Dark Layers of The Night

Dark Layers of The Night: Ep.7 Terhapus Paksa & 8 Tak Berdaya (Uncut)

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

projectsairaakira Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat

Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat – Project Sairaakira

18 votes, average: 1.00 out of 1 (18 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Novel Essence Of The Darkness dapat dibaca gratis sampai tamat hanya di projectsairaakira.com Temukan Novel Romantis Fantasi berkualitas lain hanya di Project Sairaakira

Baca Parts Lainnya Klik Di sini

Episode 7 : Terhapus Paksa

“It doesn’t matter how i call you : call you by your name, call you by another name, call you little wild kitten, call you princess, etc. At the end of the day they all mean the same : You are mine and only mine. Im not sharing. All rights reserved.

Ketika Elana membuka mata, yang dilihatnya adalah ruangan yang asing dan sama sekali tidak dikenalinya. Pikiran Elana terasa berkabut, seluruh ingatannya terpecah menjadi kepingan memori yang bertebaran, sulit untuk disatukan kembali dan membuat otaknya terasa sakit ketika dia berusaha melakukannya.

Dia ada di mana?

Kebingungan, Elana memindai ruangan itu dan malahan semakin tidak bisa menebak lokasi dirinya berada saat ini. Ruangan ini sangat indah, bahkan hanya sekilas pandang saja Elana tahu bahwa ruangan ini memiliki kemewahan yang seharusnya tidak bisa dimasuki oleh rakyat jelata sepertinya.

Kenapa dia bisa berakhir di tempat ini?

Elana mencoba menggali ingatannya, tetapi kepalanya malahan terasa sakit. Elana lalu mengangkat tangannya untuk menyentuh kepalanya, tetapi dia merintih terkejut ketika merasakan nyeri yang amat sangat dari pergelangan tangannya. Elana mengangkat kepala dan matanya melebar ketika dia melihat perban tebal yang membebat pergelangan tangannya, dan juga selang infus di punggung tangannya yang lain.

Dia berada di rumah sakit?

Elana memandang sekeliling kembali untuk memastikan, kali ini indera penciumannya sudah bekerja lebih baik sehingga dia bisa membaui aroma khas rumah sakit, bau obat bercampur dengan disinfektan yang steril tak terbantahkan yang memenuhi ruangan ini.

Tetapi, kalau ini memang kamar rumah sakit, kenapa dia bisa berakhir di dalam sebuah kamar yang begini mewah? Padahal, kalau ditengok dari kondisi keuangan Elana, mungkin dia hanya mampu membayar untuk area bangsal, area kamar pasien paling murah yang bisa ditempati sampai dengan enam belas pasien dalam satu ruangan.

Mata Elana berakhir kembali ke pergelangan tangannya dan otaknya bekerja keras untuk memompa kembali seluruh memori untuk mencari tahu apa yang menyebabkannya berakhir di tempat ini. Elana memejamkan mata, berusaha menenangkan diri dan mengingat kembali, menyatukan seluruh kepingan dan serpihan ingatan yang berceceran dan sekuat tenaga berusaha menyatukannya kembali lagi.

Akram Night.

Nama itu tiba-tiba terngiang di dalam kepalanya, lengkap dengan kelebatan ingatan yang menggambarkan sosok lelaki beraura gelap yang menatapnya dengan tatapan tajam mengerikan ketika menyebutkan namanya untuk memperkenalkan dirinya pada Elana.

Tubuh Elana menegang, tangannya langsung bergerak mencengkeram selimut tebal di pinggangnya dan menariknya ke dada, memeluk dirinya sendiri dengan gemetaran ketika teror dan ketakutan melingkupi dirinya tanpa ampun.

Kelebatan ingatan demi ingatan yang begitu jelas membanjiri kepalanya, mengembalikan kesadarannya sepenuhnya akan apa yang telah terjadi.

Bahkan rasa sakit yang begitu menggigit ketika lelaki jahat bernama Akram itu merenggut kesuciannya, masih terbayang jelas sampai sekarang, membuat Elana menggigit bibir dan menahankan air mata yang mulai terkumpul di sudut matanya. Bayangan akan perkosaan brutal yang dilakukan oleh Akram Night tanpa ampun dan tanpa menahan diri, memuaskan nafsunya tanpa peduli jerit kesakitan dan permohonan mengiba Elana agar dia berhenti, membuat Elana tidak bisa menahan lagi tangisannya. Air mata bergulir kencang membasahi pipi, diiringi isakan tak berdaya dari seorang perempuan yang telah kalah, kehilangan kesucian yang seharusnya dijaganya sampai waktunya untuk diserahkan.

Elana begitu putus asa dan merasa begitu kotor setelah Akram menyelesaikan nafsunya. Lalu ketika akhirnya lelaki itu melepaskan dirinya dan meninggalkannya sendirian, Elana hanya bisa terbaring pilu di atas ranjang, berharap kematian segera menjemputnya. Kemudian, mata Elana tak sengaja melihat ke arah gelas air yang ditinggalkan oleh Akram untuknya, dan pikirannya menjadi nekad.

Yang dia tahu bahwa pada detik itu, kematian merupakan jalan keluar yang paling mudah dan paling tidak menyakitkan. Elana tidak sempat berpikir lagi ketika dia memecahkan gelas itu, mengabaikan rasa ngeri dan akhirnya berhasil menyayat nadinya dengan pecahan gelas nan tajam tersebut.

Dia seharusnya sudah tertidur lelap dalam kematian yang merangkul semua deritanya dan menghapus semua petakanya di dunia ini. Tetapi kenapa dia masih hidup? Kenapa dia malahan berbaring di atas ranjang rumah sakit ini dengan luka percobaan bunuh dirinya yang diperban untuk perawatan? Kenapa dia diselamatkan? Kenapa dia tidak dibiarkan mati?

Bagaimana dia menjalani kehidupannya setelah ini? Bagaimana bisa dia melangkah ke depan dengan mengetahui bahwa tubuhnya sekarang sudah begitu kotor? Terjamah tanpa izin dan ternoda dengan kejam? Apa yang akan dia gunakan sebagai bukti pertanggungjawaban moralnya sebagai seorang perempuan kepada suaminya di masa depan nanti?

