Vitamins Blog

BROKEN (1/2)

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

119 votes, average: 1.00 out of 1 (119 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

29  Mei 2016

Pria itu duduk dalam keheningan kamar apartemen miliknya. Kedua tangannya terjalin dengan siku tertumpu di masing-masing lututnya, tubuhnya yang berada di atas ranjang membungkuk, raut wajahnya tidak terbaca, area di sekitar dahinya berkerut dalam menandakan ia sedang berpikir sesuatu yang rumit. Lama ia berada dalam posisinya, hingga tiba-tiba ia bangkit dari duduknya. Berjalan dengan langkah tegas, namun tergesa-gesa seakan sesuatu yang ia tuju menyangkut hidup dan mati. Mungkin saja.

Ia mengunci pintu apartemennya dan berjalan menyusuri koridor menuju lift apartemen. Masuk ke lift dan menekan angka 1 pada tombol lift. Kakinya di ketuk-ketukkan pada lantai lift yang dipijaknya, tangannya di masukkan kedalam saku celana jins hitam miliknya. Pintu lift terbuka, ia bergegas keluar dan berlari keluar dari lobi apartemen menuju mobil miliknya yang telah terparkir di depan.

Pria itu melajukan mobilnya dengan kecepatan 150 km/jam, kedua buku jarinya memutih karena kerasnya ia mengcengkram setir mobil, kemudian ia mulai melambatkan laju mobilnya, matanya dilarikan diantara tempat yang dilewatinya, berharap melihat sosok yang dicarinya.

Setelah satu setengah jam mengelilingi kota dan tidak kunjung menemukan orang yang dicarinya, harapannya mulai memudar. Bahunya terkulai dengan wajah lesu ia memutuskan berhenti di sebuah taman. Suara penyanyi dari band michael learn to rock dengan lagu 12 25 minutes miliknya terdengar dari benda pipih berlogo apel digigit menandakan panggilan masuk.

Ia mengambil benda pipih yang berada dikantung jaket yang dikenakannya, menekan tombol terima dan menempelkannya ketelinga. Mendengar apa yang dikatakan sang penelpon, Entah apa yang dikatakan orang tersebut namun orang  itu berhasil menerbitkan senyum dibibir si pria. Mengucapkan terimakasih kemudian mengakhiri panggilannya, ia terlalu terburu-buru menghiraukan lanjutan kalimat yang diucapkan sang penelpon. Hal yang akan disesalinya.

Pria dengan rambut pirang pasir itu kembali menjalankan mobilnya ke tempat yang dikatakan sang penelpon, kini dengan semangat membara.

Bibirnya tidak henti-hentinya mengembangkan senyum yang menambah kadar ketampanan wajahnya. Dua puluh menit sesudahnya, ia sampai ke tempat tujuannya. Sebuah gereja berdiri kokoh di depannya. Dengan kening berkerut ia keluar dari mobil miliknya. ia baru mengambil satu langkah ketika pintu gereja terbuka dan seorang wanita  yang mengenakan wedding dress  keluar didampingi seorang pria memakai tuxedo hitam diikuti beberapa orang dibelakang  keduanya, senyum terukir dibibir setiap orang.

Tepat saat kedua orbs biru milik pria berambut pirang pasir itu bertemu dengan orbs cokelat madu sang mempelai wanita, tubuh sang pria seketika menegang, langkahnya terhenti, ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, begitu juga senyum dibibir sang wanita  yang perlahan menghilang, pandangannya mulai mengabur dikarenakan matanya kini terhalangi air mata yang siap tumpah kapan saja ia mengedipkan matanya.

Pikiran keduanya melayang, jiwa mereka meninggalkan raga dan mengelana pada masa lalu. Membongkar memori yang pernah keduanya lewati.

 

12 Februari 2011

Minggu pagi aku akan melakukan rutinitas rutinku yaitu mengajak gadis yang telah menjadi kekasihku sejak kelas 2 JHS untuk jogging  bersamaku. Seperti apa yang aku lakukan saat ini, kami berdua sedang berlari mengelilingi taman yang sudah menjadi tempat jogging  warga di kotaku. Gadisku dengan napas yang mulai tidak teratur berlari disampingku dengan wajah dibanjiri keringat juga cemberut menghiasi wajahnya miliknya, dan hal itu selalu menjadi hal yang lucu bagiku.

