Vitamins Blog

At The End

Bookmark
Please login to bookmark Close

At The End

0 votes, average: 0.00 out of 1 (0 votes, average: 0.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...





Salahkah aku terlalu bergantung padamu? Salahkah aku terlalu mempercayaimu? Salahkah aku yang telah mengenalmu? Atau salahkah waktu yang mempertemukan kita?

*

*

*

“Sedang apa?” aku memeluknya dari belakang, menenggelamkan wajahku dilehernya. Dia hanya tersenyum, menutup laptopnya. Mengangkatku lalu mendudukanku dipangkuannya. Membelai wajahku dengan perlahan dengan jari manisnya.

“Kau belum tidur? Kenapa?” tanyanya.

“Isshh! Kau selalu saja mengalihkan pembicaraan kita!”

“Hahahaha tidak~ kenapa kau gemas sekali? Sengaja membuatku semakin jatuh cinta?”

Aku membuang muka. Dia selalu saja membuatku kesal, tapi saat itu juga dia bisa membuatku meleleh. Mengapa dia sangat menggemaskan juga sih? Ahh.. Aku tak bisa jauh-jauh darinya, sungguh.

“Oh ayolah! Kau selalu saja seperti ini. Aku hanya bertanya kau sedang apa” Aku mengusap perlahan pipinya. Menyusuri garis wajahnya yang indah, menyentuh bibirnya yang sangat candu untukku.

“Aku hanya menyelesaikan pekerjaan tadi. Kenapa? Rindu?” godanya.

“Huhhh… Kenapa aku harus merindukanmu?”

“Oh benarkah? Kau yakin? Kau tidak merindukan ini?” tiba-tiba dia menciumku tepat di bibirku, menggigit kecil meminta ijin untuk menjelajah didalam sana. Yang kulakukan hanya bisa membalas ciumannya. Karena memang aku sangat sangat merindukannya.

“Baik! Cukup… Mari kita tidur~” katanya sambil menggendongku menuju tempat tidur. Kami berbaring berhadapan, saling menatap tepat dimanik mata.

“Kau kapan pulang ke rumahmu?” tanyaku.

“Besok. Kenapa?”

“Tak bisakah kau disini lebih lama?”

“Heiii… Aku juga perlu bekerja tau! Kita masih bisa bertemu diakhir pekan bukan?”

“Iiisshhh… Baiklah! Janji kau akan selalu mengabariku?”

“Baik, tuan putri! Apapun aku lakukan untukmu~”

Aku tersenyum, mulai memejamkan mataku. Dia membelai pelan rambutku, membuatku semakin mengantuk.

“I love you, Dani” bisiknya.

“Love you too, Rama” balasku lalu mempererat pelukanku padanya. Tak lama, aku semakin hanyut menuju alam mimpi. Semoga mimpi indah untukku dan untukmu.

*

Aku terbangun oleh suara kicauan burung diluar kamarku. Samar-samar cahaya matahari mengintip masuk kedalam kamarku. Rama sudah tidak ada disampingku. Aku berjalan keluar kamar menuju meja makan. As always Rama selalu sudah menyiapkan sarapan untukku serta sebuah note.

 

Pagi~
Semoga hari mu menyenangkan.
Jangan lupa sarapan dan makan yang banyak! Oke?
Oh ya, teh sudah ku sedu. Kau hanya perlu menuangkan saja ke cangkir favoritmu.
Sampai bertemu pekan depan.

P.s Luv ya!♥♥” – Rama mu.

 

Aku tersenyum membaca note yang Rama buat, membuka penutup makanku. Roti panggang dan selai apel kesukaanku. Aku mulai memakan sarapanku.

Bagaimana bisa aku tidak semakin mecintai lelaki itu? Dia begitu indah dimataku. Ah sudahlah, tidak ada habisnya jika membicarakan dia. Semua orang juga tau, dia lelaki yang sangat sempurna luar dalam. Agak berlebihan, tapi memang benar adanya hahahahaa Ya lelakiku, Rama ku.

*

Siang ini aku sedang berhadap-hadapan dengan teman baikku, Dara. Menyesap segelas kopi serta memakan macaroon favoritku, lemon mint!

Yup! Kami sedang di cafe. Cafe langganan ku dan Dara kalau kita sedang jalan-jalan keluar. Mungkin kita bisa disini dari jam bula cafe hingga tutup. Begitulah kami.

“Ngapain aja lo akhir-akhir ini?” tanyanya.