Elana selalu seorang diri di dunia ini, dia sebatang kara di panti asuhan, lalu berjuang hidup sendiri, bekerja keras dan sekuat tenaga menghidupi diri dengan kekuatannya sendiri. Pada malam-malam sepi, Elana bahkan harus memeluk dirinya sendiri, dalam kesepian dan rasa iri akan orang lain yang begitu beruntung memiliki keluarga sebagai tempat bersandar dan berkeluh kesah. Seorang ibu untuk dipeluk, seorang ayah untuk mengadu, saudara-saudara untuk berbagi tawa dan kesedihan… itu semua tidak dimiliki oleh Elana. Meskipun begitu, Elana merasa bahwa masih ada harapan untuknya bisa menemukan teman hidup untuk selamanya di masa depan, impian akan seorang lelaki baik-baik yang bertanggung jawab, yang menjadi tempatnya bersandar dan membentuk sebuah keluarga bahagia. Mereka akan menciptakan keluarga kecil yang indah, dianugerahi anak-anak yang ceria dan memenuhi rumah mereka dengan gelak tawa.

Tetapi, itu semua mungkin akan menjadi impian yang tak akan pernah terwujud setelah ini. Dengan kesuciannya yang terenggut, dengan tubuh kotornya yang ternoda, Elana tidak punya nyali untuk mencari lelaki baik yang mau menerimanya apa adanya.

Air mata menderas kembali, membuat pipinya basah hingga Elana terpaksa menutup wajahnya dengan kedua tangan untuk menahan isakanya yang makin tak terkendali. Mungkin… mungkin memang Elana ditakdirkan untuk membuang impiannya membentuk keluarga impian di masa depan, mungkin memang Elana ditakdirkan menjadi sebatang kara, hidup seorang diri sampai ajal menjemputnya nanti.

***

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka, membuat Elana langsung menahan isakannya sekuat tenaga dan berubah waspada. Kepalanya terangkat cepat untuk melihat siapa yang memasuki ruangan, sementara tangannya mencengkeram selimut makin erat, menaikkannya hingga ke atas dada sebagai bentuk perlindungan dirinya yang rapuh.

Seorang lelaki tampan yang masih berusia muda, berpenampilan rapih dengan jas abu-abu setelan tiga potong yang sangat licin, berpadu dengan rambut tatanan konvensional yang disisir ke belakang tanpa cela dan juga kacamata bening yang bertengger di hidung mancungnya nan kokoh. Dari sekilas pandang saja, Elana langsung tahu bahwa lelaki ini memiliki kemampuan akademisi di atas rata-rata. Seluruh pembawaannya mencerminkan sikap elegan dari lelaki berpendidikan. Dan dibelakang lelaki itu, tampak seorang berjas putih khas dokter yang mengikuti.

“Selamat siang nona Elana, nama saya Elios Smith. Seharian Anda tidak sadarkan diri, dan malam ini begitu saya melihat Anda sudah tersadar, saya langsung membawa dokter untuk memeriksa kondisi Anda.” lelaki itu berdiri di tengah ruangan dengan elegan dan tenang. Tangannya lalu bergerak untuk memberi isyarat kepada dokter itu supaya bergerak memeriksa Elana.

Seperti robot yang patuh, dokter itu langsung memeriksa Elana dengan seksama, dari mata, sampai dengan detak jantungnya. Elana hanya diam saja menjalani pemeriksaan, tetapi, matanya tetap tertuju pada sosok lelaki yang menyebut dirinya sebagai Elios Smith itu.

Meskipun penampilan lelaki itu tampak tidak berbahaya, bukan berarti Elana akan menghilangkan kewaspadaannya.

Elana telah kehilangan kewaspadaannya di malam laknat itu, dengan membiarkan Karel si supervisor petugas kebersihan yang baru dikenalnya itu mengantarkannya ke kelab malam yang ternyata menjebaknya untuk jatuh ke dalam genggaman si jahat Akram.

Kebodohannya itu telah membuat Elana berakhir diperkosa dalam sebuah malam yang akan selalu dikutuknya seumur hidup. Sekarang, Elana tidak akan mengulang kebodohan yang sama. Dia tahu bahwa dirinya tidak boleh mempercayai Elios begitu saja. Lelaki ini tentu memiliki hubungan dengan kejadian di kelab malam yang menimpanya, kalau tidak lelaki ini tidak mungkin ada di rumah sakit tempat Elana dirawat saat ini.

Lagipula, lelaki ini mengatakan bahwa dia langsung tahu ketika Elana sadarkan diri, padahal jelas-jelas dia tidak ada di ruangan ini untuk melihat. Mata Elana langsung mengawasi sekeliling dengan curiga. Apakah mungkin mereka memasang kamera pengawas cctv di dalam kamar ini untuk mengawasi gerak-gerik Elana sehingga, ketika Elana sadarkan diri, mereka bisa langsung mengetahuinya?

Kalimat tiba-tiba dari si dokter yang selesai memeriksanya yang mengatakan bahwa Elana tidak boleh banyak bergerak dan harus fokus untuk beristirahat beberapa waktu, berhasil mengalihkan perhatian Elana dari Elios. Elana hanya bisa mengangguk-angguk ketika dokter itu mengucapkan beberapa penjelasan teknis singkat mengenai kondisi Elana saat ini. Setelahnya si dokter melangkah mendekati Elios yang berdiri di tengah ruangan dan mereka bercakap-cakap dengan suara perlahan yang tak tertangkap oleh telinga Elana.

Ketika diskusi dua orang itu selesai, dokter itu membungkuk dengan sikap hormat kepada Elios lalu berpamitan dan meninggalkan ruangan dengan pintu tertutup di belakangnya.

Suasana menjadi hening ketika Elana mengarahkan perhatiannya lagi kepada Elios yang masih berdiri tenang di tengah ruangan.

“Kau siapa?” akhirnya Elanalah yang memecah keheningan tersebut. Kedua tangannya terkepal seolah siap untuk bertarung. Lelaki ini tampak baik, tetapi entah kenapa firasat buruk tetap memenuhi diri Elana.

Elios memasang senyumnya yang paling ramah, mengangkat alis melihat sikap bermusuhan yang terpancar dari seluruh tubuh Elana dengan jelas tanpa ditutup-tutupi. Yah, Elios tidak bisa menyalahkan sikap Elana yang seperti serigala terluka dan mengancam siapapun yang mendekatinya. Setelah kejadian semalam ketika Elana diperkosa tanpa ampun oleh tuannya, wajar saja jika Elana bersikap curiga dan membenci semua orang.

Dengan tenang, Elios mengangkat berkas dalam amplop cokelat yang dari tadi dipegang di tangan kanannya.

