Vitamins Blog

Immortal Guardians – Lembar 4 (Her Guardian 2)

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

38 votes, average: 1.00 out of 1 (38 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Penyusup yang sering memasuki istana akhir-akhir ini membuat Raja Barda mengambil keputusan ekstrem. Pria dengan kekuasaan mutlak itu memerintahkan Putri Unique sekaligus Pangeran Franco dan Pangeran Yasa untuk meninggalkan istana. Mereka direncanakan untuk pergi menuju ke tempat peristirahatan keluarga kerajaan di selatan kerajaan. Dimana tidak ada satupun orang yang mengetahui lokasinya karena berada di kedalaman hutan mistis yang dijaga penuh oleh tentara kerajan. Tentu saja perjalanan mereka dirahasiakan baik dari pihak rakyat kerajaan maupun petinggi kerajaan yang lain. Raja Barda ingin meminimalisir ancaman yang akan mendatangi Unique.

Unique menyingkap kain penutup jendela keretanya, menatap ke arah Alford yang menjaga sisi kereta. “Ada apa Tuan Putri?” Untuk sejenak Unique tidak menjawab pertanyaan Alford. Gadis itu mengamati sekitarnya, memindai untuk menemukan satu orang yang nyatanya tidak ada dimanapun. “Putri Unique?”

Unique menatap heran Alford, “Apakah Agni tidak ikut dalam perjalanan kita?” Unique memang beberapa hari ini jarang melihat sosok dengan tubuh tertutup perban tersebut. Seolah sosok Agni belakangan ini memang sengaja tidak muncul, atau menghindarinya.

“Sesuai perintah Raja Barda, Tuan Agni akan tetap berada di istana untuk melakukan suatu urusan.”

Unique mengernyitkan dahinya, “Bukankah tugas utama kalian adalah menjagaku? Memangnya apa yang urusan yang diminta oleh ayah untuk dikerjakaan oleh Tuan Agni?”

Alford terdiam sejenak, seakan menimbang untuk memberitahukan urusan tersebut pada Unique ata tidak. “Sebenarnya di istana sudah ada orang yang menyamar sebagai anda, dan saat ini Tuan Agni sedang menjaga orang tersebut. Jadi bisa dibilang Tuan Agni sedang mengecoh para penyusup yang datang ke istana.” Unique mengangguk mengerti, tidak lagi bertanya pada Alford.

Perjalanan yang menempuh waktu satu hari penuh itu sangat melelahkan, terlebih bagi Unique yang memang baru pertama kali melakukan perjalanan ke luar istana. Saat tiba di tempat peristirahatan yang ada di dalam hutan tersebut, matahri sudah mulai tenggelam, menyisakan keheningan yang cukup mencengkam di dalam hutan. Jika saja tidak ada Honey yang berjalan berdampingan dengan dirinya, Unique yakin jika dirinya tidak mampu  berjalan lebih jauh ke dalam kediaman itu.

Setelah semalaman menghabiskan waktu untuk beristirahat, Unique akhirnya bisa menikmati waktunya untuk menjelajah tempat peristirahatan milik keluarganya. Namun sebelum itu, dia melakukan sarapan bersaa Pangeran Franco dan Pangeran Yasa. “Selamat pagi.” Pangeran Franco tersenyum seraya membalas salamnya sedangkan Pangeran Yasa hanya mengangguk dengan wajah merah padam. “Jadi apa yang akan kalian lakukan hari ini?”

Pangeran Francolah yang menjawabnya pertama kali. “Bagaimana kalau kita berjalan-jalan di hutan, udara di sana pasti menyejukkan.”

“Mungkin aku akan berburu. Dan hasil buruannya untuk menu makan malam nanti,” gumam Pangeran Yasa menimpali perkataan Pangeran Yasa. Unique yang melihat gelagat Pangeran Yasa yang mencoba sekuat tenaga menarik perhatiaannya hanya bisa tersenyum ke arah pria tersebut.

“Kalau begitu semoga berhasil Pangeran Yasa.” Pangeran Yasa menunduk malu karena Unique mau berbicara panjang lebar padanya, sedangkan Pangeran Franco melirik sedikit tidak suka.

“Kalau begitu aku juga akan berburu. Akan aku tunjukkan kalau aku lebih ahli.” Unique terkekeh kecil dan menyemangati Pangeran Franco yang terlihat tertantang. “Lalu bagaimana denganmu, Unique? Apa yang akan kau lakukan hari ini?”

“Hanya mengelilingi bangunan ini.”

