah bunga yang cantik, raja mendapatkannya dalam perjalanan melewati hutan, ketika berkunjung ke negeri sebrang. Ratu sangat senang lalu menamainya bunga Wijaya Kusuma. Wijaya diambil dari nama pangeran mahkota dan Kusuma diambil dari nama putri mahkota. Ratu adalah seorang pecinta bunga, ratu tak sungkan untuk merawat seluruh tanaman bunga yang ada di istana. Terkadang ratu juga ikut membantu para petani merawat dan memanen bunga atau mengajari petani cara merawat bunga. Berbagai macam bunga tumbuh dan indah berkat sang ratu. Ada bunga melati, mawar, garbera, daisy, dahlia dan masih banyak lagi. Tetapi untuk kali ini kasih sayang ratu hanya untuk si wijaya kusuma. Hal itu membuat wijaya kusuma menjadi sombong, padahal bunga – bunga di istana hidup dengan rukun dan saling rendah hati. Setiap hari wijaya kusuma hanya menyombongkan diri. “Hai mawar, kau memang yang paling indah disini, tapi ratu tak menyayangimu lagi karena durimu yang tajam, hahahaha”, ejek si wijaya kusuma. Si bunga mawar hanya bisa menangis lalu melati membelanya. “Hai si bungsu”,kata melati dengan lembut. “Disini tidak boleh saling mengejek, kita semua indah dan menjadi kesayangan ratu, ratu mengurusimu hanya karena kau yang paling muda”, ujar melati sambil menenangkan mawar yang menangis. “Bahkan kau pun tak disayang ratu lagi melati, karena aku lebih harum”, wijaya kusuma kembali mengejek. Melati hanya bisa menenangkan bunga – bunga yang lain yang mulai marah. “Tenanglah semua, kita semua adalah kesayangan ratu, suatu saat nanti bunga yang sombong itu akan mendapatkan balasan.

Begitulah setiap hari bunga wijaya kusuma mengejek dan menyombongkan dirinya ke semua bunga lain, bahkan ke matahari dan langit juga. Hingga sautu hari datanglah peri bunga yang selalu datang tiap bulan untuk mengobati dan mengecek bunga – bunga yang sakit. Peri bunga menegur wijaya kusuma ketika mengejek bunga dahlia. “Sebagai sesama bunga tak boleh saling menghina, harusnya kalian semua hidup rukun”, ujar peri. Namun perkataan sang peri tidak didengarkan oleh wijaya kusuma, ia masih menyombongkan diri setiap harinya.

Bulan berikutnya peri melihat wijaya kusuma membuat bunga matahari yang sakit bersedih karena ucapan wijaya kusuma. Akhirnya sang peri menghukum bunga wijaya kusuma. “Kau akan kuhukum, kau hanya akan mekar di malam hari sehingga tidak ada yang bisa melihatmu”. Bim salabim, wijaya kusuma pun kuncup kembali. Setiap hari bunga wijaya kusuma hanya bisa menangis karena tiba – tiba tak bisa mekar di pagi hari. Ia menyesal karena telah sombong kepada saudari – saudarinya. Ia pun meminta maaf, dan beruntung bunga lain mau memaafkannya. “Kami memaafkanmu, jangan khawatir kau akan tetap indah, walaupun mekar di malam hari”, kata melati.

Ratu murung berhari – hari karena tiba – tiba bunga kesayangannya tidak mekar kembali. Suatu malam, muncul aroma harum wijaya kusuma. Seluruh penghuni istana keluar untuk menelusuri bau itu, termasuk sang ratu dan raja. “Lihat ratu, bunga kesayanganmu ternyata kini mekar di malam hari, bahkan besok pun merupakan perayaan hari bunga kita”. Baiklah, mulai sekarangkebun istana akan dibuka setiap malam ketika bunga ini mekar, agar seluruh rakyatku dapat menyaksikan keindahan bunga ini di malam hari”, perintah raja kepada para menterinya.  Dan begitulah, ratu dan wijaya kusuma tidak bersedih lagi. Wijaya kusuma merasa senang karena keindahannya tetap dikagumi walau ia mekar di malam hari, ia berjanji tidak akan sombong lagi dan hidup rukun dengan bunga – bunga lainnya.

 

-Tamat-

 

3 Komentar

  1. Nurkipi Hyunjung Susilawati menulis:

    Apakah sudah bisa baca?

    1. sudah kok

  2. Tidak boleh sombong :lovelove