WHEN : 5. Let You Go

Karin menatap bosan pada lelaki pirang di depannya. Sejak tadi lelaki itu tak henti-hentinya mengganti pakaian dan tersenyum bodoh di cermin berkali-kali.   “Hei, bodoh. Sebenarnya kau ini ingin pergi kemana?” Tanya Karin.   Naruto melirik sebal pada Karin. “Apa pedulimu? Keluar dari kamarku.”    Mendapat jawaban seperti itu, Karin langsung memukul bagian belakang kepala …

WHEN : 3. You Kill Me

“Ada apa, Sakura?” Mebuki menyentuh tangan Sakura.   Sakura tersentak kaget dan menjauhkan tangannya. Dia menatap ke sekeliling meja makan, ayah dan kakaknya memberikan tatapan tanya. “Ah, tidak ada bu. Hanya sedikit lelah saja.” Jawabnya.   Mebuki kembali meraih tangan Sakura. “Jangan terlalu memaksakan diri. Ibu tidak mau kau sakit.” Sakura menoleh pada Mebuki, hatinya …

WHEN : 2. Better When I’m Die?

Sakura menatap orang-orang yang berlalu-lalang dari balik kaca cafe. Menatap mereka yang terlihat begitu santai menikmati siang di akhir bulan Maret ini. Seperti tanpa beban, bisa tertawa bebas seperti mereka.   Bagi orang lain, hidupnya terlihat begitu sempurna. Ia lahir di keluarga terpandang. Memiliki pendidikan yang bagus. Karir yang sukses. Dan dia dikaruniai fisik yang …

TANGANNYA

“Lyra! Tenang oke? Kita pasti bisa keluar dari sini.”   Aku tak tau bagaimana ekspresiku saat ini, bagaimana keadaan wajahku saat ini, tapi yang aku tau, lelaki ini, dengan wajahnya yang kotor tersenyum padaku. Memberikan tangannya untuk kugenggam.   ****   Tubuhku masih gemetar, dan suara bising itu masih terdengar jelas meski perlahan menjauh. Aku …

My Story : 1. Dia Tak Seperti Bayanganku

Aku tak ingat bagaimana awalnya rasa penasaran itu ada. Tapi aku masih ingat dengan jelas pertemuan pertamaku dengan dia. *** Papaku pernah beberapa kali —yang terlalu berlebihan, menyebut namanya. Karena dia adalah putra sahabat papa, jadi papa sering melihatnya. Dia pintar, begitulah yang papa ceritakan, karena kuliah di salah satu universitas negri yang cukup terkenal. …

WHEN : 1. Nobody Loves Me

“Semuanya akan baik-baik saja, sayang. Ibu ada di sini.” Wanita paruh baya itu menggenggam erat tangan putrinya. Matanya menatap sendu. Tayuya tersenyum kecil. Sesekali dia meringis kesakitan. Cuci darah selalu menjadi momen tak menyenangkan baginya. “Aku sudah tidak apa-apa, bu. Sebentar lagi sakitnya juga akan hilang, seperti biasanya.” Mebuki mengusap pelan dahi putri sulungnya, penuh …