“Berhentilah memasang wajah bodohmu, Sean.” rutuknya padaku.

Aku menanggapi perkatannya dengan tawa yang tidak bisa lagi untuk aku tahan dan itu sukses membuatku menjadi samsak hidup gadisku.

“Hei! Sudah ku bilang berhenti dan kau malah menertawaiku? Kau sudah bosan hidup, ha!” Ia memukulku dengan kedua kepalan mungilnya yang rasa sakitnya tidak sesuai dengan ukuran tangannya. Sakit yang ditimbulkan kepalan itu cukup untuk membuat lenganku berubah warna menjadi merah. Ck, gadisku memang bisa berubah menjadi seorang yang kejam.

“Baiklah, baiklah. Hentikan pukulanmu padaku, apa kau lupa pukulanmu itu menyakitkan, Hailey.” Aku menangkap pergelangan tangan Hailey dan menariknya untuk duduk di salah satu kursi taman.

Hailey tidak membantahku, ia mengikutiku dan duduk dengan wajahnya yang masih tertekuk. Aku selalu berhasil membuatnya menampakkan wajah cemberutnya setiap aku mengajaknya jogging. Yah, gadisku bukanlah morning person.

“Kau menyebalkan.” ucapnya tanpa melihat kearahku, dan hal yang selalu ku lakukan untuk membuatnya menghilangkan wajah cemberutnya adalah dengan membelikannya es krim vanilla.

“Tunggu sebentar.” Aku beranjak bangkit dari dudukku untuk membelikannya es krim juga air mineral untukku sendiri.

Saat aku kembali dengan membawa es krim kesukaannya, ia memberikanku senyuman terindah miliknya yang kemudian ditambah dengan kecupan dikedua pipiku. Hal itu tentu saja membuat jantungku kembali berpacu cepat.

“Kau memang pria terbaik. Kau tahu kan kalau aku sangat mencintaimu.” ucapnya sesaat setelah mengecup kedua pipiku.

“Aku tahu, kau juga tahu aku mencintaimu.” Aku mengecup bibir pink tipis Hailey yang sukses memunculkan rona merah dikedua pipi mulusnya. Ah, gadisku yang menggemaskan.

 

 

20 Maret 2012

Tahun kedua sebagai siswa di SHS membuatku lebih bersemangat dari tahun sebelumnya. Aku mendapat pengalaman  baru bersama teman-temanku begitu juga dengan hubunganku bersama Hailey. Entah kenapa Hailey terlihat lebih cantik dimataku, wajahnya membuatku sulit berpaling darinya. Dia dan sikap kekanakan miliknya selalu membuatku gemas saat bersama dengannya.

Seperti saat ini dimana aku yang sedang menatapnya dari balkon depan kelasku yang terletak dilantai dua gedung sekolah kami. Hailey sedang tertawa bersama teman sekelasnya di lapangan sekolah. Kelas Hailey mendapat giliran olahraga lari. Hailey yang tadi tertawa sekarang mengerucutkan bibirnya, hal yang selalu dilakukannya diwaktu ia tidak menyukai sesuatu. Aku tertawa melihat wajah memberenggut miliknya, aku tahu pasti apa yang membuatnya memasang ekspresi seperti itu, gadisku tidak menyukai olahraga lari.

Aku masih memperhatikan Hailey, sekarang gilirannya untuk lari. Seperti biasa ia pasti akan berada di posisi terakhir. Ah, dia benar-benar tidak pernah mengalami peningkatan dengan satu hal itu. Ketika mencapai finish ia langsung membaringkan dirinya di rumput lapangan. Gadis itu, apa ia tidak sadar kaos olahraga yang dikenakannya tersingkap dan sedikit memperlihatkan bagian perutnya, Sial.