“Mohon maaf karena aku belum memperkenalkan diriku dengan lengkap tadi,” Elios tersenyum lebar ketika melemparkan bom keterkejutan yang dimilikinya. “Aku adalah Elios Smith, asisten pribadi dan sekertaris dari Tuan Akram Night. Keberadaanku di sini adalah karena diperintahkan oleh Tuan Akram untuk memberikan satu-satunya dokumen milikmu yang tersisa.”

“Akram…” suara Elana langsung tersekat di tenggorokan ketika menyebutkan nama dari lelaki laknat yang telah memperkosanya itu. Dadanya terasa berdenyut sakit ketika trauma mendalam mulai merayapi nadinya, mengalir dengan deras dalam darahnya, membuatnya seolah-olah akan meledak. “A.. apa maumu? Apakah kau ingin melenyapkan saksi? Aku… lepaskan aku! Aku berjanji tidak akan mengatakan apapun mengenai kejadian ini, aku akan menghilang dari kalian dan tidak akan… tidak akan melibatkan diriku setitik pun dengan kalian lagi!” seru Elana panik, berusaha menekan dorongan untuk melarikan diri yang membuat seluruh tubuhnya gemetar.

Mata Elios menyipit mendengar perkataan Elana, meskipun begitu, senyum tetap bertengger di bibirnya ketika berkata.

“Kalau Tuan Akram ingin kau mati atau ingin kau lenyap, kau akan langsung jadi mayat dan tidak akan berakhir dalam perawatan di rumah sakit mewah ini,”

Elana ternganga, terkejut mendengar jawaban Elios itu. Firasat buruk mulai merayapi dirinya, membuat jantungnya semakin berdentam tak kendali, memukul rongga dadanya hingga terasa sakit.

Akram… lelaki jahat itu tidak ingin Elana mati, dia juga tidak ingin Elana menghilang dan lenyap dari pandangannya… jadi…. Apa yang diinginkan lelaki itu dari Elana?

“Aku… aku hanya ingin bebas…. Apapun akan kulakukan supaya aku bisa pergi, menjauh dan tak bertemu lagi dengan Akram Night, monster jahat itu…” suara Elana tenggelam ditelan isakannya, tidak mampu melanjutkan karena kengerian masih meliputi dirinya ketika membayangkan tentang pelecehan dan siksaan yang terjadi pada dirinya sebelumnya.

“Aku takut keinginanmu tidak bisa terwujud, Nona Elana.” Elios bersedekap dengan tenang, berkas yang dia sebutkan itu masih ada di tangannya, “Karena kau sudah tidak memiliki tempat untuk pulang lagi di dunia ini selain kepada Tuan Akram,”

Kalimat itu diucapkan dengan nada santai dan tenang, tetapi arti yang terkandung di dalamnya langsung membuat Elana tersentak waspada.

“Apa maksudmu?” tanya Elana cepat, firasat buruk langsung melingkupinya kembali, membuatnya merasa ngeri.

“Tuan Akram memerintahkan untuk melenyapkanmu dari dunia ini. Melenyapkanmu dan bukan membunuhmu. Itu berarti aku harus melakukan pekerjaan pembersihan dengan sempurna. Kami tidak khawatir mengenai saksi atas apa yang dilakukan oleh Tuan Akram padamu semalam, karena seluruh saksi telah kami lenyapkan tanpa sisa,” ada kilat tanpa nurani yang muncul di dalam mata Elios ketika berucap. “Semua orang yang mengetahui keberadaanmu di kelab itu sudah kami lenyapkan. Sachi, pemilik kelab, Karel dan bahkan orang-orang yang tanpa sengaja menyadari kehadiranmu di kelab itu, mereka semua sudah dibungkam untuk selamanya. Aku bahkan memerintahkan penyelidikan ke tempat kerjamu, ke lingkungan rumahmu dan juga melakukan penelusuran atas ponselmu untuk menemukan adakah kau menyebut tentang pekerjaanmu di kelab itu kepada orang lain selain yang kusebutkan di atas, dan syukurlah, kau tidak melakukannya, jadi kami tidak perlu menambah lagi korban jiwa untuk menghilangkan saksi.”

Elana melebarkan mata, bibirnya gemetaran ketika menyadari makna mengerikan dari ucapan Elios itu. Melenyapkan saksi… itu berarti mereka semua…. Dibunuh?

“Karena itulah, kau tidak perlu berjanji untuk tidak menuntut kami di masa depan atas apa yang terjadi pada dirimu. Kami sudah membereskannya sampai tuntas. Tidak ada orang yang bisa menghubungkan Elana Maresha dengan Akram Night. Bahkan bagi semua orang, Elana Maresha sudah tidak ada lagi di dunia ini.”

“Sudah tidak ada lagi di dunia ini?” seperti orang bodoh yang ditelan keterkejutan bertubi-tubi, Elana hanya bisa mengulang kalimat Elios tanpa daya.

“Bagi semua orang di dunia ini, kau sudah mati dalam kebakaran semalam,” ada suara lain yang lebih tegas dan dalam yang menyahut dari arah pintu yang terbuka.

Elana menolehkan kepala ke arah suara, dan teror seketika mendera tubuhnya, membuatnya terkesiap dalam kengerian dan dengan tubuh gemetaran, langsung beringsut menggeser tubuhnya dengan putus asa hingga berada di sisi ranjang terjauh dari sosok beraura mengerikan yang saat ini sedang melangkah memasuki ruangan.

***

Akram Night memasuki ruangan dengan langkah lebar dan tubuh tegap. Lelaki itu memakai pakaian formal sama seperti asistennya. Jas setelan tiga potong yang menempel pas ditubuhnya,berwarna hitam pekat dilengkapi kemeja dan dasi berwarna gelap senada. Penampilan Akram yang gelap itu membuatnya tampak seperti malaikat kematian tak kenal ampun yang hendak merenggut jiwa-jiwa malang tak berdosa dan melemparkannya ke neraka.

“Aku akan menanganinya sendiri, kau boleh pergi.” Akram berucap singkat ke arah Elios, dan asistennya itu langsung mematuhinya.

Elios setengah membungkuk memberi hormat untuk berpamitan, lalu menyerahkan berkas yang di bawanya ke tangan Akram sebelum kemudian meninggalkan ruangan dan menutup pintunya, meninggalkan Elana sendirian dengan lelaki jahat mengerikan yang berdiri menatap ke arah Elana tanpa ditutup-tutupi.

