Vitamins Blog

SAUDADE (END)

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

 

Calista menatap langit-langit ruangan yang di cat warna putih, menghiraukan atau tepatnya berusaha menghiraukan pria yang sejak tadi tidak mengalihkan pandangan darinya. Baiklah ini semua terasa canggung dan tentu saja membuatnya salah tingkah. Tidak sanggup lagi Calista berdeham, diliriknya Siwon yang sekarang bibirnya membentuk kurva melengkung ke atas. Dan Calista yakin, bagian wajah Siwon yang sangat disukainya muncul. Benar. Dua lesung pipi yang menarik perhatian.

“Kau baik-baik saja?”

“Apa Sunbae tidak melihatku? Aku baik-baik saja sekarang.”

Well, dari yang kulihat memang seperti itu.”

“Hm.”

Calista kembali merasaka tatapan Siwon padanya dan membuatnya tidak bisa menahan perasaan jengkel pada pria yang tengah duduk di kursi samping ranjangnya. Berusaha mencari ketenangan yang tersisa dalam dirinya. Ia menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan keras.

“Apa yang ingin Sunbae katakan padaku?”

“Si Chubby itu memutuskanmu?”

“Si Chubby?”

“Cho Kyuhyun, tentu saja.” Tawa Calista mengisi keheningan ruangan. Bahkan air matanya yang tadinya kering, sekarang kembali keluar yang untungnya dalam konteks berbeda.

“Hum. Kami putus. Mungkin itu yang lebih baik sebelum aku terlanjur jatuh terlalu dalam padanya.”

“Dan Sehun?”

Tubuh Calista menegang, ia melarikan matanya menghindar pandangan menyelidik Siwon. Diingatkan kembali kejadian di koridor sebelumnya membuat Calista ingin menenggelamkan dirinya saja. Ia malu. Sangat malu.

Berdeham, membersihkan tenggorokannya yang tiba-tiba gatal, Calista berkata, “Sehun? Dia teman masa kecilku. Rumahnya dan rumahku berada dilingkungan yang sama.”

“Hanya itu? Hanya kekhawatiran teman masa kecil?”

“Hm.”

“Yang aku lihat tidak seperti itu,” sanggah Siwon yang menghasilkan lengkungan alis dari Calista seakan mengatakan apa-maksud-perkataanmu.

“Dia seperti siap menghajarku jika aku tidak melepasmu. Dan mungkin itulah yang akan dilakukannya, jika kau tidak berkeras tetap bersamaku dengan bahasa tubuhmu yang seakan mengatakan aku-lebih-baik-bersama-Choi- Siwon-dibanding-dilihat-menangis-oleh-Oh-Sehun.”

Mata Calista menyipit dan memberikan Siwon tatapan tajam kala melihat senyum geli dan mengejek di wajah Siwon. Pria ini, selalu mengejeknya dan kenapa juga Calista selalu bertemu dengan Siwon di saat yang memalukan.

“I-itu bukan seperti itu.”

“Ya, kenyataannya berkata seperti itu Nona Im. Aku yakin mantan yang berusaha kau hindari dulu adalah Oh Sehun.”

Telak.

Calista dibungkam analisis Siwon, wajahnya berubah warna dan ia yakin sekarang ia tak bedanya dengan udang yang baru saja dimasak. Calista malu, kesal, dan keinginan menghilangkan senyum kemenangan Siwon, bercampur dalam diri Calista. Ia memutuskan mendiamkan Siwon agar pria tidak berperasaan itu pergi dari ruangan ini secepatnya. Sial.

Sudah hampir setengah jam waktu berlalu, dia sudah memberitahu Yeri bahwa ia tidak dapat mengikuti kuliah selanjutnya dan menitip absen pada gadis penyuka dessert tersebut. Keberadaan Siwon menemaninya memang jauh dari rencana yang ia pikirkan saat mereka menuju ke ruang kesehatan ini. Calista bahkan sudah mengeluarkan semua upayanya untuk mengusir Siwon, namun gagal. Yeah, ia kalah telak beragumen dengan seorang Choi Siwon.

Lalu panggilan masuk berhasil mengeyahkan Siwon darinya yang tidak sepenuhnya berhasil membuatnya senang. Karena apa yang diucapkan Siwon padanya.