Aku menggeram dan segera berlari turun menuju satu-satunya arah yang ada didalam kepalaku. Saat sampai ditempat yang aku tuju, aku memanggil namanya. Ia mengangkat tubuhnya dari posisi berbaringnya dan melihat kearahku. Dengan cepat ia bangkit dan berlari menuju pada tempatku berdiri, dengan napas tersengal ia masih menyempatkan tersenyum padaku.

“Ada apa?” Ia melihatku masih dengan senyum diwajah miliknya, namun matanya menunjukkan kebingungan.

“Apa kau harus berbaring di lapangan tempat dimana banyak laki-laki lain berada?” desisku, dan berusaha keras menekan amarahku yang terancam meledak.

“Aku tidak mengerti maksud dari perkataanmu, Sean. ”

“Kaos milikmu terangkat dan memperlihatkan perutmu, bodoh! Apa kau tidak sadar bahwa kau menjadi santapan bagi laki-laki lain?!”

Hailey tidak menjawabku, ia hanya berdiri didepanku dengan wajah konyol miliknya. Mata terbelalak dan mulutnya yang terbuka lebar, juga sorot mata yang menunjukkan ia tidak menyangka aku akan membentaknya seperti ini. Damn! Aku bahkan lebih tidak mengerti mengapa aku harus sekesal ini. Aku hanya merasakan tubuhku panas dan secara tidak sadar berlari ke lapangan hanya untuk menegur sipelaku yang bahkan tidak mengerti apa yang aku marahkan. For God Sake.

“Semua baik-baik saja, Miss. Miller dan Mr. Carter?” tanya sebuah suara yang berasal dari belakang Hailey. Tepat 20 langkah dari posisi kami berdua, Mr. Jackson guru olahraga kami bertanya dengan wajah menyelidik. Sial.

Inilah akibat dari sikap impulsif yang baru saja kau lakukan Sean. Aku tidak menyadari, sejak kedatanganku ke lapangan kami berdua sudah menjadi pusat perhatian. Terlebih dengan aku yang membentak Hailey dengan suara keras, aku yakin mereka mendengar apa yang aku katakan. Shit, shit, double shit.

“Hm..” aku berdehem untuk mengatur ekspresi wajahku. “Yah, semua baik-baik saja, Sir.” Aku menjawab pertanyaan Mr. Jackson yang tidak langsung menerima jawaban yang aku berikan, tapi juga tidak membantah perkataanku. Ia hanya memperhatikan kami berdua selama beberapa saat kemudian mengangguk.

“Selesaikan urusan kalian berdua di waktu istrahat, dan segera kembali kesini Miss. Miller.” Ucap Mr. Jackson.

Aku memegang bahu Hailey untuk mengembalikan kesadarannya yang hilang entah kemana. Ia nampak linglung untuk sesaat sebelum sesuatu yang diingatnya membuat kesadarannya kembali.

“Um.. um.. Maaf. Aku tidak tahu jika kaos yang kukenakan akan tersingkap. Aku hanya lelah dan tidak memikirkan apapun saat aku memilih untuk berbaring, aku tidak akan mengulanginya lagi.” Ia tertunduk dengan kedua tangannya meremas keliman bawah kaos olahraganya.

Gadisku yang manis. Ia bahkan tidak balik membentakku atas keabsuran tindakanku. Dia bahkan memilih mengalah dan meminta maaf. Inilah yang membuat hubungan kami sejak kelas 2 JHS bertahan hingga kami duduk dibangku kelas 2 SHS. Apa lagi yang bisa membuatku menginginkan gadis lain? Jika didepanku berdiri gadis yang sempurna bagiku? Aku tidak akan melepaskan gadis ini.

“Maafkan aku juga. Aku hanya tidak suka melihat laki-laki lain melihat hal yang hanya boleh aku lihat.” Aku menyeringai padanya yang membuat pipinya dijalari semburat merah yang membuatku ingin menciumnya sekarang juga.

“Sebaiknya kau kembali bergabung dengan teman-temanmu. Sampai jumpa saat jam istrahat.” Aku mengusap puncak kepalanya dan memutar tubuhnya, mendorong lembut punggungnya menyuruhnya kembali.