Lalu, dalam keheningan yang mencekam, lelaki itu melangkah mendekat ke arah Elana, membuat Elana beringsut menjauh tanpa daya ke ujung ranjang, dan akhirnya bertahan di ujung terjauh ketika akhirnya Akram berhenti, berdiri tepat di tepi ranjang.

“Aku memerintahkan Elios untuk membakar rumah tempat tinggalmu yang bobrok dan menyedihkan itu. Sebelumnya Elios telah meletakkan mayat perempuan di atas tempat tidurmu. Ketika kebakaran besar itu berhasil dipadamkan, mereka hanya menemukan tulang belulang terbakar yang terlalu rusak untuk dikenali, dengan begitu, pihak berwajib tanpa ragu langsung mengklaim sisa tulang itu sebagai dirimu.” Akram melemparkan berkas di tangannya ke pangkuan Elana dengan kejam. “Kau saat ini tidak punya apa pun, kau tidak punya tempat tinggal, kau tidak punya barang-barang pribadi, kau tidak punya berkas-berkas pendukung seperti kartu identitas, kartu jaminan sosial, atau bahkan ijazah pendidikanmu. Aku sudah melenyapkan semuanya.”

Akram menyeringai ketika tangan Elana yang gemetar memegang berkas di tangannya dan matanya menatap berkas itu dengan kebingungan.

“Lihat berkas itu. Itu adalah satu-satunya bukti eksistensimu yang tersisa di dunia ini. Dan setelah itu, kau benar-benar tidak memiliki apa-apa lagi. Bahkan, identitas pun sekarang kau tidak memilikinya, karena di mata dunia, Elana Maresha sudah mati.”<

Elana menyobek amplop cokelat itu dengan gemetaran, tangan mungilnya bergerak terburu-buru, mengeluarkan selembar kertas tebal berwarna putih bersih yang tersimpan di dalam amplop cokelat itu, ditariknya kertas itu ke depan wajahnya, mencoba membaca tulisan di kertas itu dengan seksama, mencari tahu kenapa Akram menyebut berkas itu sebagai bukti terakhir eksistensi dirinya di dunia ini.

Dan ketika Elana membaca keseluruhan surat itu, suaranya memekik terkejut bercampur syok luar biasa. Seluruh tubuhnya gemetaran tak terkendali, pun dengan tangannya yang kehilangan kekuatan hingga membuat kertas itu jatuh terlempar ke lantai.

Akram memang tidak membunuhnya secara fisik. Tetapi lelaki itu telah membunuh eksistensinya sebagai Elana Maresha di dunia ini…

Berkas yang dibacanya itu…. Itu adalah surat keterangan kematian resmi dari negara, atas nama Elana Maresha.

Episode 8 : Tak Berdaya

“The strongest position you can be in, is complete surrender.”

Akram sama sekali tidak peduli dengan ekspresi syok yang membuat Elana tampak pucat pasi. Lelaki itu membungkuk di atas ranjang, mendekat seperti predator yang ingin mengunci mangsanya, dan membuat Elana semakin beringsut menjauh, tetapi tak berdaya karena tak bisa lari

“Kau… kau mau apa?” Elena berhasil menyerukan suaranya yang tersekat, tangannya memeluk dirinya di dada, sebagai tameng perlindungan rapuh atas tatapan Akram yang begitu tajam sampai menusuk jiwanya

“Kau bertanya aku ingin apa?” Akram setengah terkekeh, meskipun matanya sama sekali tak menyiratkan senyum. “Aku ingin kau.”

Mata Elana melebar. Lelaki di depannya ini memang orang gila. Akram bahkan sama sekali tidak menutupi obsesi mengerikannya terhadap Elana. Dan lelaki ini begini arogan, seenaknya mengklaim apa yang diinginkannya, seolah Elana adalah sebuah benda yang tak punya kehendak. Apakah selalu seperti ini pengaturanya bagi golongan kuat? Apakah karena mereka kuat, berkuasa dan memiliki banyak harta, mereka bebas menghancurkan penghargaan atas hak asasi manusia?

“Kau tidak akan bisa berbuat semaumu! Aku… aku bukan barang yang bisa dimiliki sesukamu, aku manusia!” Elana memberanikan dirinya untuk melawan meskipun dia tahu kesempatannya untuk menang sangat kecil. Dia tahu Akram adalah tipe penindas, lelaki itu membabat habis golongan lemah tanpa ampun dan tanpa belas kasihan. Jika Elana tidak bisa melawan sama sekali, dia tahu pasti bahwa dia akan ditekan oleh kekuasaan lelaki itu hingga merendah sampai ke tanah. “Manusia memiliki hak pribadi atas tubuh mereka sendiri, meskipun kau memaksakan diri kepadaku, tubuh dan hatiku tetap milikku, tidak bisa dimiliki oleh orang lain!” sambungnya terbata, mengungkapkan maksudnya dengan nada sungguh-sungguh.

Sayangnya, kesungguhan Elana itu tampaknya sama sekali tidak mempan untuk mengetuk nurani Akram. Lelaki itu malahan tersenyum mengejek, sengaja memandangi seluruh tubuh Elana dengan pandangan sensual yang melecehkan.

“Oh ya? Kau bilang kau punya hak atas tubuhmu sendiri. Tapi bukankah aku sudah berhasil memiliki tubuhmu? Apa kau lupa semalam aku bisa menyentuhmu semauku dan kau sama sekali tidak memilki kekuatan untuk melawan?” Akram menyahut dingin, senyumnya muncul ketika melihat wajah Elana langsung pucat pasi mendengar perkataannya. Perempuan itu bersikap melawan, tetapi Akram tahu pasti bahwa di dalam hatinya, Elana begitu takut terhadapnya.

Tangan Akram bergerak menyentuh helai rambut Elana, membuat perempuan itu mengkerut ketakutan. ”Kucing penakut yang siap mencakar. Ternyata kau masih memiliki keberanian untuk melawanku. Aku jadi tidak sabar menunggu untuk menjinakkanmu hingga kau mendengkur di bawah elusanku.” Akram mendesiskan kalimat sensual dengan sengaja, mengirimkan sinyal yang membuat tubuh Elana menegang kaku.