“Aku harus masuk,”

“Hm. Terima kasih telah mengantarku, Sunbae.”

“Istrahatlah. Aku akan kembali ke sini dan mengantarmu pulang.”

“Huh? Tidak perlu, aku bisa naik bus.”

“Dengan mata sembabmu yang beberapa jam lagi akan berubah bengkak?”

“Ugh i-itu…,”

“Yup. Sudah diputuskan. Tunggu aku di sini.”

Dengan seenaknya Siwon memutuskan dan berlalu dari ruang kesehatan, meninggalkan Calista dengan mata membelalak dan mulut mengap-mengap mirip ikan koi. Kesal adalah perasaan yang mendominasi dirinya saat ini.

 

Calista menunggu Siwon seperti yang dititahkan pria jangkung tersebut. Jika dipikir dengan akal sehat apa yang dikatakan Siwon benar adanya. Dia tidak mungkin berjalan ke luar kampus dan menaiki bus dengan matanya yang sembab. Karena itulah dengan perasaan tidak rela Calista dengan patuh menunggu Siwon.

Yeri datang membawakan tas dan buku-buku miliknya. Gadis itu juga berniat menemaninya menunggu Siwon yang ditolak oleh Calista. Ia tidak ingin Siwon mengatakan hal-hal memalukan tentangnya yang menangisi Kyuhyun pada Yeri. Yeri menyerah dan setelah meyakinkan Calista baik-baik saja. Ia meninggalkan Calista.

Entah sudah berapa banyak kutukan yang dikeluarkan Calista ketika Siwon masuk dan melihat Calista yang berkomat-kamit dengan wajah ditekuk. Kalau saja tidak takut bahwa Calista akan berubah pikiran untuk kembali bersamanya. Siwon pasti tidak akan menahan tawanya. Cute. Calista yang sedang marah terlihat imut di matanya.

“Maaf membuatmu lama menunggu.”

Calista melihat Siwon yang berjalan ke arahnya dan ketika berada di dekatnya, pria itu mengambil tas selempang Calista dan menatapnya dengan tatapan untuk beranjak dari duduknya. Calista mendengus namun tetap mengikuti Siwon keluar ruangan.

Kedunya berjalan ke arah parkiran motor dengan Calista yang terus menunduk, menghindari tatapan mahasiswa lain. Sedang Siwon di sampingnya berjalan seakan jalan itu dibuat khusus olehnya. Menghiraukan tatapan kagum mahasiswi yang mereka lewati.

Cih, tukang tebar pesona, rutuk Calista dalam hati.

Calista turun dari motor Siwon lalu menyerahkan helm yang dipakainya pada pria yang memberikannya tatapan tidak setuju. Calista berpura-pura tidak menyadari tatapan yang diberikan Siwon padanya dan memasang wajah polos.

“Terima kasih, Sunbae.”

“Kenapa tidak sampai ke depan rumahmu?”

“Tidak perlu, aku sudah cukup merepotkanmu. Rumahku tidak jauh dari lorong masuk.”

Masih dengan wajah tidak setuju, Siwon menghela napas dalam. Gadis di depannya sepertinya alergi berada di dekatnya. Tidak, dia sudah menunggu kesempatan ini sejak Calista di tahun pertamanya. Dia harus mencari cara mendekati gadis penyuka benda-benda lucu di sampingnya.

“Kau ada jadwal pagi besok?”

“Hm.”

“Aku akan menjemputmu besok, jadi jangan berangkat sebelum aku datang.” Siwon memasang helm yang tadi dilepas, menyalakan mesin motornya dan melaju, meninggalkan Calista yang tidak sempat membuka mulutnya untuk melemparkan kalimat penolakan.

“Apa-apaan itu.” Calista menghentakkan kaki kesal dan berbalik menuju ke rumahnya.

Belum hilang rasa kesalnya pada Siwon sekarang ia harus melihat waja tertekuk Sehun yang menunggunya di teras rumah. Demi Tuhan, Calista bisa gila harus bertemu dengan dua pemilik hormon testosteron yang mengganggap diri mereka berhak mengatur Calista.

