
โOke, sudah cukup. Aku menyerah!โ seruku pada ruangan kosong itu dengan mata berkaca-kaca.
Sudah tiga hari sejak dia menghilang tanpa jejak. Benar-benar tak ada jejak. Aku sudah melakukan semua yang biasanya dia benci tapi dia tetap tidak muncul.
TV sudah kumatikan. Tirai jendela kubuka lebar dan membiarkan matahari masuk menerangi ruangan yang sudah mulai terasa pengap ini. Guling dan bantal yang biasanya di sofa kupindah ke dalam kamar. Dan aku menyalakan semua lampu saat malam tiba.
Tapi geraman marah yang kuharapkan tidak pernah terdengar. Kalau orang normal mungkin akan bersorak gembira mengetahui sosok yang menghantui kediamannya akhirnya pergi. Tapi tidak denganku. Kepergiannya menorehkan rasa sakit di dadaku yang tidak bisa hilang. Dan aku terus menerus merasa sesak. Jelas bukan karena rasa bersalah telah membuatnya pergi. Tapi karenaโakh sial! Aku bahkan tidak bisa menjelaskan kenapa kepergiannya terasa begitu menyakitkan.
Akhirnya dengan pasrah, aku menutup tirai jendela, tak peduli saat itu sudah malam. Kuambil guling dan bantal dari kamar lalu membawanya ke sofa. Tak lupa tv kunyalakan sebelum berbaring di tempat biasanya dia berbaring nyaman.
Cahaya tv menyilaukan mataku. Saat itu kusadari, ruangan ini tak pernah segelap sekarang. Selalu ada cahaya yang masuk meski suasana tetap remang. Tapi sekarang, kekontrasan antara ruangan gelap dan cahaya terang dari tv membuat mataku sakit.
Namun aku tak beranjak. Tetap berbaring di sana dengan pandangan mengarah ke tv. Padahal tidak ada satupun yang menarik perhatianku.
Otakku berkelana, mulai memikirkan apa arti hantu itu bagiku. Tidak lebih dari bahan cerita, tapi mengapa kepergiannya menyakitiku sampai seperti ini?
Ah, jangan bilang aku mulai menyukainya, atau bahkan memiliki perasaan khusus lebih dari sekedar suka. Bisakah seseorang jatuh cinta semudah itu? Hanya selang waktu sekitar dua minggu? Dalam novel mungkin saja. Tapi kenyataannya, apakah bisa?
Perlahan air mataku mengalir dan aku memeluk guling lebih erat. Seperti inikah rasanya berpisah dan tidak tahu cara bertemu kembali? Aku tidak merasa sakit saat berpisah dari orang tua karena aku tahu betul di mana mereka berada dan aku bisa menemui mereka kapanpun ingin. Tapi dengannyaโaku tidak tahu bagaimana mencarinya dan meredakan rasa sesak di hati ini.
CTAARRR!
Aku tersentak kaget saat suara petir terdengar menggelegar di luar sana. Tak lama kemudian, diiringi hujan yang mengguyur deras. Belum cukup sampai di situ, mendadak tv mati yang menandakan listrik padam.
Seketika kegelapan nan pekat menyelubungiku. Aku menggigit bibir sambil memejamkan mata, membiarkan kegelapan menelanku.
Seperti inikah yang dia rasakan selama ini? Bagaimana dia bisa bertahan? Hanya ditemani kegelapan. Hanya ditemani kesendirian.
Hatiku terasa teriris membayangkan posisinya. Memang benar dia bukan manusia. Mungkin dia โhanyalahโ hantu. Tapi dia juga memiliki perasaan. Dia juga bisa tertawa saat senang. Kesal saat merasa terganggu. Dan sedih saat terluka. Jadi, bagaimana aku bisa tidak bersimpati padanya?
Sepertinya aku sudah berada di antara alam mimpi dan alam nyata saat tiba-tiba kurasakan tubuhku melayang. Tapi itu tak membuatku terjaga. Aku malah bergelung dan menikmati hawa dingin menyejukkan yang terasa membungkus tubuhku.
Beberapa saat kemudian kurasakan sesuatu yang empuk di belakang punggungku. Disusul kemudian lengan dingin yang perlahan semakin terasa hangat memeluk pinggangku. Aku menggeliat, menempelkan tubuhku lebih dekat pada apapun itu yang membuatku merasa hangat dan nyaman. Lalu aku mendesah nikmat dan tidur semakin lelap.
***
Aku menggeliat sambil menggeser tubuhku mendekati sesuatu yang hangat. Lengan dan kakiku melingkarinya seperti guling. Tapi itu terlalu besar, dan terlalu keras untuk menjadi guling.