“Hhmmm… Nothing special. Gue nggak ada kegiatan sih hahah…”

“Project lo itu udah selesai?”

“Udah lah! Gila! Capek juga ternyata bikin baju buat pentas seni hahah…”

“Yaiyalah, lo bikin nggak cuma satu. Tapi satu team, gendeng juga lo ngambil project itu. Tapi ya iyalah, Dani gitu. Selalu~ Bukan temen gue kalo nggak kek gini”

“HAHAHAHAHAHA YA ITU LO TAU!!! Terus lo gimana?”

“Gue? Eehhmm… Sama sih hahahahah Tapi kata bos gue sih mau ada proyek baru. Jadi gue harus siap-siap juga. Tau sendiri arsitek kek gue ini kudu gimana ya kan hahah”

Aku hanya mengangguk-angguk. Kami terdiam, tenggelam kedalam pikiran masih masing. Sambil sesekali menyesap kopi kami.

“Eh bentar… Itu bukannya si…” kata Dara sambil menunjuk keluar jendela dibelakangku. Aku mengikuti arah jarinya, menyipitkan mata menembus kaca cafe.

“AH IYA! RAMA! Rama kan itu?” katanya lagi.

“Oh iya, bener…” aku hanya terdiam, memandangi Rama dari dalam.

Dia membukakan pintu untuk wanita yang ada disampingnya. Tersenyum lebar mempersilahkan masuk lalu menutup kembali pintu mobilnya. Dia berlari memutari mobilnya, masuk kedalamnya. Berlalu begitu saja. Aku kembali fokus pada macaroonku.

“Gila ya si Rama! Udah ganteng, mapan, kaya… Eh ini punya istri cantik banget! Terus katanya istrinya juga lagi hamil kan? Duhhhh!! Kapan gue ketemu cowok kek Rama ya?” gerutu Dara.

Aku hanya tersenyum pahit.

“Ya semoga lo ketemu sama cowok idaman lo, yang bisa bahagiain lo kapanpu dan selalu mencintai lo apa adanya ya raaa~” jawabku.

“Lo juga! Jangan kelamaan jomblo! HAHAHHAH” kami tertawa keras.

“Maafin gue ra, gue nggak bisa jujur ke lo! Gue juga bingung, hubungan gue sama Rama ini akan selamanya bertahan berapa lama? Kalaupun selesai, gue juga bingung mau cerita ke lo apa gue bawa rahasia ini sampai mati.”

Kami terlelap kembali dalam nikmatnya kopi dan macaroon.

*

Aku, Dani. Wanita simpanannya Rama. Rama yang selalu dikenal sempurna luar dalam, sebenarnya tidak sesempurna itu. Dia diam-diam memintaku menjadi wanitanya yang lain. Entah dia sungguh-sungguh mencintaiku atau hanya karena dia lelah dengan istrinya? Aku pun tidak tau.

Aku tau ini semua salah. Namun apa daya? Rasa cintaku pada Rama menutupi semuanya. Terkadang aku terbanting ke realita yang ada, tapi rasa cintaku selalu saja menutupi itu semua. Aku hanya cinta Rama, sangat sangat mencintainya.

Aku mungkin bodoh, tidak!! Tapi YA!! Aku memang bodoh!! Namun, melihat Rama yang menceritakan keluh kesahnya pada ku saja aku sudah bahagia. Mungkin aku bukan wanita takdirnya, namun aku wanita penyembuhnya. Aku tak masalah ketika kau bahagia, kau kembali padanya, kau bersenang-senang dengannya. Namun ketika kau sedih, kau berlari kearahku. Tidak apa. Itu saja cukup untukku.

Bahkan ketika dihadapanku kau mencintaiku saja, itu sudah bahagia untukku.

Biarlah aku menjadi wanita penyembuhmu. Kemarilah… Berlarilah kearahku, ketika kau sedih. Aku akan membuatmu bahagia lagi. Agar kau tersenyum lebar seperti itu lagi di depan wanita takdirmu.

Aku mencintaimu
Aku sangat mencintaimu
Aku sangat sangat mencintaimu
Hei Rama ku
Ramanya Dani

 

FIN

 

Hai~

Sebelumnya aku ingin minta maaf jika ceritanya kurang menarik atau apapun itu. Aku sedang memulai menulis cerita lagi hehehe Semoga kalian menikmatinya. Kritik & saran sangat senang kuterima.

Have a nice day~♡

1 Komentar

  1. Pelakor