Vitamins Blog

Helena (Bab 2. Tuan Menjengkelkan)

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

379 votes, average: 1.00 out of 1 (379 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Musim gugur, tahun 2015

Emosi James tidak kunjung membaik. Amarahnya masih berada di ubun-ubun saat ia tiba di apartemen mewahnya di daerah jantung Kota New York. Ia berjalan dengan punggung tegak menuju meja bar kecil yang terdapat di ujung ruang santainya. Pria itu membuka tutup botol lalu menuangkan brendy mahal itu ke dalam gelas kristal untuk dirinya sendiri.

Gara-gara Casandra dia batal memiliki teman kencan malam ini. “Brengsek!” makinya kasar. Lalu dia harus menghadapi sang drama queen setelahnya, seolah belum cukup dia kembali harus berhadapan dengan wanita sialan yang diyakininya ingin menguras uangnya.

“Omong kosong!” ujarnya yang diakhiri sebuah umpatan kasar saat ia teringat akan wanita berambut cokelat madu itu. Ia mendesis, meletakkan gelas brendy-nya kasar lalu menyambar kamera yang dirampasnya dari Helena. “Tidak mengenalku, huh?” bisiknya sinis. “Kau akan mendapatkan uang jika kau menjual tubuhmu padaku!” ucapnya dengan gigi gemertuk.

Saat ini tidak ada binar mata menggoda yang selalu diperlihatkannya pada setiap wanita yang ditemuinya. Juga tidak ada binar mata ramah yang selalu diperlihatkannya pada kolega-koleganya. Saat sendirian James bebas menjadi dirinya sendiri—dingin, antipati dan kesepian. James kembali mendengus kasar, sebelum dengan cepat ia menyalakan kamera digital milik Helena. Ia lalu menekan tombol on, menatap layar LCD kamera sementara jari tangan kanannya dengan lincah menekan tombol navigasi.

Satu foto.

Dua foto.

Dua puluh foto telah ditampilkan dan dilihatnya pada layar LCD, namun kenapa tidak ada satu pun foto dirinya dan Casandra di sana? Tidak ada satu pun. Ini tidak mungkin, ujarnya dalam hati. Ia dengan jelas melihat wanita itu mengambil beberapa foto ke arahnya. Dia tidak mungkin salah, kan?

James menekuk keningnya dalam. Rasa penasarannya membuatnya melihat lebih banyak foto yang tersimpan di dalam kamera itu. Wanita itu jelas sudah pergi ke beberapa negara selama ini, itu yang bisa disimpulkan James saat melihat hasil jepretan foto yang tersimpan di dalam kamera itu.

Pria itu terus melihatnya dengan gerakan cepat, dan tawanya pun meledak setelah sepuluh menit dia berkutat dengan benda di tangannya itu

Pria itu terus melihatnya dengan gerakan cepat, dan tawanya pun meledak setelah sepuluh menit dia berkutat dengan benda di tangannya itu.

Brengsek! Wanita itu ternyata tidak berbohong. Dia sama sekali tidak mengambil foto dirinya dan Casandra. Wanita itu hanya mengambil beberapa foto bangunan di sebelah restoran tempatnya makan malam bersama dengan Casandra serta foto pejalan kaki yang berlalu-lalang di sekitarnya.

James terkekeh pelan. “Sekarang wanita itu membuatku tersinggung,” gumamnya dengan senyum aneh. “Dia mengabaikanku dan memilih untuk mengambil objek lain?” James mndecih, terlihat tidak suka karena untuk kali pertama dia merasa diabaikan oleh seorang wanita muda yang cantik.

Senyum James kembali terkembang dengan aneh. Pria itu mematikan kamera, lalu membawanya beserta gelas brendy-nya menuju kamar pribadinya.

Siapa pun wanita itu, dia pasti akan kudapatkan, janjinya di dalam hati

Siapa pun wanita itu, dia pasti akan kudapatkan, janjinya di dalam hati. “Selamat datang di duniaku, Nona,” bisiknya menggoda. “Cepat atau lambat kau akan kumiliki seutuhnya.” James tersenyum sinis, sangat yakin jika wanita berambut cokelat madu itu memiliki sifat yang sama dengan wanita-wanita yang selama ini dikencaninya. Wanita itu pasti akan takluk oleh pesona serta kekayaan yang dimilikinya.

Pasti. Tidak akan salah lagi, pikirnya.

“Dan aku juga sangat yakin jika kau akan datang padaku besok,” tambahnya sinting.