“Nah, apa yang dilakukan Tuan Oh Sehun di rumahku?”

“Duduklah, Calista.” Mendengar nada perintah yang dikeluarkan Sehun membuat kemarahan Calista naik ke titik tertinggi. Dengan kasar Calista menarik kursi di sampingnya agak menjauh dari Sehun, lalu duduk.

“Jadi?”

“Apa hubunganmu dengan Siwon?” Sadar Calista sedang dalam mood terburuknya, Sehun menurunkan nada suaranya, ia tahu gadis itu tidak suka jika seseorang mengeluarkan nada perintah padanya.

Namun, selembut apa pun nada yang Sehun gunakan tetap saja percuma, ketika mendengar kalimat yang ditanyakan Sehun padanya. Apa yang dilakukan Sehun saat ini? Tubuh Calista menegang dan tangannya mengepal di tas yang ia pangku.

“Apa urusannya denganmu? Kita sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi, Sehun. Sekedar mengingatkan kalau-kalau kau sedang mengalami amnesia partial.”

“Aku tahu itu,” Sehun menggeram, menghela napas dalam lalu menatap Calista seakan gadis itu idiot. “Aku hanya tidak bisa melihatmu bersama Siwon. Demi Tuhan, Calista. Siwon seorang player, kau bisa dekat dengan pria lain tapi jangan Siwon!”

“Cih, apa hakmu melarangku. Itu urusanku, kau tidak punya hak melarangku. Kau bukan siapa-siapaku!”

“Calista! Aku memang bukan kekasihmu lagi, tapi aku melarangmu sebagai seorang kakak, aku peduli padamu agar kau tidak salah memilih pria.”

“Jangan membantahku, Cal. Belum apa-apa dia sudah membuatmu menangis, bukan? Kejadian di koridor beberapa jam lalu buktinya! Kau memutuskan pria bernama Kyuhyun untuk bersama Siwon. Siwon terkenal sebagai penghancur wanita!”

Calista tidak bisa menggerakan otot rahangnya untuk menutup. Ia tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Pria yang menatapnya seakan Calista adalah gadis idiot yang melepas pria sebaik Kyuhyun demi bersama Siwon. Tuhan. Apa serendah itu Calista di mata Oh Sehun?

Sehun yang kembali menjauhinya terakhir kali mereka bertemu, bahkan pria itu semakin menempel pada sahabat perempuannya bernama Hayoung dalam kurun waktu satu tahun lebih ini, Calista sudah merelakan pria ini.

Dan saat ia sedang bersedih atas kelakuan Kyuhyun yang lari ketakutan karena komitmen yang diminta Calista padanya. Sehun yang tidak tahu apa-apa malah membuat sebuah cerita di mana Calista terlihat sebagai gadis murahan. Oh Tuhan.

Tubuh Calista bergetar karena amarah dan matanya memancarkan api amarah yang berkilat-kilat. “Atas dasar apa kau menuduhku seakan aku adalah wanita murahan yang mencampakkan kekasihnya karena tergoda oleh pria lain, hah?!”

“Jika bukan seperti itu, lalu apa? Aku melihatmu menangis dipelukan Siwon. Padahal kau tengah menjalin hubungan dengan Cho Kyuhyun.”

“Oh Tuhan, hapus ekspresi sok benar dari wajahmu itu, Oh Sehun!”

“Calista. Turunkan nada bicaramu.”

“Tidak, kau tidak berhak menyuruhku. Tidak dalam hal apa pun juga.” Calista bangun dari kursi yang ia duduki, menggeleng dan bergumam kecil. Ia lalu mengangkat kepalanya, melemparkan tatapan menusuk pada Sehun.

“Apa kau tahu pria baik yang kau sebut itu adalah pria yang memutuskanku karena ketakutan dengan komitmen yang aku harapkan darinya. Dan player yang kau tuduh telah menggodaku adalah orang yang menenangkanku. Dan kau!” Tunjukknya pada Sehun yang menatap Calista tidak percaya.