Ia beranjak dari tempatnya berdiri dan mulai berjalan, namun beberapa langkah,  ia tiba-tiba berhenti dan berbalik arah kembali menuju kearahku. Hal itu sukses membuatku mengangkat alisku. Ia berhenti di depanku dan melakukan hal yang membuatku memaku diriku dipinggir lapangan untuk beberapa saat, bahkan ketika sipelaku sudah kembali berkumpul dengan teman sekelasnya. Kau ingin tahu apa yang dilakukan gadis nakal tadi? Well, ia tidak melakukan sesuatu yang ekstrim, ia hanya mengecup dan sedikit melumat bibirku. Wth.

 

12 April 2013

Tahun ketiga kami berada ditingkat SHS. Tahun dimana semua fokusku hanya tertuju pada pelajaran. Aku menumpukan semua fokusku agar bisa memahami semua mata pelajaran yang kami pelajari, terlebih pelajaran yang akan diujikan pada ujian akhir sebelum kami pada akhirnya akan melepas masa remaja kami menyambut status baru sebagai mahasiswa. Mahasiswa. Kata yang aku sukai dan impikan, aku tidak sabar meninggalkan bangku SHS.

Karena kesibukan baruku mengambil banyak perhatianku, aku tanpa sadar telah membuat seseorang yang selalu menjadi prioritas dalam hidupku merajuk. Ah, aku sangat menyesal karena akhir-akhir ini mengabaikan dirinya.

Aku bukannya sengaja ingin menghiraukan dirinya, aku hanya ingin membuat waktu untuk diriku dan dirinya fokus pada pelajaran agar kami berdua lulus dengan nilai yang memuaskan. Bukankah niatku sangat bagus? Sepertinya sang putri tidak setuju denganku. Seperti dia yang tiba-tiba datang padaku setelah beberapa bulan tidak pernah bertemu selain kesekolah dan berkirim pesan selamat tidur. Hm,,, aku tidak tahu jika ternyata aku sangat merindukan sosok mungilnya.

Ia menerobos masuk kedalam kamarku dan menutup salah satu buku pelajaran yang sedang aku baca dimeja belajar. Aku yang masih dalam keadaan terkejut karenanya hanya bisa menatapnya dengan kebingungan yang tidak aku sembunyikan.

Ia menghela napas kasar, “ Sejak kapan kau menjadi seorang nerd? Aku tidak tahu pacarku adalah seorang yang sangat menggilai buku pelajaran bahkan dihari minggu dimana seharusnya ia memanfaatkannya untuk beristrahat.” Ia menatapku tajam dengan kedua tangannya yang bertengger manis dipinggang ramping miliknya.

Hm,, melihatnya berpose seperti itu membuatku merasa geli. Ayolah, gadisku bukanlah tipe seorang gadis menyeramkan. Ia tidak akan cocok dengan image seperti itu. Dengan wajahnya yang berbentuk hati dan tulang rahangnya yang tidak terlalu tegas menciptakan kesan lembut bagi gadisku. Ia lebih terlihat menggemaskan bagiku.

“Apa sekarang kau juga berubah menjadi seorang bisu?” Ia kembali bertanya padaku.

Wajahnya menunjukkan ketidaksabaran dan aku tahu sekarang adalah waktuku untuk menjawab pertanyaannya, sebelum ia berubah dari seorang gadis lucu menggemaskan menjadi seorang hulk. Dia memang tidak akan bisa menunjukkan raut wajah marah, hanya saja kelakuannya yang berubah menjadi seperti tukang pukul yang meninggalkan bekas dan rasa sakit adalah hal yang mengerikan dari gadisku.

“Aku hanya mengisi waktu luangku, Hailey.” Aku menjawabnya dengan memberikan senyumanku padanya berharap bisa memadamkan api yang sepertinya mulai memercik dalam matanya.

O o… aku salah dalam memilih jawaban. Api dimatanya semakin bertambah karena itulah meski aku tidak melihatnya mengangkat tangannya aku sudah langsung menjadikan kedua tanganku sebagai tameng yang menghalau pukulan yang akan datang padaku. Dugaanku terbukti, sedetik sesudah aku mengangkat kedua tangan kedepan tubuhku aku merasakan pukulan bertubi-tubi dari tangan mungil milik Hailey.