Mendengar perkataan Akram yang vulgar itu, kelebatan demi kelebatan malam laknat itu muncul di dalam pikiran Elana seketika. Tubuhnya gemetar setengah menggigil, tangannya mengepal sementara lengannya semakin kuat memeluk dirinya sendiri. Akram sengaja memancing trauma mengerikan yang muncul di kepalanya akibat perkosaan yang dilakukan lelaki itu kepadanya. Itu semua karena Akram tahu, bahwa ketika Elana tenggelam dalam ketakutan dan trauma, mentalnya semakin lemah dan semakin mudah untuk diintimidasi, hingga kehendaknya untuk melawan akan tertekan habis oleh penindasan dari Akram yang tak punya nurani.

“Kau… kau tidak akan bisa memilikiku… kau tidak akan bisa!” napas Elana tersengal ketika suaranya tertelan di tenggorokan, menahan isakan kuat yang hendak menyembur akibat rasa ngeri yang menyelimuti dirinya. “Lebih baik aku mati!” teriaknya kemudian putus asa.

Tak disangkanya, kalimat terakhirnya itu seperti pemantik yang langsung mengobarkan api kemarahan di jiwa Akram. Lelaki itu langsung menyerang, naik ke atas ranjang dengan kekuatan penuh, membuat Elana memekik ketakutan ketika diterjang tanpa ampun.

Tubuh lelaki itu menindihnya di atas ranjang, kedua tangannya yang kuat menahan kedua lengan Elana, sementara pahanya menekan kuat di sisi samping kiri dan kanan pinggul Elana. Wajah Akram gelap, dipenuhi kemurkaan.

“Jangan coba-coba untuk membunuh dirimu sendiri. Jangan coba-coba melakukan itu lagi!” Akram mendesis sambil menundukkan kepala, mendekatkan wajahnya ke wajah Elana hingga hidung mereka saling bersentuhan. “Nyawamu adalah milikku, Elana, akulah yang bisa memutuskan kapan kau bisa mati,”

Kepala Akram langsung menunduk, hendak mencium perempuan itu, tetapi Elana bergerak cepat, di detik ketika bibir Akram hampir menyentuh bibir Elana, perempuan itu memiringkan kepala, menghindar tangkas hingga bibir Akram hanya berhasil mendarat di pipinya.

Akram tersenyum dalam diam. Perempuan itu benar-benar tidak tahu bahwa sikap membangkangnya malah akan membuat akram semakin terobsesi untuk menaklukkannya. Semakin Elana berusaha menolaknya, semakin Akram ingin menguasainya. Semakin Elena berusaha menjauh darinya, semakin Akram ingin menyatukan dirinya.

Bibir Akram lalu bergerak dengan menggoda, menyusuri sisi pipi Elana, lalu berakhir di telinga Elana, menghembuskan napasnya yang panas di sana hingga Elana terkesiap dengan bulu kuduk berdiri.

“Kalau kau berani-beraninya mencoba bunuh diri lagi, aku bersumpah akan menghentikanmu di waktu yang tepat hingga kau tak akan mati. Kalau kau berusah melakukan bunuh diri dengan cara apapun, aku tidak akan memberimu ampun. Akan kupertahankan kehidupanmu dalam penderitaan hingga kau akan memohon untuk mati saja. Tapi tak akan kubiarkan kau mati, akan kulumpuhkan tangan dan kakimu hingga kau menjadi perempuan invalid yang tidak bisa bergerak tanpa bantuan. Kau hanya akan menjadi sesosok tubuh yang berbaring bagai boneka, hanya berfungsi untuk memuaskan nafsuku. Dan jika aku sudah bosan, aku akan membuangmu tanpa ampun, dan kau hanya akan mati tersiksa dengan kondisi tubuh cacat permanen begitu aku selesai denganmu.”

Kalimat ancaman itu diucapkan dengan tenang, tetapi makna yang ada di dalamnya begitu mengerikan setelah dicerna, membuat Elana hanya bisa begidik ngeri. Tubuh Akram begitu kuat di atas tubuhnya, lelaki itu menindihnya dan memastikan bahwa Elana tidak bisa bergerak dengan bebas ataupun memberontak. Elana merasakan jantungnya berdebar keras, bukan karena kedekatan fisik Akram kepadanya, tetapi karena seluruh jiwanya dihujam oleh rasa ngeri tak terperi.

Monster jahat. Hanya itulah satu-satunya kalimat yang bisa menggambarkan betapa gelap dan kejinya hati Akram. Ancamannya sangat mengerikan bahkan hanya untuk dibayangkan sekalipun. Apa yang akan Akram lakukan kepadanya kalau Elana nekad mencoba membunuh dirinya sekali lagi? Apakah lelaki itu akan mematahkan tangan dan kakinya hingga lumpuh? Apakah lelaki itu akan memotong tangan dan kakinya?

Bahkan untuk mati saja, Elana harus berada di bawah kendali lelaki ini.

Air mata frustasi membuat mata Elana terasa panas. Dia menahannya sekuat tenaga, menggigit bibirnya sampai terasa sakit. Dia harus melawan! Tetapi bagaimana caranya? Akram terlalu mengintimidasi, terlalu kuat untuk dilawan. Dan Elana tidak ingin menangis di depan lelaki jahat ini karena itu sama saja menunjukkan kelemahannya kepada monster itu. Elana menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan air mata yang bergolak dan isak yang menekan dadanya hingga terasa sesak. Sekuat tenaga dia menahan tangisnya.

Akram sendiri tampaknya tak peduli dengan emosi yang bergolak di dalam jiwa Elana, sementara tubuh Elana yang masih lemah sama sekali tidak berdaya untuk melawan kekuatan Akram yang begitu bugar di atasnya.

“Kau tentu tidak ingin kalau sampai aku membuatmu invalid permanen, bukan? Kalau itu terjadi, untuk bergerak, berdiri atau bahkan untuk buang air saja, kau membutuhkan bantuan dari pelayan-pelayanku, dan kau akan sepenuhnya bergantung pada kebaikan hatiku,” Akram menyeringai, tampak senang membayangkan kalimat terakhirnya itu. “Dan aku tentu saja lebih memilih kau patuh sehingga aku tidak perlu terpaksa melumpuhkan tangan dan kakimu untuk mendisiplinkanmu.” Akram menghadiahkan kecupan di lekukan antara leher dan pundak Elana, menggigit kembali pada permukaan kulit lembut di sana dengan menggoda. “Aku tidak suka bercinta dengan boneka yang hanya bisa berbaring ketika aku memuaskan diri. Aku lebih suka bercinta dengan perempuan yang bisa menggunakan lengannya untuk mencakarku ketika aku memberinya kepuasan, aku lebih senang memuaskan diri dengan perempuan yang bisa melingkarkan kakinya di pinggangku ketika aku menyatukan diri dengannya.”

