Vitamins Blog

DWINA part 11

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

Love it! (No Ratings Yet)

Loading…

11. Hah?

Akhirnya…. Gue pulang!!!

Sebuah senyuman mengembang di bibir Dwina walaupun dirinya masih terjebak satu mobil dengan Arya. Dwina tidak peduli pada setiap alasan yang di berikan Kak Bayu mengenai kenapa Dwina lebih baik satu mobil dengan Arya. Intinya ia sudah cukup bahagia menuju rumah.

Tadi pagi Angel bersama pacarnya menjenguk Dwina di kediaman keluarga besar Arya sebelum Dwina pulang menuju Jakarta. Untung saja Angel memperlakukan Dwina santai tidak seperti yang lain, dirinya di anggap layaknya gelas kaca takut pecah.

Paling Angel akan mengatakan “garuk aja sampe berdarah wi” bila suatu kali Dwina merasa ruam merahnya gatal sekali kemudian secara refleks dirinya langsung menggaruk ruam merah tersebut. Itu sindiran apa do’a? memang Angel kalau ngomong suka pedes kayak cabe rawit bikin Dwina dongkol mendengarnya.

Dibalik kemudi, Arya melirik Dwina sedang senyum-senyum berkutat dengan ponsel sembari mengunyah permen karet. Entah Arya juga tidak mengerti ada angin dari mana, Ia ingin sekali menyinggung alasan kenapa Dwina tidak pernah mau berpacaran.

“Kamu punya pacar?” pertanyaan Arya terdengar sangat lapuk, padahal dia sendiri juga sudah tahu betul jawabannya.

“Nggak punya” Arya mencebik sebal mendengar nada cuek dari Dwina. Kehadiran dirinya seolah tidak lebih berharga dari ponselnya.

“Memang kenapa kamu nggak pacaran?” Dwina baru menoleh ke arah Arya mendapati pertanyaan tersebut.

“Males aja”

“Maksud kamu gimana? kan pacaran lumayan seru?” ujar Arya dengan nada antusias plus bangga memilki setengah lusin mantan pacar. Pengalamannya selama pacaran pastinya ada saja yang membuat dirinya senang, sedih, ketawa, kecewa, berantem, marah-marahan, mencoba mengerti satu sama lain dan masih banyak lagi. Intinya pacaran itu membunuh rasa bosan di saat kita sedang sendirian.

“Pacaran itu nggak enak. Semua di batasin. Sekalinya mau sayang-sayangan nggak boleh ke bablasan sampai gitu-gituan. Intinya nggak enak deh dan takut dosa”

“Maksudnya ‘gitu-gituan’ itu gimana?” ini orang terlalu alim atau pura-pura nggak tau. Batin Dwina mendesis malas.

Making love, sex, bercinta yah… sejenihnya lah. Bukan hanya laki-laki aja yang mikir begituan kan? dan setan itu ada dimana-mana” timpal balik Dwina dengan santai karena Dwina menganggap mereka bukanlah seorang abg apalagi anak kecil. Mungkin diri Dwina terlalu banyak membaca novel erotic. Jadi, begitulah pemikirannya sulit lepas dari hal bersifat sex. Dia bukanlah perempuan naif karena dirinya juga mengharapkan imajinasi erotisnya menjadi kenyataan tapi harus di tuangkan pada orang yang halal bukan pada sembarang laki-laki.

Arya tidak percaya tampang datar dan lugu Dwina berhasil menipunya. Parahnya penjelasan Dwina membuatnya tak berkutik.

“Jadi kamu maunya nikah?”

“Yap. Aku maunya nikah. Laki-laki yang serius sama aku itu bukan ngajakin aku pacaran tapi berkomitmen. Kayak Kak Dika berani ngelamar aku langsung di hadapan Ayah walau langsung di tolak sama Ayah dan Kak Bayu karena aku belum lulus kuliah”

Hati Arya memanas mendengar ada saingan yang sudah bergerak lebih cepat darinya. Kehadirannya memang sangat terlambat untuk mengenal Dwina, ditambah lagi ketika mereka sampai di rumah kediaman Dwina sudah ada seorang laki-laki telah menunggu kedatangan Dwina. Alam bawah sadar Arya menggeram.

Dwina langsung beranjak keluar mobil lalu mengatakan “Oh.. Vino ada urusan apa kesini? udah nunggu lama?” pada laki-laki berjaket denim sama seperti Arya dengan tinggi tubuh lebih pendek dari Arya maupun Bayu.

“Aku mau ngambil flasdisk aku di kamu, ada data penting aku di sana”  alasan yang udah basi untuk bisa bertemu dengan seorang perempuan kenapa nggak to the point aja ‘gue mau ketemuan sama lo!’ cela batin Arya kemudian ia memilih melangkah mendekati mereka sembari membawakan ransel Dwina.

