Vitamins Blog

PANDORA’S CURSED : PART 16

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

48 votes, average: 1.00 out of 1 (48 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

“Apa yang kau lakukan?”

 

Ratu Theresa masuk dengan tergesa-gesa keruangan Charles. Charles menolehkan kepalanya saat mendengar langkah kaki ibunya memasuki ruangannya.

 

“Ada apa, ibu?” Tanyanya.

 

“Aku dengar kau mengusir Alexandre dari sini karena wanita simpananmu. Apa kau tahu itu keputusan yang bodoh?”

 

Charles mengerutkan dahinya. “Bodoh? Maksudmu?”

 

“Aku mengirim beberapa anak buahku untuk menjarah pertambangan yang ada disana. Kau tahu? Bila Alexandre kembali ke kerajaannya rencana kita untuk menjarah pertambangannya akan gagal.”

 

“Ibu mengirimnya? Tanpa persetujuanku? Ingat ibu, aku adalah raja disini.”

 

“Aku mengirim mereka saat kau menaiki tahta itu. Dan ingat aku tetaplah menjadi ratu disini.”

 

Charles menghela nafasnya kesal sambil meminum wine yang berada ditangannya.

 

“Kau sangat tergila-gila kepadanya,” Charles menoleh kepada Sang Ratu. “Kau tergila-gila kepada wanita itu sampai-sampai kau membuat keputusan bodoh hanya untuknya. Apa kau tahu? Itu sama dengan kau menyerahkan tahtamu kepada wanita itu.”

 

“Dia tidak akan selicik itu. Aku tahu itu. Ilana adalah wanita bodoh.”

 

“Tidak semua pelacur itu bodoh,” Sang Ratu memperingatkan. “Ayahmu tergila-gila dengan pelacur yang ia temui di kedai minum. Ia membawa wanita itu ke istana dan memberikan semua perhiasan dan pakaian kepadanya. Saat itu aku sedang hamil anak keempatku, karena perasaan iri dia memberiku obat penggugur kandungan tanpa sepengetahuan ayahmu.”

 

Ratu Theresa tersenyum getir saat mengingat hal itu. “Aku keguguran dan aku bersumpah untuk melakukan hal yang lebih buruk dari itu. Karena itu aku membuang anaknya ke daerah selatan, India. Aku membuang mereka, Sebastian dan begitu juga anak terkutuk itu, Ophelia ke India. Wanita itu meraung-raung saat anaknya digiring oleh pengawal ke kapal. Wanita itu marah kepadaku dan memerintahkan ayahmu untuk mencopot gelarku sebagai ratu. Kau tahu apa kelanjutannya?”

 

Charles menggedikkan bahunya. “Ibu membunuhnya.”

 

“Ya, aku membunuhnya. Aku menangkapnya di malam hari dan menyembunyikannya di ruang bawah tanah. Untuk sementara aku membiarkannya terkurung dengan ketakutan disana hingga aku sendiri yang menggorok lehernya. Belum sampai disitu aku memotong tubuhnya dan memasaknya menjadi pie. Aku menghidangkannya di hadapan ayahmu dan ayahmu tampak tidak curiga,” Ratu Theresa terkekeh. “Mungkin karena itu ayahmu jatuh sakit.”

 

Charles hanya diam. Dalam hati ia meringis mendengar hal yang baru saja dikatakan oleh ibunya.

 

“Sebaiknya kau harus berhati-hati mulai sekarang, Charles. Jangan sampai wanita itu membunuhmu di tempat tidurmu sendiri. Karena di dunia ini, orang dengan hati baik itu tidak ada.”

 

Ratu Theresa pergi meninggalkan ruangan begitu saja, meninggalkan Charles dengan kerutan dalam di dahinya.

 

–{—

 

 

 

Claudia dan Barbara berjalan beriringan di lorong istana. Mendengar kabar menganai kakanya membuat dirinya naik darah dan merasa dilecehkan. Charles mengusir kakanya dengan cara yang sangat tidak terhormat. Dan juga karena alasan sepele Charles melakukan hal itu kepada kakaknya. Claudia tidak bisa membiarkan hal ini. Ini sama saja melecehkann dirinya sendiri sebagai Putri Jerman.