Kali ini Pangeran Yasa menatap ke arah Unique, memperingatkan gadis itu, “Meskipun hanya mengelilingi bangunan, anda harus tetap bersama pengawal anda, Putri Unique. Kita tidak ingin anda mengalami kejadian yang sama, bukan.” Unique mulanya ingin membantah jika kejadian tersebut tidak mungkin terjadi lagi saat ini, mengingat dimana mereka berada sekarang. Namun melihat dua orang pria di depannya menatapnya dengan pandangan tegas dan penuh kecemasan tersirat, Unique hanya bisa mengangguk tanpa membantah.

Setelah menyelesaikan sarapan mereka, Pangeran Franco dan Pangeran Yasa segera berkuda menuju hutan untuk berburu. Unique sendiri lebih memilih berkeliling bersama Alford yang menemani.

Apa yang ada di dalam bangunan yang ditempati Unique saat ini tidak ada bedanya dengan istananya, hanya saja terdapat barang unik yang belum pernah dimilikinya serta lukisan wajah-wajah penduhulunya membuat bangunan ini terlihat menyeramkan bagi Unique. Unique pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari bangunan tersebut untuk berkeliling di sekitar bangunan.

“Jadi, sudah berapa lama kau mengenal Honey dan Agni?”

Alford melirik sekilas ke arah Unique, sedikit terkejut karena orang yang dilindunginya ini mengajaknya berbicara. Selama ini Alford menjaga dari jauh Putri Unique sehingga jarang berinteraksi secara langsung, kebanyakan yang selalu berada di sisi Tuan Putrinya tersebut adalah Honey dan Agni. “Saya sudah mengenal Honey dari sewaktu kecil, saat memasuki akademi prajurit. Jika Tuan Agni, saya mengenalnya seminggu sebelum penobatan.”

“Jadi Agni bukan dari akademi prajurit kerajaan?” Unique merasa heran karena tidak mungkin ayahnya dengan begitu saja mengangkat seseorang yang menjadi seorang prajurit terutama pengawalnya jika tidak memiliki kemampuan.

“Sejujurnya, Tuan Agni bahkan bukan warga kerajaan ini.” dan kali ini dahi Unique tidak bisa menyembunyikan kernyitan di dahinya. jadi dari mana pria itu berasal.

Seruan seorang prajurit yang memanggil Alford memaksa pria itu meninggalkan Unique sendirian di taman itu. pada mulanya Alford meminta Unique untuk kembali ke dalam bangunan, mengingat prajurit kerajaan yang datang jumlahnya terbatas sehingga tidak ada yang bisa menggantikannya untuk mengawal Unique. Namun Unique berjanji jika dia tidak akan pergi kemana-mana dan jika ada sesuatu yang mencurigakan akan langsung berteriak, akhirnya Alford meninggalkan Unique sendirian di taman.

Unique tetap berdiri di tempatnya, sesekali melihat ke arah bangunan di belakangnya, berharap Alford segera keluar dari sana namun hasilnya nihil. Pandangan Unique kemudian menyusuri sekelilingnya, taman ini jelas persis seperti yang ada di istana hanya saja lebih luas, terlihat sekali dari jalan setapak yang terlihat masih jauh. Unqiue penasaran seberapa panjang jalan setapak itu.

Untuk terakhir kalinya Unique memandang  ke belakang, berharap ada satu orang yang terlihat oleh matanya dan hasilnya tetap saja tidak ada orang disana. unique pun memutuskan untuk menyusuri jalan setapak ini, lagi pula sepanang masih ada jalan ini Unique masih berada di kawasan taman, jadi pasti akan aman bukan.

Semakin lama, Unique baru menyadari jika jalan setapak itu tidak memiliki ujungnya. Bahkan jalan setapak ini mengantarkannya pada pohon-pohon pinus tinggi yang rindang, membuatnya sangat nyaman untuk berjalan di jalan setapak itu. hingga akhirnya jalan itu berhenti di ujung tebing. Tebing curam dengan pemandangan indah sepanjang mata Unique memandang. Angin semilir makin menambah pemandangan di depannya memukau mata Unique.

Keindahan yang menghipnotis Unique itu tanpa sadar membuat langkah Unique berjalan menuju tepian tebing tanpa pagar pembatas. Saat Unique menyadari dimana dia berpijak, Unique ketakutan terutamaa saat matanya memandang ngeri ke bawah jurang. Kedalaman yang tidak wajar bagi jurang itu membuat Unique secara otomatis melangkah ke belakang, mencoba menjauh dari bahaya yang mungkin saja Unique jatuh ke dalamnya. Namun saat Unique mendengar retakan tanah tersebut, Unique tidak berani melangkah lagi.