Pipi Elana merah padam mendengar perkataan vulgar Akram itu. Seketika itu juga, lupa dengan tangannya yang masih sakit dan dibebat di pergelangan, lupa pula dengan tangannya yang lain yang masih disambungkan dengan selang infus, Elena sekuat tenaga menggerakkan kedua tangannya untuk mendorong dada lelaki itu menjauh. Sebuah gerakan yang sia-sia karena tubuh Akram yang sekokoh batu begitu keras dan tidak bisa digeser sama sekali.

Gerakan kasar dan tiba-tiba yang dilakukannya berakhir fatal. Selang infusnya terlepas paksa, menciptakan rasa nyeri mendera seiring dengan rembesan darah di punggung tangannya. Dan ditangannya yang lain, gerakan kasar di pergelangan tangannya membuat jahitan rapuh yang masih belum kering benar terbuka kembali, mengucurkan darah segar yang langsung membasahi perban putih bersih itu.

Elana mengaduh kesakitan karena rasa nyeri yang langsung menggigit di kedua tangannya. Dan Akram langsung mengangkat tubuhnya untuk melihat apa yang terjadi.

Mata Akram melebar ketika melihat kedua tangan Elana yang sama-sama terluka, lalu beralih ke arah wajah Elana yang berubah pucat pasi.

“Bodoh!” Akram mengutuk ke arah Elana dengan suara kasar, lelaki itu berguling dengan cepat dari atas tubuh Elana, langsung turun dari tempat tidur dan mendarat berdiri di lantai. Akram langsung meraih tombol pemanggil perawat untuk menangani Elana dengan segera.

Sementara itu, pandangan Elana mulai berkunang-kunang, seolah-olah semua yang ada di sekitarnya berubah kabur dan buram, diselubungi oleh titik-titik berkilauan yang mengambang dalam gerakan berputar di sekitarnya. Lalu gelap kembali datang memeluk Elana, membuat dirinya kehilangan kesadarannya sepenuhnya.

***

Ketika Elana membuka mata kembali, kepalanya terasa sangat pening. Dia mengerjapkan mata berkali-kali untuk menguraikan pandangannya yang kabur, tetapi yang tampak di depannya hanyalah bayangan samar yang berputar-putar, membuatnya merasa makin mual.

“Pelan-pelan. Kau berdarah banyak tadi karena jahitanmu terbuka,”

Suara tenang itu membuat Elana terkesiap. Dia menyipitkan mata, berusaha menahan rasa tak enak yang bergolak di tubuhnya dan menolehkan kepala ke arah sumber suara. Jantungnya langsung berdegup ngeri ketika menyadari bahwa monster itu, Akram Night, duduk di kursi dekat dengan tempat tidurnya, mengawasinya dengan mata hazelnya yang menusuk tajam.

Elana berusaha menggerakkan tangannya untuk menyentuh kepalanya yang sakit, tetapi dia mengerutkan kening bingung ketika menyadari bahwa lengannya tidak bisa digerakkan. Elana menundukkan kepala untuk melihat tangannya, dan matanya membelalak ketika menyadari bahwa kedua tangannya diikat masing-masing ke besi yang memagari sisi ranjang rumah sakit itu.

Tangannya yang diinfus diikat erat di dengan sesuatu yang tampak seperti pita hitam satin yang sangat kuat di pergelangan. Sementara, tangannya yang memiliki jahitan akibat sayatan, diikat kuat di bagian lengan, mendekati sikunya dengan ikatan yang sama kuatnya pula.

“Aku yang mengikatmu sendiri, supaya kau tidak bertindak bodoh dan melukai dirimu dengan sengaja.” Akram menyipitkan mata. “Lain kali, jika kau berbuat kebodohan yang sama lagi, aku tidak akan sebaik hati ini dengan hanya mengikatmu. Aku akan langsung memutus saraf tangan dan kakimu sehingga lengan dan kakimu akan lumpuh tak tersembuhkan,” ancamnya dengan nada gelap mengerikan.

Elana menghela napas panjang, tubuhnya setengah menggigil ketika ancaman menakutkan itu menusuk ke dalam jiwanya, membuatnya dipenuhi kengerian yang amat sangat.

Lelaki ini benar-benar monster tak berhati. Dia tidak menutup-nutupi sikap kejam dan jahatnya. Dan Akram sudah pasti tidak hanya menggertak ketika mengancam Elana dengan kekejaman tak kenal ampun. Jika Elana berani membangkang lelaki itu, sudah pasti Akram akan benar-benar membuatnya lumpuh tak berdaya.

Elana tidak punya pilihan, bukan? Terpenjara tetapi masih memiliki kekuatan atas tubuhnya sendiri jelas-jelas lebih baik daripada menjadi sosok invalid yang hanya bisa menggantungkan diri pada orang lain. Akram dengan jahatnya tidak memberikan pilihan pada Elana.

Akram bergerak dan berdiri di tepi ranjang, sementara Elana yang terikat tak berdaya di atas ranjang, tak mampu mendorong dirinya menjauh, hanya mampu menatap Akram dengan mata membelalak penuh kewaspadaan.

“Apakah kediamanmu itu berarti kau berniat untuk patuh?” Akram bertanya dengan seringai dingin yang keji. Lelaki itu duduk di tepi tempat tidur, lalu menelusurkan jemarinya ke pipi Elana.

Seketika Elana memalingkan wajahnya menghindar, membuat senyum jahat terurai di bibir Akram. Lelaki itu melepaskan sentuhannya dari pipi Elana, lalu bergerak untuk membuka jas hitam yang dipakainya, melemparkannya begitu saja ke kursi di samping ranjang rumah sakit. Setelahnya, lelaki itu membuka dasinya dan kembali melemparkannya dengan serampangan, tangannya lalu membuka kancing kemejanya satu persatu, dengan gerakan provokatif yang disengaja, dan kemudian kembali melemparkan kemejanya itu ke kursi, memamerkan tubuh kuatnya yang keras dengan otot terlatih yang sangat maskulin.

Sepanjang gerakan Akram, Elana berusaha bertahan, menatap Akram dengan mata melebar penuh ketakutan bercampur waspada, dan Akram sendiri juga membalas menatap Elana tajam dengan senyum menantang, seolah-olah sengaja mengadu kekuatan hati dengan Elana.

