Vitamins Blog

SEBENING CINTA – Bab 2

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

sebening cinta

1 vote, average: 1.00 out of 1 (1 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Bab 2

Bening melangkah ke arah kolam dan mulai mengerjakan pekerjaannya, meskipun tangannya mulai memerah dan mengelupas karena bekerja, meski perih Bening tetap mengerjakan apa yang dipinta Guntur.

“Ini makananmu, jangan pernah makan satu meja atau di hadapanku karna aku tidak sudi.” Guntur berlalu begitu melemparkan satu bungkus nasi. Bening membuka perlahan nasi bungkus tersebut, dan yang ia dapat hanyalah lauk telur goreng dan sedikit tumis sayur. Rasanya sekarang Bening ingin menangis, setelah ia menahan lapar dari pagi sampai sore yang ia dapatkan hanya telur goreng dan tumis sayur?

Tanpa banyak protes Bening memakan nasi itu, tanpa ia tahu bahwa Guntur memperlihatkannya dari jauh. Sebenarnya Guntur tidak tega melihat penampilan Bening saat ini, rambut yang tidak disisir dengan benar, baju yang lusuh dan tanpa hati Guntur memberikan makanan yang tidak pantas ke Bening, anehnya gadis itu tidak melawan, andai kata Bening melawan ia akan memberikan perlakuan berbeda. Tetapi yang dilakukan Bening hanyalah menangis diam-diam.

Guntur mengetatkan rahangnya saat melihat Bening makan sembari mengusap air matanya. Menangis tanpa adanya suara. Membuat Guntur merasakan perasaan tidak nyaman.

Guntur pergi, menuju kamarnya dan menelpon seseorang.

“Adit, siapkan catering makanan sehat untuk rumahku sekarang. Suruh mereka mengirim makanan tiga kali sehari ke rumah.”

Tidak terasa sudah sebulan Bening menjadi ART berkedok istri untuk Guntur, bahkan sekarang ia bisa memasak masakan yang mudah. Ia merasa bangga sekarang, pekerjaan yang dulu terasa sulit bisa ia nikmati.

Saat ia membersihkan rumah, bel berbunyi. Bening langsung bergegas membukakan pintu. Terkejut saat melihat orang kepercayaannya Guntur dihadapannya.

“Kak Adit?”

“Bening, kau kenapa bisa…”

“Kakak kenapa bisa ada di sini, Kak Guntur?”

“Aku baru tahu ternyata kau yang dinikahi oleh Guntur?” Adit mendekat ke arah Bening, memperhatikan sahabat dari orang yang ia cintai. Iya,  ia sangat mencintai Tiara. Sayang, cintanya bertepuk sebelah tangan.

“Semua baik-baik saja ‘kan?” Tanya Adit, melihat Bening sekarang yang jauh berbeda dari Bening yang 2 bulan lalu membuat Adit terperangah. Tubuh Bening kurus sekali, lingkaran mata, semuanya tidak terurus dengan baik.

“Baik Kak, Tiara bagaimana?” Tanya Bening

“Dia masih koma, doakan terbaik untuknya ya Bening.” Adit menggenggam tangan Bening, meminta kekuatan. Sulit melihat orang yang dicintai dalam keadaan yang mengenaskan. Adit tidak bisa berbuat banyak untuk Tiara, selain doa.

Mendengar ucapan Adit membuat Bening sadar, pantas saja Guntur membencinya sebegitunya. Membuat kekasihnya meninggal dan adiknya dalam keadaan koma. Tidak sampai disitu saja, keluarganya juga membunuh orangtua Guntur karena orangtua Beninglah yang mengajak orangtua Guntur untuk pergi ke Jerman mencari dokter dan rumah sakit terbaik untuk Tiara. Orangtua Bening merasa bertanggung jawab untuk kecelakaan yang dialami Bening dan Tiara. Tapi naas pesawat yang mereka tumpangi jatuh tidak bersisa, bahkan Bening dan Guntur tidak mendapatkan jasad dari kedua orangtua mereka.

Tiba-tiba Guntur ada di belakang mereka berdua, dengan wajah memerah menahan amarah. Adit adalah asisten dan tangan kanan dari Guntur, melihat keadaan Adit dan Bening duduk di sofa sembari berpelukan membuat Guntur salah paham.

Padahal Adit hanya memeluk Bening untuk menenangkan gadis itu yang menangis hebat mendengar keadaan sahabatnya.

Guntur yang merasa dikhianati, Bening yang penurut bahkan menusuknya dari belakang. Adit, orang kepercayaannya bahkan berselingkuh dengan perempuan binal ini. Apakah mereka menyusun rencana untuk menjatuhkan Guntur? Sebelum hal itu terjadi, mereka berdua yang hancur terlebih dahulu.

“Tidak kusangka, kalian bahkan berselingkuh di rumahku! Kau Adit tidak akan kubiarkan…” Guntur melayangkan tinju ke arah Adit membuat Bening syok. Bening berupaya menahan Guntur yang semakin kehilangan kendali.