“Aku masuk dulu ya” bisik Arya pada Dwina lalu tersenyum hangat membuat orang lain menganggap mereka memiliki hubungan spesial. Tapi bukankah mereka pernah tidur satu ranjang termaksud hal spesial? bisa menikmati setiap inci wajah tidur Dwina sepuas hati.

Dwina merinding Arya betingkah aneh seperti itu. Ada kilatan emosi terpancar dari mata Arya ke arah Vino yang tidak dipahami oleh Dwina. Kenapa laki-laki satu ini sifatnya nggak jelas ya? Seru bati Dwina sebal. Biarkan saja Arya seperti itu, ia tidak mau peduli. Lagi pula Arya bukan siapa-siapanya.

oOOOo

Setelah jalan-jalan dari Bandung semua kegiatan Dwina kembali seperti sedia kala. Betapa Dwina merindukan kehidupannya yang wajar, membuat alam bawah sadarnya tersenyum bahagia. Tidak ada lagi Arya, tidak ada lagi jantung berdetak tidak karuan, tidak ada lagi suhu dingin memekakan tubuhnya, tidak ada lagi yang memerintahnya menggunakan jaket tebal, tidak ada lagi alergi, tidak ada lagi gatal, tidak ada lagi sesak napas dan semua tinggal kenangan yang tersimpan baik di masa lalu Dwina.

Dwina menikmati membaca novel di genggamannya dengan hikmat di gazebo rumah. Alergi dinginnya telah hilang jadi Dwina bisa sesuka hati menggunakan hotpents super pendeknya. Liburan semesternya akan berakhir besok. Jadwal kuliahnya telah ia tata dengan rapih walau ada banyak sekali kenadala pada sistem akademik dari Universitasnya hingga menyita waktu satu minggu. Semua mahasiswa terpaksa fokus mentengin layar komputer untuk menghindari dosen danger  yang bisa berakibat fatal yaitu mengulang kelas di semester depan. Big No!

Ada notifikasi Line masuk ke ponsel Dwina. Arya Wijaya mulai berteman dengan anda. Hah?

“Awas kalau kamu blokir” terdengar suara berat dari arah belakang Dwina lebih mengagetkannya. Segera dia terduduk dari rebahannya untuk menatap sesosok laki-laki yang sudah lama tidak ia temui hampir sebulan. Arya bersender pada sudut puntu menatapnya dengan tatapan ancaman. Lalu dia beranjak pergi begitu saja meninggalkan Dwina yang masih melongo sendirian bingung kenapa laki-laki itu ada di sini?

Kaki gue!!! Dwina kelimpungan baru menyadari betapa kakinya sangat terekspos tanpa sensor karena lama mengamati betapa tampannya Arya saat ini mengunakan stelan kaos putih terlapisi kemeja coklat yang sengaja kancingnya di lepas. Kenapa Arya selalu saja dateng pas-pasan aku lagi memakai hotpens super pendek? Dwina berlari bertelanjang kaki menuju kamar. Marah-marah, meruntuki kejadian tadi.

Sedangkan Arya menahan tawanya mendengar omelan tak berhenti dari arah kamar Dwina. Senang sekali membuat Dwina kebingungan atas kehadirannya yang tiba-tiba untuk menjemput Bayu untuk menuju proyek mereka.

“Kenapa lo?” tanya Bayu nggak suka. Hari ini Bayu begitu sensitive karena lus kemarin dia baru saja putus dari Juwita.

“Nggak. Yuk berangkat” Arya mendahului Bayu menuju mobil Audy A7 miliknya. Arya tersenyum karena akhirnya a bisa melihat Dwina setelah sekian lamanya ia menahan sekuat tenaga. Setelah pergi dari Bandung, tanpa sepengetahuan Dwina, Arya pernah mendatangi kediaman perempuan tersebut untuk tujuan tergila di sepanjang hidupnya.

 

7 Komentar

  1. Bayu kenapa?? kok putus sama Juwita,,
    Arya, udahla nikahin aja Dwina,,
    udah gak sabaran gitu kok,,

  2. Dwina malu malu serigala
    … haha
    ..

  3. Mobilnya arya rrrr .. secara uda tampan mapan pula :NGEBETT

  4. Wah jangan2 arya mau ngelamar dwina hehehhe
    Arya klo main slalu diwaktu yg tepat hahhaha bisa liat pemandangan bagus dong ya hahhaha

  5. Kapan nikahi nih?
    Wkwkwk, pertanyaannya​ ngk horor kn buat pasangan ini

  6. fitriartemisia menulis:

    Arya rawrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr

  7. Buruan married ajaaaa Arya ma Dwina??