Rasa penasaran berhasil menarik kesadaranku dari alam mimpi. Perlahan mataku terbuka dan aku berkedip bingung melihat leher seseorang di depan wajahku.
โSelamat pagi.โ
DEG.
Suara ituโsuara yang kurindukan tiga hari ini. Dengan jantung bertalu-talu di dada aku mendongak, dan mendapati sorot mata hitam yang kini terlihat lembut.
โKauโโ suaraku serak. Air mataku kembali mengalir. Aku heran kenapa stok air mataku masih banyak padahal aku sudah menumpahkannya sejak tiga hari lalu.
โYa, aku.โ Dia tersenyum manis seraya mengusap pipiku untuk menghapus air mata.
โJahat,โ kataku dengan isak tertahan. โKau jahat sekali pergi seperti itu.โ Kali ini aku mengatakannya diiringi pukulan lemah ke bahunya
โAku tidak pergi.โ
โAh, jadi begitu. Kau sengaja membiarkanku mencarimu seperti orang gila. Biar kutebak. Kau pasti tertawa keras melihat tingkahku.โ Aku semakin terisak.
โTidak. Kupikir kau akan terbiasa tanpaku hingga dua bulan mendatang.โ
โSetelah kau membuatku terbiasa dengan kehadiranmu, kau menghilang dan berharap aku terbiasa tanpamu?โ Aku kembali memukul-mukul bahunya dengan lemah. โKau benar-benar kejam.โ
CUP.
Aku membeku merasakan kecupannya. Tatapan kami beradu. Aku dengan mata basahku dan dia dengan sorot menyesal.
โMaaf,โ ucapnya lembut, sarat akan permohonan.
Aku tak bisa menahan diri lagi. Aku menerjangnya hingga dia jatuh telentang lalu aku memeluknya erat. Awalnya dia tampak kaget. Tapi lalu terkekeh geli. Pelukanku semakin erat. Wajahku terbenam di lekukan lehernya.
Aku tidak mengerti. Aku benar-benar tidak mengerti mengapa kau bisa membuatku sekacau ini padahal kita baru saling mengenal?
โAku juga tidak mengerti,โ bisiknya. Seperti biasa menjawab pikiranku. โKau bahkan sudah memikatku di hari pertama masuk ke apartemen ini.โ
Ucapannya membuatku mengangkat kepala, menatapnya lekat. โBenarkah? Tapi waktu itu kau berniat membunuhku.โ
โSejak kau datang melihat apartemen, bagiku kau sangat menarik. Tapi itu tak menghentikan tekadku membuatmu pergi dan merasakan aura ketakutanmu. Bagiku ini rumahku dan manusia hanyalah pengganggu. Jadi kalian harus pergiโdalam keadaan takut seperti yang kusukai.
โSayangnya kau berbeda. Bukannya takut, kau malah membayangkan hal-hal konyol tentang kita. Itu membuatku kesal. Dan aku semakin kesal begitu menyadari bahwa perlahan aku mulai penasaran. Penasaran jika yang kau khayalkan menjadi nyata. Lalu aku berhasil mencuri ciuman darimu dan kupikirโtidak ada salahnya membiarkanmu tinggal lebih lama. Toh kau bilang tidak akan menggangguku.โ
โApa itu ciuman pertamaku?โ bisikku penasaran. Kini kedua tanganku terlipat di atas dadanya sementara daguku bersandar di atas punggung tanganku. Mataku menatap lekat ke wajahnya. Memperhatikan segala ekspresi yang melintas di wajah sempurna itu saat dia bercerita.
โYa. Aku menciummu sambil menekan lehermu ke ranjang. Kau pingsan saat bibir kita baru bersentuhan. Mungkin karena kesulitan bernafas atau karena pukulanku ke dadamu yang sangat keras.โ
โPantas saja aku tidak ingat. Lagipula kau memang sangat kasar waktu itu. Kau membuat dadaku lebam.โ
โBenarkah? Coba kulihat!โ
Aku melotot seraya menutup bagian atas kaus yang kukenakan hingga membuatnya terkekeh geli. Lalu kedua lengannya melingkari pinggangku sementara aku menyandarkan pipi di dadanya, agak terkejut karena mendengar detak jantung.
โJantungmu berdetak,โ kataku takjub.
โMungkin karena wujudku terlalu solid sekarang,โ katanya lalu mengecup puncak kepalaku sekilas sebelum melanjutkan, โKau harus makan.โ
โAku tidak ingin beranjak,โ kataku, makin menempelkan tubuhku.
โApa itu kode agar aku memasak untukmu?โ
Aku terkekeh. โKau mengerti kode manusia juga? Ya, anggap saja begitu.โ
โBaiklah. Beri aku waktu beberapa menit.โ
Lalu dia menghilang dan membuat tubuhku terhempas ke atas ranjang dengan posisi telungkup.