Berusaha memeluk Guntur dari belakang, sedangkan lelaki tersentak saat sadar adanya pelukan dari tubuh yang bergetar ketakutan.

“Pergi! Jangan pernah menginjakkan kakimu lagi ke rumah ini.” Guntur mendorong Adit keluar.

“Saatnya memberikan hukuman yang pantas untuk wanita binal, huh! Mungkin kau harus diingatkan punya suami, Bening.” Bening mundur ketakutan melihat Guntur yang berusaha menelanjangi dirinya dengan melepaskan kancing kemeja, kemeja itu teronggok di lantai tak berdaya.

Bening semakin gemetaran, ingin berlari tapi tubuh seakan berubah menjadi jelly.

Guntur menangkap pergelangan tangan Bening, menggenggamnya dengan kuat. Ia yang ketakutan berusaha melepaskan genggaman yang kuat itu, yang pasti akan berubah menjadi memar.

Geraman Guntur saat Bening berusaha menolaknya membuat Guntur membopong tubuh itu ke arah kamarnya. Dan melemparkan Bening ke ranjang. Tubuh kekar itu melingkupi Bening, seakan tidak mengizinkan tubuh itu bergerak seinci pun.

“Kenapa diam Bening? Kau kenapa selalu menempatkan diri seperti korban yang selalu disiksa padahal di sini aku yang kau siksa. Tak cukup kah kekasihku yang kau bunuh, adikku yang koma sampai berbulan-bulan, orangtuaku meninggal karena mengikuti kehendak keluargamu, dan sekarang kau berani berselingkuh!?” Kalimat yang dilontarkan Guntur mencabik-cabik perasaan Bening, ia memang pantas dibunuh.

Bening mendorong dada Guntur tanpa sadar membuat Guntur semakin murka. Lelaki itu lalu membuka semua pakaian Bening tanpa sisa. Mengoyaknya tanpa ampun.

“Akh… Tolooong, tidak Kak. Jangan, Jangan!” Bening menggeliat, mencoba melawan. Tapi, beban tubuh Guntur yang menimpanya membuat gadis itu tidak berdaya.

“Siapa yang kau pinta pertolongan, Bening. Tidak ada yang menyelamatkanmu.”

Dengan kasar, Guntur melepaskan pakaian dalam Bening, mengikat tangan gadis itu menggunakan bra. Untuk meredam pergerakan tangan yang tidak seberapa memukulnya itu. Tanpa peringatan, Guntur mencium bibir Bening dengan kasar, tidak ada kelembutan. Membuat bibir itu berdarah, ciuman Guntur beralih ke leher, dada, perut, semuanya tidak ada yang terlewatkan. Yang terdengar hanyalah tangisan pilu, Bening. Guntur mengeraskan hatinya, membuka pertahanan terakhir Bening.

“Kita lihat, ini adalah saksi bahwa kau adalah seorang wanita liar.” Membuka paha Bening dengan lebar, lalu melakukannya tanpa foreplay yang cukup bagi Bening membuat tubuhnya serasa terbelah dua. Bahkan teriakan pun tidak keluar dari mulut Bening.

Habis sudah, sesuatu yang ia jaga sepenuh hati. Sakit…

Tanda itu, membuat Guntur berhenti sejenak. Percuma, ia telah merobek keperawanan istrinya dengan cara yang sangat bejad.

Prasangka yang ia lemparkan kepada Bening salah, bahkan saat ia mendapatkan jawaban pun diwaktu yang tidak seharusnya.

“Kau perawan?” tanya Guntur tapi lelaki itu tidak berhenti bergerak di atas tubuh tak berdaya Bening. Sedangkan, Bening hanya terdiam menatap langit-langit kamar. Memandang lampu yang meremang.

Apa yang ia lakukan setelah ini dengan kehidupan tanpa harapannya. Ia kehilangan semuanya, sahabat, orangtua, seseorang yang ia cintai-menggagahinya dengan cara nista. Tidak ada kelembutan, cinta. Sentuhannya layaknya sebuah pisau mengoyakkan kulit dan hatinya. Membuat berdarah. Entah dengan apa ia harus sembuhkan.

Guntur mencapai puncaknya, mengeluarkan benihnya di dalam rahim Bening secara tidak sadar. Euforia orgasme yang ia capai, membuatnya mabuk. Tubuh Bening sangat nikmat, nikmat yang tidak pernah ia teguk sebelumnya.

Lelaki itu berbaring terengah-engah di samping Bening yang terdiam kaku bagaikan patung. Tidak berekspresi sekali. Membuat Guntur tersadar, atas apa yang ia lakukan.

Kemarahan membuatnya seakan lupa, ia telah memperkosa Bening! Bahkan kenyataan bahwa Bening masih suci tidak membuatnya sadar.

Guntur menyentuh wajah Bening, membawanya ke arahnya. Tatapan kosong Bening membuat Guntur terpaku. Ia telah melukai Bening dengan sangat.