 

Claudia menyipitkan matanya saat melihat Ophelia diujung lorong. Wanita itu, wanita yang telah merebut suaminya dan penyebab kakaknya yang terusir tidak terhormat. Claudia mempercepat langkahnya mendekati Ophelia. Ia ingin menyampaikan sesuatu kepadanya. Wanita itu tampak tidak melihatnya. Hingga beberapa meter jarak yang terbentang diantara mereka dan Ophelia menghentikan langkahnya. Ia tertegun sejenak dan menundukkan kepalanya untuk memberi hormat.

 

“Tuan Putri Claudia,” Sapanya.

 

Claudia hanya memandang rendah padanya. Wanita ini sangat polos, pastinya dibalik wajah polosnya itu tersimpan akal licik. Ophelia mengangkat kepalanya, menatap istri Aaron. Ia bisa merasakannya bila Claudia tidak menyukainya. Dari tatapannya yang sinis dan tajam kepadanya dan juga bibir yang ditekuk sombong.

 

“Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu,” Kata Claudia.

 

“Apa itu, Tuan Putri?”

 

“Mengenai kakakku, Raja Alexandre dari Jerman,” Claudia menghentikan kalimatnya dan melihat reaksi Ophelia. “Dia… telah diusir.”

 

Ophelia menjawab: “Dia telah berangkat pulang ke Jerman tadi sore, Tuan Putri. Yang Mulia memerintahkan hal itu kepadanya tadi pagi.”

 

“Kau ada disana, bukan?”

 

“Iya, Tuan Putri.”

 

“Aku dengar kakakku pergi karena dirimu. Kakakku mendekati dirimu sehingga membuat Raja Charles marah,” Claudia melangkah mendekati Ophelia. “Aku tahu rencanamu sebenarnya, Ilana. Kau berusaha merayu kakakku dan mengatakan kepada Charles bila Alexandre tengah merayumu.”

 

“Bu-bukan….” Ophelia membela diri. “Bukan begitu. Anda salah paham, Tuan Putri.”

 

“Kau telah menggoda suamiku, Aaron. Karena itu Aaron tidak pernah mencintaiku sedikit pun.”

 

“Anda salah paham, Tuan Putri. Aku tidak pernah…”

 

“Diam, jalang!” Claudia berteriak memotong perkataan Ophelia. “Aku melihat kalian berpelukan di taman dan juga bagaimana Aaron selalu memandangmu saat kau lewat.”

 

“Tidak, dia memelukku lebih dulu.”

 

“Menjauhlah dariku dan suamiku! Sebelum aku membunuhmu dan mengisap semua darahmu.”

 

Ancaman Claudia membuat Ophelia terdiam. Ophelia menundukkan kepalanya dan membiarkan Claudia melewatinya dengan menyenggol bahunya. Lagi-lagi, semua orang menyalahkannya.

 

–{—

 

“Apa yang ingin kau katakan, Putri Claudia,” Tanya Charles diatas singgasananya.

 

“Saya ingin memohon kepadamu Yang Mulia untuk mengampuni kakak saya, Raja Alexandre. Dia tidak melakukan kesalahan apa pun, Yang Mulia,” Claudia berlutut sambil memohon kepada Alexandre.

 

Alexandre menyipitkan matanya. “Mengampuninya? Aku tidak pernah memberikan hukuman kepadanya.”

 

“Mengusirnya secara tidak terhormat sudah termasuk hukuman baginya, Yang Mulia.”

 

“Aku tidak mengusirnya. Aku hanya menyuruhnya pulang ke kerajaannya. Apakah aku salah?”

 

“Bagiku itu adalah suatu kesalahan karena kau melakukannya hanya kerena seorang wanita penghibur.”

 

Alexandre mengetatkan gerahamnya. Ini bukanlah pembahasan yang ia sukai. Alexandre memajukan tubuhnya dan menumpu dagunya dengan jari-jari tangannya.

 

“Wanita itu adalah milikku. Kakakmu menciumnya tanpa seizinku. Karena itu aku melakukannya, menyuruhnya kembali ke kerajaannya.”

 

“Bukankah itu adalah hukuman yang berlebihan, Yang Mulia? Dia hanya seorang….”