Unique mengalihkan pandangannya pada tanah di belakangnya, terdapat retakan sedang disana dan terlihat sangat rapuh. Unique dapat menebak jika dia melakukan gerakan sedikit saja, maka retakan itu akan membesa dan otomatis tubuhnya akan jatuh ke dalam jurang. Tanpa sadar Unique sudah gemeta ketakutan dengan air mata yang bergulit di wajahnya.

“Tuan Putri!” Seruan itu tanpa sadar menenangkan diri Unique, terutama saat dirinya bisa melihat sosok itu berdiri tidak jauh dari dirinya.

“Agni,”  Unique menggerakkan kakinya, bermaksud mendekat. Namun saat suara retakan kembali terdengar, kaki Unique terpaku seketika.

“Tolong jangan bergerak Tuan Putri. Tetap berdiri disana, saya akan menolong anda.”  Agni melangkahkan kakinya mendekati Unique. Perlahan tapi pastinya, kakinya mendekati garis retakan di tanah yang terlihat rapuh. Agni yakin jika gerakan seringan bulunya itu tidak akan berperngaruh pada retakan tanah itu. Namun Agni salah, karena saat kaki kanannya hendak memijak pada retakan tanah itu, suara retakan tanah itu kembal terdengar. Dalam satu kedipan, tanah di depannya—sekaligus Unique, telah jatuh menuju jurang.

Agnipun segera ikut terjun ke bawah. Dirinya bersusah payah meraih tubuh Unique, memutar posisi keduanya hingga akhirnya Agni berada di bawah. Berkali-kali punggungnya menghamtam bebatuan serta dahan pohon, seolah semuanya memaksa Agni untuk melepaskan tangannya dari tubuh Unique. Namun Agni tetap memeluk tubuh gadis itu hingga satu hantaman keras terdengar dan keduanya tidak lagi merasakan rasa melayang bebas di udara.

Unique membuka matanya, merasakan nyeri pada pergelangan kakinya yang terbentu entah apa. Satu pemandangan yang menyapanya saat membuka mata adalah dada bidang milik Agni yang sontak membuat pipi Unique merona malu. Dengan segera Unique menjauhkan tubuhnya dari Agni agar tidak menindih tubuh pengawalnya itu. sesaat Unique memandangan ke atas, merasa ngeri karena telah terjatuh dari tebing yang begitu tinggi.

“Anda tidak apa-apa, Tuan Putri?” Unique sontak memandang ke arah Agni. Pria itu berusaha duduk dengan susah payah. Kondisi pria itu terlihat parah, mengingat bahwa pria itu menggunakan tubuhnya untuk melindungi Unique lagi. Semua tubuhnya tampak lusuh dengan beberapa warna kemeraha yang menghiasi perban di tubuhnya, terutama lengan kanan pria itu. lengannya tampak mengucurkan darah akibat perbannya yang terkoyak hingga tak mampu lagi melindungi lengan kanannya.

Unique mendekat, mencoba memegang luka menganga yang terlihat sangat parah. “Kau terluka.”

“JANGAN SENTUH!” Unique berjingkat kaget, tidak pernah dia mendengar pengawalnya itu berteriak ke arahnya. Begitu juga Agni, pria itu tampak menyesal karena membentak Unique. “Maafkan saya, hanya saja jangan menyentuh saya. Saya tidak apa-apa.” Unique terdiam. Gadis itu tidak mengeluarkan reaksi apa-apa selain mengawasi Agni yang menyobek pakaiannya kemudian menggunakannya untuk menutupi lukanya—sekaligus menutupi kulitnya yang tidak tertutupi perban lagi.

“Anda tidak apa-apa?” Unique menggelengkan kepalanya. Sedangkan Agni menatap tidak yakin pada sosok gadis di depannya. Agni pun memindai tubuh Unique hingga menemukan memar pada pergelangan kaki Tuan Putrinya tersebut. Saat jemari Agni menyentuh pada pergelangan kaki tersebut, Unique memekin kesakitan, membuat Agni menyadari jika Unique tidak sedang baik-baik saja.

Menghela napas lega, karena Unique hanya terluka pada pergelangan kakinya saja, Agni segera beranjak. Dengan sigap pria tersebut merobek bajunya, melilitkan kain potongan tersebut pada pergelangan kakinya. Setelah menangani kaki Unique, Agni berjongkok di depan Unique, membelakangi gadis terebut. “Silahkan naik, Tuan Putri.”