“Kau yang menempatkan dirimu sebagai orang suci menganggapku sebagai wanita murahan. Kau menjauhiku, seakan aku seorang penderita HIV, sekarang kau berpikir memiliki hak mengatur-atur hidupku. Aku berusaha melupakanmu dan saat aku berhasil kau kembali menerobos masuk dalam hidupku. Sialan kau Oh Sehun!” Calista mengeluarkan semua beban pikirannya pada Sehun, setelahnya tanpa menunggu reaksi Sehun, ia berbalik masuk ke dalam rumah dan membanting pintu hingga tertutup.

Calista bergerak ke arah kamarnya dengan emosi yang masih dirasanya. Menghiraukan keluarganya yang menatap Calista dari ruang keluarga. Keluarganya mendengar pertengkaran Calista dan Sehun di teras. Karena itu mereka berusaha membuat bunyi sesedikit mungkin. Calista yang sedang marah adalah bencana. Gadis itu akan berubah sensitif dan akan melepas semburan lahar amarahnya pada setiap orang yang ditemuinya.

Sehun yang ditinggal Calista masih berusaha mencerna apa yang dikatakan Calista. Dia telah salah menuduh Calista dan akibatnya adalah Calista yang menatapnya dengan pandangan kecewa dan marah. Tapi, ia tidak bisa disalahkan, karena reputasi Siwon yang terkenal membuat mahasiswi di kampus mereka rela putus dengan pasangan yang mereka punya hanya untuk berpacaran dengan Siwon. Karena itulah ia mengatakan hal yang sudah jelas salah. Dan juga alasan yang tidak ingin ia akui adalah Sehun tidak suka melihat Calista berada dipelukan pria lain, sialan.

Sehun mengusap wajahnya kasar, ia tahu harus meminta maaf pada Calista. Namun karena pengetahuannya tentang Calista membuatnya harus menunggu kemarahan Calista mereda. Sehun bangkit dari kursi yang ia duduki lalu berjalan ke luar.

Calista sangat ingin menutup wajahnya karena malu. Melihat tingkah dua orang yang duduk semeja dengannya di kantin kampus sekarang berusaha memenuhi piringnya dengan makanan yang mereka anggap patut untuk dicoba Calista.

Siwon yang sudah sebulan ini memiliki profesi sampingan sebagai supir pribadinya. Yeah, itulah yang Calista pikirkan saat Siwon dengan keras kepala terus memaksa untuk mengantar jemputnya ke kampus. Calista yang malas melakukan adu debat dengan pria itu memilih mengalah.

Sedang Sehun? Oh yeah, entah apa yang dipikirkan pria pemilik eye smile itu, Sehun tidak pernah membiarkan Calista dan Siwon berada dalam satu ruangan. Dan berjuta alasan yang diberikan olehnya membuat alis Calista hampir keriting permanen. Oh God.

Bohong jika Calista mengatakan ia tidak senang dengan perhatian Siwon padanya. Dalam kondisi patah hatinya tentunya Calista sangat membutuhkan seseorang yang bisa menghiburnya dan itulah yang dilakukan Siwon padanya. Beda cerita dengan Sehun, setelah apa yang dikatakan Sehun padanya bulan lalu di teras rumahnya, Calista merasa sulit untuk merasa nyaman dengan kehadirannya.

Kembali dengan situasi memalukan saat ini, Calista benar-benar tidak bisa lagi menahan rasa malunya, karena itu ia meletakkan sumpit yang ia pegang di atas meja dengan kasar dan beranjak bangun dari kursi. Berjalan dengan langkah cepat ke pintu keluar kantin, menghiraukan tatapan ingin tahu, cemooh, dan iri dari penghuni kantin.

Calista merapikan bagian kusut pada mini skirt warna peach yang ia pakai. Berusaha meyakinkan dirinya bahwa blouse putih lengan panjang dengan aksen pita bagian leher dipadukan dengan mini skirt tidak berlebihan untuk janji yang ia dan Siwon buat hari ini. Matanya tidak beranjak dari pintu masuk bioskop, mencari sosok yang ditunggunya.

Calista sangat memuji dirinya karena mengusulkan untuk bertemu dengan Siwon di bioskop lansung tanpa harus menjemputnya di rumah. Alasannya karena ia tidak menginginkan kehadiran orang ketiga yang mengancam kewarasan Calista. Sehun. Yah, ia tidak ingin pengganggu itu merusak harinya. Dan ia sangat senang karena hari ini bebas dari gangguan Sehun.

