Symphonic Poem -6-

Pernah kumeredam rindu agar takdir tak tahu, biar sepi itu berlalu tanpa meninggalkan pilu yang lebam membiru. Hingga di waktu yang entah, takdir datang menghukumku teramat kejam. Kau direnggut paksa dari ingatanku. Hancurkan satu-satunya hal yang kuperjuangkan dalam hidup. Menangis penuh sesak kuhujat semesta yang berpesta di atas duka. Sampai senja datang dengan berselimutkan kelabu …

Symponic Poem -5-

Bajingan Pematah Janji~ Tak perlu kau pikirkan perasaan orang lain. Terlihat jelas bahagiamu terlalu egois untuk dibagi. Bersenang-senanglah dengan dia yang kau pilih untuk menemanimu sampai tua. Hingga suatu hari nanti, mendengar namaku akan membuatmu terbunuh tepat di dada. Penyesalan akan menggerogoti perasaanmu. Ucapan maaf akan kau teriakan dalam setiap doa. Dan tangisan akan menyelimuti …

Symphonic Poem -3-

Pada suatu sore yang asing, sepasang kaki berkelana dalam hening, dengan menjinjing kenangan yang terbujur beku oleh dingin. Tertatih ia melewati ingatan penuh duri, tak ada lagi sepasang tangan yang merengkuhnya penuh kasih. Semua hilang tak kembali. Sedetik angin berembus di helai rambut yang kusam, langkahnya terhenti dalam diam, saat sebuah bisikan membawa pesan kematian. …

Symphonic Poem -2-

Ada yang terasa pas dalam genggam. Telapak tanganmu yang melingkupi aku. Menjaga agar luka tak singgah, menjaga agar duka tak menyapa. Kita– sepasang anak-anak Tuhan yang tengah bersimpuh di antara ramainya pendosa, meminta takdir ‘tuk mengikat kita pada dua keping cinta. Kataku, “Bagaimana jika takdir tak memihak?” seraya menghitung harapan yang mulai berjatuhan. Tanpa kata. …

Symphonic Poem -1-

Setahun lalu, kau merasuk ke debar jantungku. Bersama segenggam harap kau pinta aku memenjarakanmu. Katamu aku ialah alasanmu bertahan melawan getirnya hidup. Klise. Namun menggetarkanku. Bulan demi bulan, rindu bertahta, dengan tangan menggenggam duka dan juga lara. Ada banyak cerita yang merangkai cinta namun tak jarang air mata mengikutinya. “Diamlah!” katamu suatu waktu. Tanpa dapat …