โUgh! Hei, bilang-bilang kalau kau hendak menghilang!โ seruku lalu terdiam sambil mengerutkan kening. โNgomong-ngomong kenapa kau tidak mau memberitahuku namamu? Namaku Syafira. Kau bisa memanggilku Fira.โ Kataku tanpa meninggikan nada bicaraku. Aku tahu dia bisa mendengarku dengan jelas.
Tidak ada sahutan, membuatku mengerucutkan bibir kesal.
โBaiklah, terserah.โ Aku menggerutu kesal sambil menutup kepala dengan bantal lalu memejamkan mata.
Mungkin aku tertidur lagi karena aku tersentak kaget saat dia mengguncang pelan bahuku.
โWaktunya makan. Tapi di dapur hanya tersisa mie instan. Kau benar-benar harus pergi berbelanja.โ
Aku menggeliat seraya duduk bersandar di kepala ranjang. โYa, aku akan pergi berbelanja setelah mandi. Kau ingin kubelikan sesuatu?โ
Dia tertawa geli mendengar pertanyaanku.
Aku merengut. โMemangnya kenapa? Toh kau bisa menonton tv. Jadi kupikir kau ingin membeli buku komik, novel, atau yang lain.โ
Dia terdiam dengan raut serius, sepertinya memahami maksudku. โAku ingin baca novelmu.โ
โHah?โ Mendadak aku merasa tidak nyaman.
โBelikan aku novel yang kau tulis. Kau tidak bawa satupun novel karanganmu sendiri.โ
โKau memeriksa barang-barangku?โ tanyaku penuh tuduhan.
Dia mengibaskan tangan. โJangan mengalihkan perhatian. Belikan aku salah satu novelmu.โ
Aku jadi gelisah. Memang, aku bukan penulis novel erotis. Tapi selalu ada beberapa adegan dewasa dalam novelku. Dan itu membuatku merasa tak percaya diri dan malu jika dibaca oleh lelaki yang kuanggap cukup dekat denganku.
โAku akan carikan novel lain,โ putusku kemudian seraya meraih mangkuk mie yang dia letakkan di atas nakas.
โMemangnya apa yang salah dengan novelmu? Kalau orang lain boleh membacanya, mengapa aku tidak?โ
Aku mengabaikan pertanyaannya dan berpura-pura sibuk meniup mie yang sebenarnya sudah tidak terlalu panas.
โPadahal aku ingin baca novelmu,โ katanya dengan nada sedih. โTerutama yang paling hot.โ
Uhuukk!
Aku tersedak dan bukannya bersimpati, dia malah tertawa keras. Buru-buru kuambil gelas air putih di nakas dan meneguknya banyak-banyak.
โAku tidak menulis novel seperti itu,โ bantahku tegas setelah melegakan tenggorokan.
Dia masih tergelak. โLucu sekali kau berusaha berbohong pada orang yang bisa membaca isi pikiranmu. Padahal tidak ada yang lebih tahu dariku bahwa isi otakmu penuh sampah.โ
โHei, novelku bukan sampah!โ seruku tak terima.
โKalau bukan sampah, seharusnya kau tidak malu menunjukkannya pada siapapun. Bahkan padaku.โ Dia tersenyum manis, membuatku menatap curiga. โOh, ayolah. Tidak ada maksud lain. Hanya ingin mencari hiburan.โ
Akhirnya aku mengalah. Tampang polosnya sangat menggemaskan dan membuatku tak sanggup menolak. โAkan kucarikan nanti.โ
————————-
โฅ Aya Emily โฅ
Akhirnya yang ditunggu-tunggu up juga
makasih kak
Akhirnya punya mood buat otak-atik karyaku lagi, Kak… pelan-pelan mau coba aktif lagi. Udah pada ditanyain soalnya
Hayu semngat kak… Aku mendukung mu… ๐ฅฐ๐ฅฐ๐ฅฐ
Thanks thor,, aku slalu menanti novelmu ๐๐
Srmoga kali ini gak ada halangan lagi buat post
Tks ya kak udh update.
awalnya aku cuman iseng krn aku liat judulnya horor karna aku pecinta horor tp aku makin suka krn ada romance nya jg..baguss bangett..semangat buat inspirasinya yah thor
semangat kak
seru kak novelnya, awalnya aku iseng karna penasaran sama judulnya
Menarik, Kak Othor.. lanjut donk story x…
kakkk,,,,,ku tunggu selalu update an mu
asli keren banget ceritanya kak gak pengen berhenti baca. kayak sesuatu yang baru gitu buat aku
Semakin manarik
Lanjut lagi kak
kaka author kings queen bukan sih?๐ค kayakny iya deh๐
Unik thor
Seru juga