 

“Aku tahu bila dia hanya seorang wanita, sama halnya dengan dirimu,” Charles segera memotong perkataan Claudia. “Tapi ini adalah kerajaanku, peraturanku, hukumku. Aku tidak suka milikku si pegang oleh orang lain.”

 

Charles menelengkan kepalanya. Mengamati Claudia lekat-lekat dari atas hingga bawah.

 

“Kau bukan lagi putri dari Kerajaan Jerman. Kau sudah jatuh ke tangan Prancis. Sebaiknya kau harus mematuhi segala hal yang berada disini,” Charles menatap tajam Claudia. “Apa yang telah kau berikan kepada kami?”

 

Claudia mengangkat kepalanya memandang Charles. “Ha? Maksudmu, Yang Mulia?”

“Aku dengar kau tidak bisa membuat Aaron terpukau padamu. Karena itu dia terus mengejar Ilana,” Charles terkekeh. “Sebentar lagi Ilana akan menjadi milikku selamanya. Tapi Aaron tetap mengejar-ngejar wanita itu. Seharusnya kau malu sebagai istrinya.”

 

Claudia merasakan tusukan di hatinya. Perkataan Charles membuat dirinya merasa gagal sebagai istri Aaron.

 

Sambil menunjuk Claudia, Charles berkata: “Aku tahu kau iri kepada Ilana. Tapi seharusnya kau bisa membuat Aaron kagum padamu, apalagi kau adalah keturunan bangsawan. Melihat kau yang belum mengandung anaknya menunjukkan Aaron tidak sedikit pun tertarik padamu.”

 

Claudia menundukkan kepalanya. Matanya mulai memanas. Hatinya terasa hancur di permalukan oleh Charles, kakak iparnya sendiri. Sebagai istri ia tidak di anggap berguna di istana ini.

 

“Pergilah,” Charles beranjak dan turun dari singgasananya. “Aku merasa bila obrolan ini telah selesai.”

 

Charles berjalan melewati Claudia yang masih berlutut. Wanita itu masih diam menunduk disana. Suara langkah kaki Charles berlahan-lahan menjauh dari balik punggungnya. Ia ingin membela diri. Ia ingin mengatakan sesuatu kepada Charles mengenai dirinya sebagai istri Aaron. Air matanya semakin menetes membuat rok ungunya mulai menampakkan bekas-bekas tetesan air.

 

“Bagaimana… bila aku dapat mengandung anak Aaron?”

 

Charles menghentikan langkahnya diambang pintu. “Apa?”

 

“Bagaimana bila aku dapat mengandung anak Aaron?” Claudia menoleh ke balik bahunya. “Apakah kau dapat mengampuni kakakku dan melindungi Kerajaan Jerman?”

 

Charles terdiam sejenak, tampak berpikir. Lalu, ia kembali melirik kearah Claudia dan menjawab: “Aku akan memikirkannya.”

 

Setelah mengeluarkan kata-kata itu, Charles keluar dari ruangannya dan meninggalkan Claudia dengan jawaban yang mengambang.

 

–{—

 

“Yang Mulia Ratu, ada seseorang yang ingin menemui Anda.”

 

Ratu Theresa mengalihkan dirinya dari perkamen-perkamen yang ia baca. Ia meletakkan pena bulunya di botol tinta sambil berseru untuk menyuruh orang itu masuk.

 

Oliver membuka pintu dan membiarkan pria dengan pakaian panjangnya hingga menyentuh kakinya memasuki ruangan tersebut. Pakaiannya sederhana, berwarna putih dan dililitkan di sekitar lehernya. Rambut dan janggutnya sudah mulai beruban. Pria itu membungkuk hormat kepada Ratu Theresa.

 

“Salam, Yang Mulia Ratu.”

 

“Apa kabarmu, Van Court? Aku sudah lama tidak menemuimu,” Tanya Sang Ratu.

 

Sang Ratu memberi isyarat untuk duduk di hadapannya. Laki-laki dengan nama Van Court mengangguk dan duduk di tempat Sang Ratu isyaratkan.

 

“Terima kasih, Yang Mulia. Tapi aku baik-baik saja,” Van Court memperbaiki duduknya agar lebih nyaman. “Apa yang ingin Ratu diskusikan kepadaku?”