“Tidak, lenganmu terluka.”

Agni menoleh kebelakang, memberikan senyuman meyakinkan pada Unique. “Tidak perlu khawatir Tuan Putri, saya baik-baik saja. saya lebih mengkhawatirkan luka di pergelangan Tuan Putri.” Unique tidak menjawab maupun bergerak. “Anda tidak perlu cemas dengan luka saya. Luka saya akan membaik lebih cepat dibandingkan luka milik anda. Bagaimanapun juga, saya bukan manusia biasa seperti anda.” Unique terkesiap saat Agni mengatakan kata-kata terakhirnya. Unique tidak menyangka jika pria di depannya akhirnya menyatakan jika dirinya bukan manusia biasa setelah banyaknya rumor yang telah di dengar oleh Unique.

Akhirnya mau tidak mau Unique  naik ke punggung Agni, merasakan kokohnya punggung dari pengawalnya tersebut. Agni pun tanpa banyak protes segera berdiri dan berjalan menyusuri tebing di sampingnya. “Kita akan menyusuri tebing ini hingga ke ujung. Karena tempat peristirahatan milik Raja Barda berada hampir di ujung tebing ini, kita bisa menemukan jalan utama setelah menyusuri tebing di samping kita.” Unique tidak menjawab.

Tidak ada yang bersuara diantara Agni maupun Unique. Unique sendiri pun lebih memilih untuk diam dan mendengarkan suara hutan pada malam hari, serta merasakan bahu yang berada di dalam dekapannya yang terasa hangat. Hingga kemudian tanpa disadarinya, Unique mulai terbuai dalam tidur yang paling nyenyaknya.

***

Unique membuka matanya saat cahaya menyilaukan kedua matanya yang masih tertutup. Dirinya langsung terkesiap saat tau dia sedang berada di mana dan bersama siapa. “Sudah bangun, Tuan Putri?” Unique tersipu malu saat mendnegar kekehan Agni. Pria itu sepertinya sangat menikmati menggoda Unique.

“Sudah ada dimana kita?”

“Tingga sedikit lagi kita sampai di tempat peristirahatan. Anda sudah tidak apa-apa?” Unique megangguk. Dia melihat sekitar untuk melihat kondisi. Langit yang tadinya gelap kini mulai berwarna kejinggaan, tanda bahwa sudah akan berganti hari. Suara hewan malam yang tadinya terdengar kini sudha menghilang berganti suara dari beragam burung yang mulai terbangun. Selain itu, sisi tebing di kiri mereka juga tidak terlalu tinggi. Itu berarti mereka sudah pergi cukup jauh dari tempat mereka terjatuh.

Atau lebih tepatnya, Agni berjalan cukup jauh dari tempat mereka terjatuh.

Unique memandang takjub pada sosok yang sudah menggendongnya. Kagum akan kekuatannya yang bisa berjalan kaki semalaman dengan luka yang cukup parah ditambah menggondangnya. “Apa kau tidak kelelahan? Kau menggendongku semalaman, kan.”

Agni menoleh ke arah Unique, lagi-lagi memberikan senyum menenangkan untuk meyakinkan Unique. “Tenang saja, Tuan Putri. Saya sudah terbiasa melakukan hal-hal berat. Menggendong anda semalaman merupakan hal yang mudah.”

“Tapi, apakah kau tidak mengantuk? Kau terjaga semalaman ditambah harus berjalan sangat jauh.”

Dan lagi, Agni kembali tersenyum tenang ke arah Unique. “Tidak Tuan Putri. Lagi pula saya tidak seperti Tuan Putri yang harus tidur saat malam, saya tidak memerlukan tidur.”

Unique mengerutkan dahinya, merasa tergelitik dengan ucapan Agni. “Jadi kau tidak tidur? seperti makhluk malam, begitu?”

Agni menggelengkan kepalanya, “Tidak, maksud saya, saya tidak memerlukan tidur sama sekali. Saya bisa terjaga sepanjang hari tanpa memerlukan tidur.”

Unique mencondongkan kepalanya ke arah wajah Agni. Merasa rasa penasaran yang menghiasi kepalanya saat lagi-lagi Agni mengatakan hal yang tidak mungkin. “Tapi kenapa begitu? Bukankah semua manusia memerlukan tidur untuk istirahat?”