“APA!! Kau mengatakan hanya untuk mengisi waktu? Aku yang mati-matian belajar dan masih tidak mengerti dengan semua rumus yang ada dalam matematika, dan kau seenaknya berkata kau belajar hanya ingin mengisi waktu. Sombong sekali. Sialan kau.” Pukulannya makin menjadi. Sial aku rasa kulitku sudah memerah.

“Kau laki-laki sialan. Menyiksaku dengan tidak pernah menemuiku selain hanya berpapasan disekolah. Dirumah kau tidak datang padaku. Kau hanya mengirim pesan tidak berguna menyuruhku tidur. Apa kau tidak mengerti aku yang tersiksa karena sangat merindukanmu, HA? Aku, aku tahu kau ingin fokus tapi tidak dengan berhenti menemuiku dan mengacuhkanku selama lebih dari beberapa bulan, bodoh. Kau bajingan brengsek!!”

Setelah mengakhiri ucapannya pukulan pada tubuhku juga ikut berhenti. Aku menurunkan kedua tanganku dan melihat Hailey yang berdiri didepanku sedang menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Bahunya berguncang-guncang ditambah dengan tangisnya yang sesegukan.

Damn!!! Double shit. Apa yang telah aku lakukan? Apa aku benar-benar keterlaluan? Tentu saja bodoh. Kau mengacuhkannya selama beberapa bulan ini. Kau hanya menyapanya disekolah tapi tidak mengajaknya untuk bersamamu. Kau hanya mengirimkan pesan bodoh yang berisi kata selamat malam dan tidur yang nyenyak, padahal rumahmu dengannya hanya berbeda satu rumah. Kau seperti menjauhinya, ah, tidak kau memang sudah menjauhinya.

Oh Tuhan, aku membuatnya merasa aku akan meninggalkannya. Stupid you, Sean Carter.

“God, Hailey. Hey, maafkan aku. Aku tidak tahu jika aku sudah keterlaluan. Aku tidak berpikir jika tindakanku membuatmu merasa diabaikan. Maafkan aku, okey. Dont cry, kau menyakitiku dengan tangisanmu.” Aku bangkit dari dudukku dan menarik tubuhnya masuk dalam pelukanku.

Tangis Hailey semakin keras didadaku. Ia sudah melepas kedua tangan yang menutupi wajahnya dan kini melingkarkan tangan kecilnya disekeliling tubuhku. Oh God, aku tidak tahu jika aku sangat merindukannya. Merindukan sosoknya, aroma vanilla yang berasal dari tubuhnya, dan tubuh mungilnya yang berada didalam pelukanku. I miss her so damn crazy.

Setelah tangis Hailey berhenti, aku membimbing tubuhnya kekasur dan merebahkan tubuh kami berdua. Hailey masih belum melepas pelukanku. Ia malah semakin mengeratkan pelukannya ditubuhku dan menyurukkan kepalanya kecekungan diantara leher dan bahuku. Mengendus bauku seperti seekor anjing kecil. Gadisku yang menggemaskan.

“I miss u.” Ia bergumam masih dengan posisinya yang setia mengendus leherku.

Aku terkekeh geli karena tingkahnya sebelum menjawab perkataanya. “ Miss u too,” balasku sembari mengeratkan pelukanku.

“Maafkan aku yang mengabaikanmu, aku tidak pernah bermaksud seperti itu.”

“Aku tahu, kau kadang bisa menjadi seseorang yang sangat tidak peka dan kejam, jika kau mau.”

Perkataan Hailey berhasil membuatku terkekeh karenanya. Tuhan tahu aku sangat mencintai gadis yang berada dalam pelukanku.