 

–{—

 

“Kenapa ibu memanggilku?”

 

Ratu Theresa tersenyum kepada anak tertuanya. Ia menutup buku yang berada di hadapannya, buku dengan sampul merah dengan segel di bagian pinggirnya. Buku itu berisikan ramalan, mitologi, dan juga kisa-kisah di Al-kitab mengenai iblis.

 

Sang Ratu menyuruh Charles untuk menunggu. Ia berbalik dan mengambil sesuatu yang berada di meja nakas dekat jendela. Sebuah toples bening dengan air putih jernih yang berada di dalamnya. Toples itu di tutupi dengan kain berwarna cokelat. Kejernihan air itu membuat benda itu dapat di lalui oleh cahaya sehingga terlihat transparan dan kosong.

 

“Ambil ini.”

 

Ratu Theresa memberikan toples itu kepada Charles. Charles menerimanya dengan mengerutkan dahinya. Ia menimang-nimang toples itu dan memandangnya bingung.

 

“Apa ini?” Tanyanya.

 

“Ini adalah air suci yang dibawakan Asisten Pendeta Van Court dari Yerussalem. Ini adalah air yang sangat suci dan bisa membersihkanmu dari apa pun…. termasuk gangguan iblis.”

 

“Maksud ibu? Aku terkena gangguan iblis?”

 

Ratu Theresa mengangguk. “Melihatmu sangat tergila-gila dengan Ilana membuatku merasa khawatir akan hal itu. Aku pernah mengiranya sebagai Ophelia sebelumnya.”

 

“Dia bukan Ophelia, ibu…”

 

“Kau tahu mengenai asal usulnya?”

 

Charles terdiam. “A-aku tidak tahu,” Charles mulai berpikir. “Mungkin saja Aaron tahu karena Ilana sebelumnya adalah milik Aaron.”

 

“Hal itu membuatku semakin curiga. Tidak ada kabar dari India dan juga wanita itu….” Ratu Theresa seperti berpikir, tapi ia segera menggelengkan kepala untuk menghilangkan pikirannya. “Pokoknya kau harus melakukan malam ini juga. Percikkan air itu disaat ia tidur tepat di wajahnya. Apabila tidak terbangun dan kau melihat asap hitam keluar dari dalam tubuhnya, berarti dia adalah Ophelia, anak terkutuk itu.”

 

Charles merasa tidak percaya. Ilana yang sangat ia cintai adalah adiknya sendiri, adiknya yang sangat ia benci karena kutukannya. Ini tidak bisa dipercaya.

 

Charles menggenggam toples itu erat-erat. Memang, ada yang aneh dari Ilana. Disaat ia merasakan hal aneh saat ia ingin menyentuh wanita. Dan juga disaat ia melihat bayangan aneh di cermin saat mereka berdua tengah mandi. Dia harus mencobanya untuk membuktikannya.

 

“Baiklah, ibu. Aku akan mencobanya malam ini.”

8 Komentar

  1. Ratu Theresa serem amat, balas dendam nya sadisss :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP

    1. afifah putri menulis:

      Heheh kan hemat daging sapi :KETAWAJAHADD

  2. ratu theresa kejam amat yah? daging manusia di bikin pie trs d ksh makan ke suami nya lagi waduh :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP

    1. afifah putri menulis:

      Haha ntah napa kepikiran balas dendamnya sadis kayak gitu
      Btw makasih udh baca ya :MAWARR

  3. Melani Nurasiyah menulis:

    Makin seru ceritanya..

  4. nananafisah184 menulis:

    Ratu theresanya kejam benerr.. Masa daging manusia dibikin pie.. :KETAWAJAHADD

  5. Tuhhh kan istri2 yg marah tuh serem bngt
    Balas dendam yg kerennnn ratuuuu ehhh hihi
    Kejam bngt sih tp ya gmn pasti hati si ratu hancur bngt pas keguguran itu
    Wahh ophelia bsa dlm bahaya nih klo sikon ny kyk gni terus

  6. fitriartemisia menulis:

    omo omo!!! Ratunya masak pie dariii…………………………………. :KAGEET