Ketika jemari lelaki itu melepaskan kaitan ikat pinggangnya dan bergerak membuka celananya, kepanikan memenuhi jiwa Elana, membuatnya menggerakkan tubuhnya dengan panik meskipun tertahan oleh tangannya yang terikat di besi samping ranjang .

“Kau… kau mau apa…?” serunya panik setengah menjerit. Lelaki ini tidak akan melakukan ‘itu’ di dalam kamar perawatan rumah sakit, bukan? Bagaimana jika para perawat atau dokter memasuki ruangan? Dan juga, bukankah Elana masih sakit? Apa lelaki itu sebegitu tak mempunyai belas kasihannya sehinga tega memaksa Elana melayani nafsunya ketika Elana sedang sakit seperti ini?

“Aku ingin apa? Tentu saja aku ingin menidurimu,” Akram menggerakkan jemari untuk melepaskan celananya dengan sensual. “Melihatmu terikat dengan pita satin ini membuatku sangat bernafsu, aku akan meledak kalau tidak menidurimu sekarang,” Akram bergerak naik ke atas tempat tidur, menyelubungi tubuh rapuh Elana dengan tubuh kuatnya di atasnya.

Dan ketika lelaki itu menyentuhkan bibirnya ke bibir Elana, mencumbunya sesuka hati tanpa izin, Elana hanya bisa memejamkan mata dengan perasaan bergolak di dalam jiwanya.

Marah, terhina, sedih, sakit hati, semua emosi itu bergolak dalam hatinya, membuat setetes air mata frustasi menetes jatuh tak tertahankan, membasahi pipinya.

***

KONTEN PREMIUM PSA


 

Semua E-book bisa dibaca OFFLINE via Google Playbook juga memiliki tambahan parts bonus khusus yang tidak diterbitkan di web. Support web dan Authors PSA dengan membeli E-book resmi hanya di Google Play. Silakan tap/klik cover E-book di bawah ini.

Download dan install PSA App terbaru di Google PlayWelcome To PSAFolow instagram PSA di @projectsairaakira

Baca Novel Bagus Gratis Sampai Tamat – Project Sairaakira

123 Komentar

  1. Asyik update aku first kh???

  2. Akram kejammmmm

  3. Dark banget ini mahhh
    Good jobb New author

  4. Btw DLOTN kapan punya ilustrasi/gambaran gitu aku penasaran bgt pgn liat??

  5. himeleshinset menulis:

    Ini bener2 dark, yang lain juga pemeran utama juga jahat tapi aku baca ini lebih jahat. Penasaran gimana kelanjutannya, apakah akram akan luluh?tapi gimana dengan cara apa?

  6. OMG . . . Kejamnya. .

  7. d tunggu up date berikut nya

  8. Kak kok ga ada love buttonnya..

  9. Yeah update lagi ???
    Walaupun ada yang typo aku tetap suka, semangat nulisnya thor ???
    Ditunggu kelanjutannya ?

  10. Si akram ini kayaknya gak bakal luluh deh sama elana,, elana nangis aja masih digituin, gilak nih si akram,, duhh author jangan terlalu menyiksa tokih utama perempuannya, jadi sedih aku tuh??

  11. Psycho!! Gilllaaaaa. Lebih kejam dari jend akira paraaaaahhhh

  12. Dan aku baru menyadari, cerita ini ga bisa ku vote??

  13. Yantie_Wahazz menulis:

    Huaaaaa…. Hepi banget oas tau ada update an. Semangat, Sayaamnnggg… Saya tunggu selalu update nya…

  14. UlfaniIkhwanaPurba menulis:

    Akram walaupun kejam tapi ROMANTIS

  15. Siip….cuman ko ada nama yang berubah ya…dari akram ke aslan….????

  16. Nyebelin banget sih ya si Akram
    Pengen gue tampol rasanya
    Btw, itu ada typo, Kak. Ada kata ‘Akram’ yang saltik jadi ‘Aslan’.
    Sukses terus yaaaa

  17. Akram gelo.
    Inimah bukan kejam lagi. Kejam banget

  18. Akram ini sadisnya melebihi Aslan ? Semua orang yang kenal Elana dilenyapkan tanpa sisa. ??
    Btw, kenapa tiba-tiba ada nama Aslan di bab 8? ?

  19. maria apliana menulis:

    Akram beneren gila
    Entah apa yg merasukimuuu??
    Semoga diterima deh dia

  20. Poor Elana…

  21. wew… sepertinya aku masokis karena menyukai cerita ini hmmm…. :v

  22. Sabaarlaaah elena.. Akram yg akan bertekuk lutut padamu…. Hahaha

  23. Malang kali nasibmu, Nak ???

  24. Keren keren lah ceritanya ?

  25. Bikin emosi nih laki, tapi suka ceritanya. Semangat ya buat author nya

  26. Melanie Yustikhasari menulis:

    OMG.. Akram jahat banget

  27. Kejam bangettt
    Ancamannya ga tanggung2 ngelumpuhin
    Lagi sakit juga ????

  28. Jendral akira kedua nih ?

  29. Tegang banget suasananya haha
    Bkin tahan napas bacanya ?

  30. Wadidu sadis bener babang akram, gak nanggung nanggung karakter akram kejem melebihi mak tiri

  31. Jahat banget sih, Akram… Kan kasihan Elana ny!!!

  32. Elle Hayley Nery Bonyta menulis:

    Judulnya beda Sama di no**l*oon …
    Dicari Cari ternyata ini tohh… Tolong percepat verifikasinya min biar jadi vitamin participan

  33. Akram sedang berjalan menuju jurang cintanya sendiri??

  34. Ini gila. Edan si akram. Psyco gendeng. Cuaq stop baca crita ini. Sebagai perempuan aq ga sanggup baca meski cm sekedar cerita. Maaf khusus cerita ini aq skip

  35. Kok gemetar ya bacanya

  36. Njiiir kejam bget ini mah si akram udh kyak pysco sereem ih

  37. Pengen pencet love dong ……

  38. Benar benar bajingan

  39. mustika lisa amalia menulis:

    Akram jahatttt

  40. OctaRianaPutri menulis:

    Kenapa ceritanya begini sih :(( ini seakan-akan pemerkosaan yang diromantisasi
    Keliatan ujungnya bakalan akramnya bucin ke elena tapi sebenernya ini toxic.

  41. Kasian kali elana

  42. Baca ini beneran ngerasain jadi Elana. Akram emang monster swsungguhnya

  43. ????

  44. Astaga akram tepok jidat deh

  45. ???????