 

 

20 Mei 2014

Aku dan teman angkatanku sudah lulus sejak Juni tahun lalu, aku yang memang sudah berniat masuk ke jurusan arsitek melanjutkan kuliahku di Architectural Association. Architectural Association atau orang-orang biasa disebut AA merupakan sekolah arsitek yang berada di London, Inggris. Kampus yang secara resmi didirikan pada tahun 1890 ini telah melahirkan banyak sekali pemimpin di bidang arsitek di seluruh dunia. Bahkan pimpinan perusahaan arsitek tingkat dunia pada saat ini banyak yang memiliki kecenderungan untuk merekrut alumni AA ini setelah para mahasiswa AA lulus nanti. Sekolah ini termasuk sekolah arsitek yang paling diperhitukan dan paling kompetitif di dunia internasional. Kampus ini juga memiliki toko buku sendiri yaitu AA Bookshop yang menjual berbagai buku arsitektur. Para mahasiswa disini juga ada yang pernah mendapatkan Penghargaan Stirling dan juga Pengargaan Pritzker. Karena alasan itulah aku bersemangat untuk bisa diterima di AA.

Dan usahaku tidak sia-sia aku berhasil masuk dan salah satu peserta ujian yang mendapat nilai tinggi saat ujian masuk. Bisa kau bayangkan betapa senangnya aku? Sangat. Sedang gadisku memilih melanjutkan kuliahnya di Central Saint Martins, kampus khusus bagi mahasiswa yang tertarik dibidang fashion. Sekolah fashion satu ini merupakan satu bagian dari University of the Arts London atau UAL yang khusus menawarkan program-program fashion. Christopher Kane, Alexander McQueen, Paul Smith, dan Stella McCartney merupakan beberapa lulusan ternama dari sekolah fashion satu ini.

 Yah, Hailey sejak kami kecil sangat menyukai hal-hal yang berhubungan dengan bidang itu. Sudah bisa kalian tebak,bukan? Aku dan Hailey berbeda kampus, hal yang membuat kami mulai jarang untuk menghabiskan waktu bersama.

Terlebih diawal-awal masuk kuliah kami berdua bahkan tidak pernah bertatap muka meskipun berada di kompleks perumahan yang sama. Kadang jika aku punya waktu luang maka Hailey yang mempunyai kesibukan begitu pun sebaliknya.

Sepertinya kami berdua terlalu larut dalam euforia menjalani kehidupan sebagai mahasiswa. Banyak hal baru yang terasa sangat berbeda dengan ketika kami masih duduk di bangku SHS. Organisasi di kampus yang lebih banyak dari yang ada diwaktu sekolah, membuatku terlena, materi tentang segala yang berhubungan dengan arsitek membuatku bersemangat lebih dari apapun. Hal yang aku yakini juga terjadi pada Hailey.

 

TiwiWhielfElf

Just a weirdo girl who loves book and writing

17 Komentar

  1. Pict nya yoona ama sehun tp namnya haley ama sean :CURIGAH

    1. TiwiWhielfElf menulis:

      Itu cover yg memang untuk cerita aku di blog. Main cast.a emang sehun-yoona as sean n hailey.

  2. Aku suka pembagian flashbacknya >.<
    Jadi kaya baca buku diari :)
    Oiya, sedikit koreksi ya…
    untuk penulisan tempat biasanya dipisah.
    Contoh : di sana, di sekolah, di punggung, dll.
    Dan aku ga ngeliat typo x))

    Semangaatt untuk menulisnya,
    maaf apabila kurang berkenan :)

    Salam kenal,
    Nuy

    1. TiwiWhielfElf menulis:

      Wahhh…
      makasihh kk???… saran.a dn kritik.a bermanfaat banget kk??.. makasih udh mau komen kk

  3. sweet,,,

    1. makasih :HUAHAHAHAHA

  4. So sweettttt

    1. Maksih dh komen??

  5. farahzamani5 menulis:

    Lahhh ini cerita lama yak, aw blom baca masa hihi
    Tp dah vote masa, lahhhh gmn aq haha
    Nnt ya bca nya

    1. ????….

      Ok kk.. makasih vote.a??

  6. fitriartemisia menulis:

    whoaaaaaa baby thehun hihi
    bagus ceritanyaa

  7. syj_maomao menulis:

    Aihhh mereka manissss, tapi ibarat kata tenang sebelum badai >_<
    Persiapan hati untuk next part :LARIDEMIHIDUP

    1. :HULAHULA

      Siapin hati y.. yg setrong :MAWARR :dragonhihihi

  8. :NGEBETT

  9. Ditunggu kelanjutannyaa