***

Helena menegakkan bahu, menetapkan hati jika ia harus melakukan hal ini. Dia harus bisa mengambil kembali kamera miliknya. Benda itu sudah seperti nyawanya. Bukan berarti dia tidak memiliki kamera lain, namun karena kamera itu menjadi favoritnya dalam waktu satu tahun belakangan ini, Helena selalu mengambil foto menggunakan kamera tersebut, dan semua pekerjaannya ada di dalamnya.

Sejujurnya dia cukup terkejut saat tahu jika pria brengsek yang mengambil kameranya kemarin merupakan pemilik salah satu perusahaan penerbitan besar di Negara ini. Double sialan! Pikirnya masam.

Helena kembali dikejutkan karena ia tidak mendapat kesulitan berarti untuk menemui pria yang diketahuinya bernama James Smith. Entahlah, dia merasa jika kedatangannya siang ini sudah ditunggu oleh pria menyebalkan itu. Helena menggeleng pelan, berusaha untuk mengenyahkan pemikiran konyol itu dari dalam kepalanya.

Sayangnya ia kembali merasakan hal aneh lainnya saat seorang wanita berambut pirang, berpenampilan tanpa cela yang memperkenalkan diri sebagai recepsionis perusahaan itu menawarkan diri dengan senang hati untuk mengantarnya ke kantor milik James d...

Sayangnya ia kembali merasakan hal aneh lainnya saat seorang wanita berambut pirang, berpenampilan tanpa cela yang memperkenalkan diri sebagai recepsionis perusahaan itu menawarkan diri dengan senang hati untuk mengantarnya ke kantor milik James di lantai sepuluh. Wanita itu memang bersikap sangat sopan, namun Helena bisa menangkap kesan tidak suka yang diperlihatkan secara samar oleh wanita itu pada dirinya.

“Hai, Sayang. Kenapa baru datang? Aku sudah menunggumu dari tadi,” kata James saat Helena masuk ke dalam ruangan, sementara wanita berambut pirang yang mengantarnya menutup pintu, meninggalkan Helena di dalam wilayah kekuasaan seorang James Smith.

Helena menoleh lewat bahunya, berusaha mencari keberadaan wanita lain yang dipanggil dengan panggilan mesra pria gila di hadapannya ini. Ia menekuk keningnya dalam, lalu menoleh ke arah James yang tersenyum seksi ke arahnya. “Siapa yang kau panggil Sayang?” tanyanya dengan nada dingin dan menusuk. “Jangan basa-basi, aku datang untuk mengambil kamera milikku!” tambahnya masih dengan sikap bermusuhan yang justru membuat James semakin tertarik padanya.

James merengut, pura-pura tersinggung. “Jadi, kau datang hanya untuk mengambil kameramu?” tanyanya dengan nada sedih dipaksakan.

“Jangan main-main, Mr. Smith. Anda tahu apa alasan saya menemui Anda saat ini,” balas Helena dengan nada suara yang semakin tajam. Ayolah, dia tidak punya banyak waktu untuk bermain-main dengan pria semacam James. Dia sangat sibuk, pekerjaannya sudah menunggunya dan dia memerlukan kameranya untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Keduanya terdiam sejenak, sementara Helena menekuk keningnya dalam sebelum akhirnya terbelalak saat ia mulai menyadari sesuatu hal. “Jadi kau sudah tahu jika aku tidak memiliki niat untuk memerasmu, kan?” tanyanya dengan suara menuduh.

James mengendikkan bahu. “Aku belum tahu. Aku belum melihat isi kameramu,” dustanya lihai. “Asal kau tahu, aku memang selalu takluk oleh wanita cantik. Dan sekarang kau menaklukkanku dengan pesonamu, Cantik,” ujarnya gombal.

“Simpan rayuanmu pada wanita lain, Sir. Aku bukan wanita yang bersedia membuka lebar kedua kakiku untuk seorang pria perayu sepertimu.”

Bahu James merosot, dari atas kursi kerjanya yang nyaman dia mengamati penampilan cuek Helena. Well, wanita itu memang tidak mengenakan pakaian seksi, namun walau demikian gairahnya terhadap wanita minim ekspresi itu sama sekali tidak berkurang. “Kau menyinggungku, Nona,” ujarnya dengan senyum sensual.