Saat melihat Siwon yang mencari dirinya, Calista tidak bisa menghentikan pergerakan otot wajahnya membentuk senyuman manis. Seiring langkah Siwon yang mendekat menuju posisinya berdiri, Calista berusaha menahan debar jantung yang menggila. God, bagaimana Calista tidak gugup? Pria itu menatapnya seakan Calista adalah titisan dewi, Ehm. Seperti itulah yang ditangkap Calista dari pandangan Siwon. Jadi, bukan Calista yang terlalu percaya diri.

“Oh, Wow.” Siwon menatapnya penampilannya dan tidak berhenti berdecak kagum dan sukses memunculkan warna merah di wajah Calista. Pria dengan lesung pipi ini benar-benar berlebihan memujinya.

“Sebentar lagi film yang akan kita nonton akan dimulai, sebaiknya kita segera masuk, Sunbae,” kata Calista tanpa berani menatap langsung ke mata Siwon.

Calista mengerahkan tekadnya untuk tetap menatap ke layar besar di depannya. Meski pikirannya terus tertuju pada sosok yang duduk di sampingnya. Bagaimana tidak? Sejak beberapa menit awal film yang mereka nonton, tangan Siwon menggenggam tangannya.

Tubuh Calista tegang, namun setelahnya Calista memaksa tubuhnya kembali rileks, Calista tahu cepat atau lambat mereka akan sampai pada tahap ini. Demi Tuhan, sinyal yang dikirim Siwon sangat jelas selama waktu kedekatan mereka. Dan Calista tentu saja tidak menampik bahwa ia mulai tertarik pada Siwon. Menulikan telinganya pada peringatan Sehun. Karena Siwon yang berada di dekatnya sangat berbeda dengan apa yang dikatakan Sehun.

Di waktu film di depannya menampilkan kissing scene dan dilanjutkan dengan adegan yang lebih, uhm dewasa. Calista mengambil minuman yang mereka beli untuk menghilangkan rasa haus yang tiba-tiba muncul. Ia bisa mendengar tawa tertahan di sampingnya dan bisa ia pastikan berasal dari pria yang terus menggenggam tangannya. Sial.

Calista menatap Siwon yang berlutut di depannya, tangannya digenggam erat oleh pria itu seakan takut jika ia melonggarkannya sedikit saja maka Calista akan pergi dari hadapannya detik itu juga. Dan memang itu yang akan dilakukan Calista.

“Lepaskan tanganku, Tuan Choi Siwon.”

“Tidak, Calista, aku mohon kau harus mendengarku. Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan keduanya. Mereka berdua hanya bagian dari masa laluku.”

“Masa lalu?! Lalu mengapa kau mengaku pada keduanya di chat kalian bahwa kau tidak memiliki pacar saat ini?”

“Aku-aku saat itu marah Calista, karenanya aku mengatakan hal itu. Tapi aku tidak pernah memiiki niat berselinkgkuh darimu, Calista. Jebbal, beri aku kesempatan sekali ini saja.”

Calista merasakan tangan yang digenggam oleh Siwon basah dan saat ia menurunkan padanya, ia bisa melihat wajah Siwon yang basah karena air matanya. Calista bisa merasakan perih dihatinya, dihelanya napas dalam dan memutuskan untuk memberi Siwon kesempatan sekali lagi.

“Baik, tapi ini yang terakhir kalinya.”

‘kuharap aku tidak menyesalinya’ batin Calista.

 

Hubungannya dengan Siwon sudah berjalan 3 bulan, Calista masih bisa mengingat Siwon yang memintanya menjadi kekasih pria itu saat mereka selesai menonton film di bioskop dan juga pengkhianatan Siwon di bulan ke dua mereka menjalin hubungan.

Calista juga masih bisa mengingat jelas wajah terkejut Sehun saat melihat mereka berdua berjalan ke dalam fakultas dengan tangan saling menggenggam. Sejak saat itu pria penggemar bubble tea tersebut seakan menghilang dari dunia. Dunia Calista Im.

Dering ponselnya menyadarkan Calista, ia menggapai ponsel yang ia letakkan di nakas tempat tidur dan membaca pesan masuk.