Agni menolehkan kepalanya ke arah Unique. Menatap wajah Unique yang berjarah sangat dekat dengan wajahnya. Sedangkan Unique sendiri terpesona sendiri saat menyadari bahwa wajahnya sangat dekat dengan wajah Agni. “Bisa dibilang, ini kelebihan sekaligus kutukan saya.”

Unique segera menarik kepalanya saat hidungnya mencium napas Agni. harum mulutnya membuat tubuh Unique bergertar. Namun meski begitu, Unique tetap menanyakan pertanyaan yang mengganjal di kepalanya. “Jadi, kau tidak pernah tidur sejak lahir?”

Agni menggelengkan kepalanya, “Tentu saya tidur sewaktu kecil. Namun sejak suatu insiden, saya dikutuk sehingga tidak memerlukan tidur sewaktu malam. Kecuali diwaktu-waktu tertentu.”

“Waktu tertentu?”

Agni mengangguk. Tangannya yang menopang tubuh Unique sedikit mengerat, mencegah tubuh mungil itu terjatuh, begitu juga rahasianya terbongkar. “Ya, setiap 21 tahun sekali saya akan tidur untuk mengistirahatkan tubuh saya, lalu kemudian saya akan terbangun lagi di tempat yang berbeda.”

“Jadi, rumot iru benar, jika Agni adalah manusia abadi?” cicit Unique menebak siapa sebenarnya Agni. berusaha membuat suara sekecil mungkin agar Agni tidak tersinggung dengan dugaannya.

Di luar dugaan, Agni tertawa kecil mendengar cicitan Unique. “Saya tidak menyangka jika Tuan Putri akan percaya dengan rumor yang dikatakan oleh para pelayan istana. tapi memang benar, saya adalah manusia abadi. Tidak ada yang bisa melukai maupun membunuh saya. Itu sebabnya Raja Barda menjadikan saya ketua kelompok pengawal anda, Tuan Putri.”

Unique melirik ke depannya, mencoba menabak seperti apa wajah di balik perban itu. “Memang sejak kapan Agni jadi manusia abadi?”

Lagi-lagi Agni tertawa pelan mendegar pertanyaan Unique, “Saya tidak akan mengatakannya pada Tuan Putri karena itu rahasia saya. Tapi yang pasti, umur saya lebih tua dari Raja Barda.”

Unique terdiam. Dirinya kini membayangkan jika hidupnya abadi seperti apa yang dikatakan oleh Agni. menikmati hidupnya yang abadi. Kemudian ditinggalkan satu-persatu oleh keluarganya yang ditelan oleh umur. Membayangkannya saja, Unique merasa sangat kesepian. “Apakah Agni tidak kesepian?”

Kali ini Agni terdiam. Meski waktu sudah sangat lama berlalu di hidupnya, tapi tidak ada satupun dari semua waktu itu yang membuatnya kesepian. Karena kenyataannya, kehidupannya hanya berputar pada satu poros yang terus berulang ulang membentuk sebuah garis lingkaran yang tidak pernah bisa dia lewati. “Tidak juga. Saya mempunyai banyak teman meski pada akhirnya mereka meninggalkan saya. Lagipula, saya juga memiliki satu orang sahabat yang usianya juga cukup tua dengan saya.”

Seketika Unique terdiam. Dia tidak lagi ingin menggali lebih dalam kehidupan pribadi Agni mengingat jawaban dari pria itu yang membutuhkan waktu lama untuk dijawan. Mungkin, Agni tidak begitu terbuka masalah pribadinya. Unique seharusnya bersyukur karena Agni sudah mau memberitahukan rahasianya tentang siapa dirinya sebenarnya meski itu masih tidak masuk akal menurut Unique. Walaupun begitu, Unique mempercayai Agni karena diluar sana masih banyak hal yang tidak masuk akal selain Agni.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk keduanya sampai pada tempat peristirahatan. Unique disambut oleh Pangeran Franco dan Pangeran Yasa serta para pelayan. Gadis itu segera diarak masuk menuju kamarnya untuk diperiksa lebih lanjut. Meninggalkan Agni seorang diri yang memandang dari kejauhan. Menikmati saat-saat yang mungkin akan berakhir sebentar lagi karena dia harus melepaskan gadis kecil itu untuk Sang Pangeran yang sudah menunggunya.

2 Komentar

  1. Wow jadi beneran agni itu abadi tapi kira2 kenapa ya smpe dia dikutuk?
    Ditunggu kelanjutannya..

  2. fitriartemisia menulis:

    Agni ini immortal guardiannya ya?..