  46. Mencium aroma-aroma bucin

  47. Rena Augia Putrie menulis:

    jahara ihh akram …. ngilu bayangin tangannya si elana

  48. LesikaSuharita menulis:

    Serem dan kejamnya juara

  49. Tulisan ceritanya bgs bgt sampai kepalaku ikutan pusing mikirin cara Elana bisa bebas .. aku lupa kalo ini cm fiksi hehee

  50. Selama baca demua cerita PSA baru kali ini gua bener bener benci sm tokoh cowoknya

  51. Kasihan Elana….jadi Sachi juga dibunuh ya??????dan kehidupan kelam Elana pun dimulai

    1. Fira Icha Natasyah menulis:

      :bantingkursi :bantingkursi :bantingkursi :bantingkursi

      1. adln46 menulis:

        :mimisankarnamu

  52. Bener- bener tirani ya…melebihi jendral Akira kayaknya..

  53. Bener bener deh nih si Akram

  54. Mungkinkah nanti kedepannya Akram bisa bersikap lebih lembut pada Elana?
    Tp kalo aku jd elana jg pasti pengen mati ajj. Atau klo bisa bunuh itu manusia jahat.

  55. Abang akram kejam banget:'(((

  56. Akram gak punya hati

  57. Itanur Cahyati menulis:

    ??kasian elena.. semangatt author suka sma ceritanya???

  58. Tega banget, elana bener” dalam kuasa Akram, tapi aku suka sama Akram, gimana dong yah ?

  59. Antara sebel dan suka banget sama tokoh Akram..
    Aduh ga tau ah kenapa malah gini sih wkwk

  60. Ya Ampuuunn… Ketemu Akram disiniii.
    Bahagiaaa bgt,
    Udh lama gk buka PSA, Pas Buka udh banyak cerita, banyak buku.
    Langsung beli di google play.

    Dan gk nyangka Novel tergavorit di lapak sebelah ada sini jugaaa ..
    Gk sabar nunggu season 2 Xavier Light.. :kisskiss

  61. Satu kata untuk Akram “Sadis”. :bantingkursi

  62. kejam bgt si Akram huhu :duuh

  63. Nyeri hate adek bangggg
    Sadis bener

  64. Willy Helmy menulis:

    Rasanya gemes pengen nampol orang mesum akut kayak Akram…
    Gilaaaaa

  65. Duh ikut mewek akutuu???

  66. Sumpah benci ama PU cwoknya

  67. :bantingkursi :evilmode2 :habisakal :evilmode :huhuhu

  68. Akram pas bayi pasti gak minum ASI ya, pasti minumnya lahar gunung merapi, pantesan aja mulutnya ancur parah, kalau ngomong ga punya filter dan jahat bagai mak lampir!!!
    :bantingkursi

  69. Akram jahat :nangiskeras

    1. Peran cowoknya kali ini lebih nakutin

  70. Lely Damayanti menulis:

    Ngeri bayanginnya……

  71. Karina aristy menulis:

    Ngumpat kasar sumpahnya

  72. @ErniHasanatulIsma256 menulis:

    Kejam banget Akram :bantingkursi kasian kan Elena nya :huhuhu

  73. Anik Julian menulis:

    Ya ampuuum mataku jd ikut berkunang2
    Akram gilaaaak. Tapi aku suka banget malah. Trus aku harus gimana nih. Di satu sisi ga suka sm kelakuannya di satu sisi aku suka pake banget sm akram. Hancur hancur hancur hatiku. Babang akram :bantingkursi :bantingkursi :kisskiss :kisskiss

  74. Lanjut

  75. Kejam sekali :bantingkursi

  76. Ryani Ega Radiyan menulis:

    :sebarbenihcinta

  77. Pengen maki Akram tapi masih berharap kalo obsesinya berubah jadi cinta yg tulus buat Elana

  78. [ratings]

  79. Siska Maylani menulis:

    Sungguh tirani :bantingkursi :bantingkursi :bantingkursi :bantingkursi

  80. Rosa Sihaloho menulis:

    JAHAT bet akrammmmm :bantingkursi

  81. Baca ulang :wowtakkusangka

  82. firda widi astuti menulis:

    :lovely :lovely

  83. Kasihan elana

  84. fridadarren menulis:

    Kasihan elana, tapi bikin penasaran buat baca part slnjutnyaa
    Mamacih mimiin😘

  85. oviana safitri menulis:

    Awal baca nya aku juga benci banget tuh sama sikapnya Akram,,, tapi makin baca makin suka tau gak sihh. Si Akram mulutnya emang nggak ada filternya kali yaa… ancur banget kalo ngomong :kumenangismelepasmu

  86. ClaraLavinia menulis:

    Huahua baca sampe begadang sangking gregetannya :kumenangismelepasmu

  87. UpungDananir menulis:

    :backstab :backstab :backstab :backstab

  88. Elana fighting!

  89. Shelli Novianti menulis:

    :DUKDUKDUK :DUKDUKDUK

  90. rika kurnia menulis:

    :panikshow

  91. Woooo,,Akram gendeng!!

  92. jahat bangettt pengen benci ajaa

  93. Aa jahat sekaliii

  94. Yuni Widaningsih menulis:

    Akram jahaddd….tapi aku suka gimana dong :yosemangat

  95. Rizqi Adiarti menulis:

    Ya ampunnnn…jahadddd nya..kasihan elena

  96. Jahad tp sukakkk, hehe

  97. Ini ke-5 kalinya aku baca novelnya, sungguh keren,, pertama kali baca akram jahat banget ya tp semakin dibaca malah jatuh cinta sama sosoknya,, mantap dahh

  98. :haisalamkenal :habisakal Akram sungguuhhh badas :happy elana :dancing :dancing lopyu

  99. niluh dewanty menulis:

    :grrr

  100. Author.. aku ketemu satu novel online yang cerita nya mirip dan bahkan ada beberapa kata, adegan dan situasi yang sama persis sama cerita ini.. sayang banget cerita sebagus ini di plagiatin sama oknum yang ga bertanggung jawab loh 😥

  101. Pujipriyantiningsih menulis:

    Udah berkali kali baca..
    Tetep jatuh cintaa

  102. Nyonya Akram Night menulis:

    :pedas

  103. Pengen bacok akram. Serius emosi.

  104. :aw..aw :ohyeaaaaaaaaah! :lovelove :pedas
    Tak bisa berkata apa-apa

  105. Baca ulanggg. Sebel klo inget2 akram masih jd mode jahat :teparcapeklelah :teparcapeklelah