Kau tidak lupa untuk datang ke rumah kan? Hari ini sepupu cantikmu ini berulang tahun.

            Calista memutar bola matanya membaca pesan Yuri, sepertinya tingkat kenarsisan sepupunya semakin bertambah seiring umurnya yang bertambah. Tidak ingin diteror pesan oleh Yuri jika ia mendiamkan pesan Yuri, Calista segera mengetik balasan pesan yang ia terima.

Hum, tentu. Aku juga akan mengajak Siwon.

Calista menatap Siwon, tidak percaya dengan apa yang dlihatnya. “Kau membeli baju baru?”

“Hum. Aku merasa pakaian yang kumiliki tidak terlalu bagus. Aku harus menampilkan citra kekasih yang tampan di depan keluargamu. Oh, tentunya kekasih yang baik juga.”

Dan Calista tidak bisa menahan tawanya lagi, melihat kekonyolan Siwon. Yang akan hadir di ulang tahun Yuri adalah keluarganya yang didominasi wanita paruh baya dan remaja umur belasan. Apa yang membuat pria di depannya gugup? Tuhan.

“Kau pasti akan sangat disukai saudara-saudara ibuku, Tuan Choi Siwon,” ledek Calista yang dibalas cengiran oleh Siwon.

Calista menatap kembang api dilangit malam Seoul. Ia bisa merasakan panas tubuh seseorang di belakangnya juga detak jantung pria yang sedang memeluknya. Kepalanya disandarkan di dada bidang Siwon dan Siwon meremas tangannya yang terlihat mungil digenggaman Siwon.

Happy New Year, Dear,” bisik Siwon yang ditambah dengan kecupan di kening Calista.

Happy New Year too, Dear.”

Malam itu adalah malam tearakhir yang dihabiskan Calista bersama Siwon. Dan istilah tahun baru adalah babak baru dalam kehidupan seseorang berlaku juga pada Calista. Siwon menjauh dan jika keduanya bertemu atau pun berkomunikasi lewat ponsel, mereka hanya akan terus beragumen dan saling menyalahkan, Siwon yang menuduh Calista kekanakan dan posesif dan Calista yang menuduh Siwon egois. Pada akhirnya Calista akan memutus panggilan telepon dan menghabiskan malam dengan menangis, sedang Siwon tidak berhenti mengumpat.

Calista sangat ingin merubah sifat posesifnya namun bayangan Siwon yang mendekati mantan pacarnya dan mengaku tidak sedang memiliki kekasih masih menghantui Calista. Calista tahu ia terlalu sensitif, karenanya ia berusaha menahan emosi dan menyesuaikan diri dengan sifat Siwon. Tetapi pria yang mengatakannya kekanakan tersebutlah yang sepertinya tidak sadar.

Siwon selalu langsung membentaknya jika Calista menghubungi pria itu di saat Siwon sedang melakukan sesuatu, tanpa memberi Calista penjelasan. Bahkan tidak jarang Siwon bahkan menghilang tanpa kabar selama dua minggu atau lebih tanpa memberitahu Calista alasannya.

Tahun itu, kelulusan angkatan di atas Calista dan artinya kelulusan Siwon. Namun pria itu bahkan tidak menghubunginya untuk datang ke acara pelulusannya. Calista tidak merasakan apa-apa lagi, hatinya kebas dan ia sudah berhenti berharap akan hubungan keduanya.

Calista menatap kosong langit malam kota Seoul lewat jendela kamarnya. Ia lelah dengan semua hubungan yang dijalaninya tidak pernah bertahan lama sesuai yang diinginkannya. Meskipun Calista berusaha keras berubah dan sebisa mungkin tidak mengulangi kesalahan yang mungkin saja ia lakukan dihubungan sebelumnya. Nyatanya hubungan yang ia bangun dengan kekasih barunya tetap saja kandas.

Apa mungkin aku ditakdirkan untuk selau bertemu orang yang salah? Dihelanya napas dalam dan kembali menatap langit malam. Kegiatannya terganggu oleh lantunan piano Kiss The Rain yang menjadi nada panggilan masuk ponselnya.