Helena memutar kedua bola mata, ingin rasanya dia mencakar wajah tampan pria menyebalkan itu. “Berhenti main-main, Sir. Aku hanya menginginkan kameraku,” ulangnya dengan nada lebih bersahabat. Ia berpikir mungkin pria ini akan luluh jika dia sedikit memohon dan tidak menentangnya. Demi Tuhan, Helena hanya ingin segera pergi dari tempat ini dan menegaskan di dalam hati jika ke depannya dia tidak boleh berurusan dengan James Smith.

Ia tahu jika ini mungkin akan terdengar terlalu mendramatisir, namun entah kenapa ia merasa jika pria yang selalu mengumbar senyum menggoda di hadapannya ini sangat berbahaya dan licik.

“Sayang sekali aku lupa membawa kameramu. Maaf!”

Suara serak James dan permintaan maaf pria itu sama sekali tidak menggugah hati Helena. Wanita itu benar-benar marah sekarang. Bagaimana bisa pria itu dengan mudahnya mengatakan jika dia tidak membawa kamera miliknya?

“Sialan, kau benar-benar menguji kesabaranku!” bentak Helena tepat di depan wajah James yang masih terlihat begitu tenang walau Helena menggebrak meja kerjanya keras. “Aku memerlukan kamera itu untuk menyelesaikan pekerjaanku,” tambahnya dengan kilat mata serta desisan mengancam.

Helena muak. Dia benar-benar merasa muak karena James mempermainkannya saat ini. Pria itu bahkan terlihat sangat menikmati kemarahannya saat ini. “Jangan pikir hanya karena kau memiliki banyak uangm kau bisa mempermainkan orang lain sesuka hatimu.”

James menelengkan kepala, memasang pose tidak mengerti, sementara jari-jari tangannya saling bertaut di atas meja. “Apa maksudmu?” tanyanya terdengar polos namun menyebalkan di telinga Helena. Pria itu mengangkat sebelah bahunya ringan dan kembali bicara dengan nada meminta maaf, “Pagi ini aku terburu-buru datang ke kantor,” jelasnya. Ia mengambil napas, lalu kembali bicara, “karenanya aku lupa membawa kameramu bersamaku.”

Helena memejamkan mata, sementara jarinya disusurkan ke rambut coktanya yang tergerai hingga di bawah bahu. Perlahan dia menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan pelan juga. Wanita itu kemudian menghitung di dalam hati hingga sepuluh, sebelum membuka mata dan kembali bicara dengan nada lebih tenang. “Bisa kau minta tolong supir, pembantu atau pegawaimu untuk mengambilnya?” Helena mengangkat kedua tangannya ke udara. “Demi Tuhan, aku benar-benar membutuhkan kamera itu.”

James kembali mengangkat bahu, lalu mengulum sebuah senyum yang tidak disukai oleh Helena. “Kau bisa mendapatkan kameramu kembali,” ucapnya tenang. “Namun aku memiliki sebuah syarat yang harus kau penuhi jika kau benar-benar menginginkan kamera milikmu kembali utuh,” lanjutnya membuat Helena mencondongkan tubuhnya dan mendaratkan sebuah tamparan keras di pipi kanan James.

20 Komentar

  1. O ou james jangan main2 sama wanita yg lagi marah kkk~~ :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP :LARIDEMIHIDUP

  2. elvira naina13 menulis:

    Hahaha rasain loh kena tampar dari helena

  3. Ow,,,ow apa itu syaratnya? Segera update y, penasaran nie?

  4. Hihi.. Lucu. Ayoo lanjutin lagi

  5. James mank licik banget heehhehe. Jgn2 syaratnya agar Helena mau tidur denganya. Bagus Helena tampar saja tu cowok brengsek klo perlu dihajar heheheheheh

  6. Jameeessss :blackcubit natskall

  7. Keren….
    di lanjut ya Kak…. ??????

  8. Nice ….

  9. James licik juga….tahan kamera pulak….

  10. Penasaran, harus sabar nih nunggu kelanjutan ceritanya :PATAHHATI :PEDIHH

  11. james oh james
    manusia modus
    hahhaha

  12. :LARIDEMIHIDUP

  13. Hiiihhh grmes bgt sm james ???

  14. Sweet dahh jamess ??????

  15. Wajihah syarifah menulis:

    :HUAHAHAHAHA emang enak di tampar :ketawaalapenjahat

  16. ReniPuji_14 menulis:

    maknyus kena tampar helena wkwkw

  17. Wkwkwk, kena tampar Helena

  18. fitriartemisia menulis:

    good Helena wkwkwk :semburnih

  19. Wkwkwkwkwk lucu yaaa

  20. Ditunggu kelanjutannya