“Bening…”

“Hiks… sakiit… Mama, sakit…” Bening memeluk tubuhnya sendiri, meringkuk seakan selimut yang membungkusnya tidak cukup hangat.

“Bening maafkan Kakak, Bening…” Guntur menepuk pelan pipi pucat Bening, wanita itu menangis dengan keras dan pandangan kosong itu yang membuat Guntur takut. Ia telah menghancurkan Bening sehancur-hancurnya.

Guntur mencoba memeluk tubuh ringkih itu. Yang ada hanya teriakan memekakkan telinga dari Bening.

***

Setelah kejadian itu, keadaan rumah mencekam. Guntur tidak lagi memperbudak Bening, dan Bening, wanita itu lebih banyak diam dan melamun. Membuat Guntur semakin khawatir dan merasa bersalah akan apa yang telah ia perbuat.

Apakah dosanya diampuni? Apakah dengan memperkosanya ia telah membayar semuanya?

“Nyonya… Ini jus alpukat kesukaan nyonya.” Sebuah gelas diletakkan dihadapannya, suara itu terdengar familiar.

“Bi Surti…” Ucap Bening lirih, menangis.

“Non…” Bening memeluk Bi Surti dengan erat, melimpahkan kesedihannya yang mendalam. Bi Surti adalah ART di rumah Bening, sebelum ia memecat dengan berat karena tidak mampu membayar gaji yang harus Bi Surti dapatkan.

Bi Surti telah bekerja lama di rumahnya, hubungan mereka sangat dekat bahkan Bening menganggap Bi Surti adalah keluarganya, bukan pelayan yang melayani majikannya. Melihat Bi Surti ada lagi dihadapannya, membuat ia terperangah. Tidak menyangka, Bening bisa bertemu lagi dengan seseorang yang ia anggap sebagai keluarga itu.

“Bibi apa kabar? Kenapa ada di-sini.” Bening bahkan tersedak saat mengatakan hal tersebut. Perasaannya tidak tergambarkan sekarang. Ia bahagia sekali melihat Bi Surti.

Bi Surti tersenyum, “Tuan yang menyuruh Bibi ke sini, beliau sendiri yang mendatangi Bibi di kampung.”

“Tuan siapa Bi?” tanya Bening bingung.

“Tuan Guntur, non.” Bening mengernyit, untuk apa lelaki itu membawa Bi Surti ke sini?

“Non Bening, sudah gak diperbolehin Tuan Guntur kerjain pekerjaan rumah lagi.”

“Nanti, aku kerja apa lagi Bi?”

“Tidak perlu kerja, lakukan hal-hal yang kau sukai. Pergi ke salon atau beli perhiasan. Lakukan saja hal yang bisa membuatmu bahagia.” Tiba-tiba, Guntur muncul. Berjalan dengan pelan ke arah Bening yang menundukkan pandangannya. Bening masih trauma jika melihat wajah itu. Teringat akan peristiwa yang ingin ia lupakan, peristiwa menyakitkan.

Guntur memberikan kartu yang Bening tahu pasti berisikan uang dari pria itu. Bening terdiam, menunggu Guntur berbicara. Apapun yang dikatakan lelaki itu, ia akan menurutinya.

“Ini ada kartu kredit dan ATM, kode pinnya sama dengan tanggal ulang tahunmu”

“Masih ingat ulang tahunku Kak?” Bening tidak menyangka, Guntur masih mengingat ulang tahunnya. Sudah berapa lama ia tidak merayakan ulang tahun bersama Guntur, terakhir mereka merayakan bersama saat ia berusia 15 tahun.

Bening hanya menatap kartu-kartu tersebut dalam diam, berharap Guntur segera berlalu. Tetapi, tiba-tiba pria itu mengeluarkan secarik kertas yang berisikan alamat. Bening menatap heran, apa maksud dari Guntur memberikan ini kepadanya.

“Alamat Tiara dirawat. Aku memperbolehkanmu untuk menjenguk adikku dengan syarat, kau harus diantar-jemput oleh supir.” Guntur pun berlalu, Bening yang sedari tadi diam, menatap Bi Surti dengan mata yang berkaca-kaca.

“Bi, Bening akan bertemu dengan Tiara lagi, Bi.” Isak Bening.

 

KONTEN PREMIUM PSA


 

Semua E-book bisa dibaca OFFLINE via Google Playbook juga memiliki tambahan parts bonus khusus yang tidak diterbitkan di web. Support web dan Authors PSA dengan membeli E-book resmi hanya di Google Play. Silakan tap/klik cover E-book di bawah ini.

Download dan install PSA App terbaru di Google PlayWelcome To PSAFolow instagram PSA di @projectsairaakira

Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat – Project Sairaakira

3 Komentar

  1. Nyesek tp semua sudah terlambat :aw..aw

  2. Kok nyesek banget sih ceritanya :aw..aw

  3. AyukWulandari2 menulis:

    kasian bening :aw..aw