Dan nama yang muncul di layar ponsel membuat Calista enggan untuk mengangkatnya. Dihiraukannya panggilan tersebut namun sepertinya si penelepon sangat gigih. Dengan kasar diambilnya ponselnya dan mengangkat panggilan masuk tersebut.

Speak.”

“Aku minta maaf tidak mengundangmu di acara kelulusanku.”

“Oh, no problem, Tuan Choi Siwon. Ada lagi?”

“Aku akan mengurus cabang perusahaan keluargaku di USA dan aku berangkat besok pagi.”

“Aku tahu hubungan kita tidak berjalan baik, dan mungkin lebih baik kita berpisah sebelum kita saling menyakiti lebih jauh. Maaf. Maafkan aku Calista.”

“Baik. Jika tidak ada lagi yang ingin kau sampaikan, aku akan menutup teleponmu.”

Tanpa menunggu balasan Siwon, Calista memutus panggilan telepon. Digigitnya pipi bagian dalam hingga ia bisa merasakan darah di mulutnya. Tapi Calista tidak perduli dengan rasa sakitnya. Hatinya jauh lebih sakit. Tubuhnya bergetar setengah mati ia menahan air mata yang mulai mengumpul di matanya namun Calista tidak sanggup untuk berpura-pura kuat.

Calista tidak menahan isak tangisnya. Hatinya kembali terluka, dan ia kembali gagal mempertahankan pria yang ia sayangi. Lagi. Sekali lagi ia gagal.

Ulang tahun ke dua puluh lima berlalu dengan rasa yang sama seperti tahun-tahun yang lalu. Aku merayakannya bersama dengan keluarga serta sahabat-sahabatku. Aku bisa mengatakan bahwa diriku sudah lebih sedikit dewasa, yeah kau harus setuju denganku.

Aku saat ini bekerja di salah satu perusahaan Kota Seoul, sebagai staf akunting. Menjalani hari-hariku ditemani oleh deretan angka. Aku memusatkan pikiran dan energiku sepenuhnya pada pekerjaan. Dan membuat hampir sebagian besar orang yang mengenalku mengataiku sebagai wanita gila kerja, yang aku tanggapi dengan tawa lepas.

Berulangkali Yeri dan sahabatku sejak kecil Nara membuatku mengikuti kencan buta dan esok harinya aku disambut dengan omelan keduanya karena mengacaukan kencan buta yang mereka rencanakan. Ayolah, aku masih berumur 25 tahun, For God Sake!

Hari ini masih seperti hari yang lalu, aku duduk di depan kedua wanita yang menatapku seperti aku adalah seorang tersangka pembunuhan. Tepatnya pada jam istirahat mereka menyeretku ke tempat makan tidak jauh dari perusahaan tempatku bekerja. Aku mulai lelah menghadapi keduanya.

“Kali ini, kau harus datang di kencan buta yang kami atur,” ucap Yeri dengan mata melotot.

“Oh, jangan berani membantah, Calista Im. Aku tahu apa yang akan kau ucapkan. Kau akan mengatakan kau selalu datang di kencan buta tersebut.”

“Tetapi yang aku dan Yeri maksud adalah datanglah sebagai Calista Im yang terkenal sebagai goddess di tempatmu bekerja, bukan sebagai seorang nerd dengan jerawat buatan di wajahmu, kau wanita sinting.” Kali ini Nara yang mengeluarkan frustasinya padaku.

Aku yakin kalian masih mengingat Nara? Sahabat sejak aku duduk di bangku kanak-kanak dan muncul di cerita saat aku masih berstatus kekasih Oh Sehun. Jika tidak, aku sarankan kau membanca ulang cerita tentangku berjudul Red. Nara melanjutkan kuliahnya di kota lain dan kami baru bertemu lagi saat tahun pertama aku menyelesaikan kuliahku.

Baiklah, kita kembali ke inti cerita saat ini. Karena aku yang mulai lelah dengan serangan gencar yang keduanya lakukan padaku, menyodorkan setiap pria yang mereka kenal dan tentunya berpontensi untuk menjadi kekasihku, dan tentu saja mereka berdua yang sama lelahnya denganku karena aku yang terus mengacaukan niat baik mereka.

“Aku menyerah, aku akan menemui pria yang kalian pilih kali ini dengan tampilan yang membuat ia terpesona. Jadi, katakan padaku, siapa pria tidak beruntung yang kalian paksa untuk menjadi kencan butaku.”

“Oh ayolah, kami tidak memaksanya. Yong Shik mengatakan padaku bahwa dia adalah teman dari sepupunya. Aku pernah memberitahumu bahwa salah satu sepupu Yong Shik bekerja di kantor pajak, bukan?”

“Hmm…, sepertinya kau pernah memberitahuku,” jawabku dengan gestur mengingat sesuatu, yang diiringi tawa Yeri dan Nara yang siap mencakar wajahku.

“Saat Yong Shik tidak sengaja bercerita pada sepupunya tentangmu yang sangat aku dan Yeri khawatirkan, pria baik hati itu menyuruh Yong Shik untuk mengenalkanmu pada teman kantornya, yang ternyata memiliki penyakit gila kerja sepertimu,” jelas Nara dengan ekspresi seakan ia telah berjasa menyelematkan dunia dengan tindakan heroiknya.

Aku mengangguk, dengan kesabaran yang mulai menipis. “Sebutkan lokasi dan waktunya”

 

Aku mengamati minumanku yang menjadi dingin. Aku tengah menunggu pria yang menjadi kencan butaku hari ini. Nara memberitahuku bahwa pria itu akan memakai kemeja biru langit. Sialnya, aku tidak melihat tanda-tanda kemunculan orang yang aku tunggu.

Jika lima menit lagi ia tidak muncul, aku akan meninggalkan tempat ini dan mengatakan pada dua wanita yang menyerupai macan betina bahwa pria itu yang salah. Membuatku menunggu selama setengah jam. Demi Tuhan!

Lamunanku dirusak oleh suara bariton pria di depanku, jantungku tanpa sebab berdetak kencang. Memukul dadaku hingga aku takut, mungkin saja jantungku akan melompt keluar. Kau bisa mengatakan aku berlebihan.

Aku mendongak dan wajah yang aku lihat berhasil membuatku menyelami masa lalu. Dia yang memakai kemeja sekolah menengah atas dengan senyum jahil di bibirnya. Eyesmile yang aku sukai dan ia menatapku dengan tatapan hangat.

Wajah itu masih sama seperti dalam ingatan masa remajaku. Musim berganti untuk kesekian kalinya dan aku yang terbiasa dengan keadaan tanpa dirinya. Aku mengira dengan kami berdua yang mengambil jalan hidup berbeda. Tidak bertemu selama beberapa tahun dan semua kejadian yang aku alami sampai saat ini tanpa dirinya. Aku telah melupakannya.

Anehnya, hatiku memiliki pikirannya sendiri. Ia membuat mataku tergelitik hingga air mata mulai mengumpul di mataku dan perasaan yang aku kira hilang seakan meledak dalam dadaku. Membuatku sesak.

“Lama tidak bertemu, Calista Im.” Ia menarik kursi di depanku dan duduk. Matanya tidak lepas menatapku.

“Oh Sehun?”

“Um…., aku adalah partner kencan butamu. Aku harap kita bisa saling mengenal kembali dan melanjutkan ke tahap yang membuatmu memiliki nama belakangku.”

Aku bisa melihat perasaan itu di dalam matanya. Perasaan saat ia masih menjadi milikku. Dan aku hanya bisa menggeleng menghadapi lelucon besar takdir. Aku pada akhirnya berakhir pada Oh Sehun setelah semua petulangan cintaku.

 

END

.

.

.

 

AN/ FINALLYYYYYYYYYYYYYYYY, FF INI BISA AKU SELESAIKAN SETELAH TERSIMPAN DALAM WAKTU ENTAH BERAPA LAMA DI NOTEBOOK AKU AHAHAHA… MAAFKAN AKU YANG BARU BISA POST SEKARANG. DAN JUGA ENDING YANG TIDAK SESUAI EKSPETASI CHINGUDEUL YA… SEMOGA SUKA DAN HAPPY READING^^.

 

TiwiWhielfElf

Just a weirdo girl who loves book and writing

1 Komentar

  1. Indah Narty menulis:

    End :lovelove :lovelove