Vitamins Blog

THE 3 NERD

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

21 votes, average: 1.00 out of 1 (21 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Loading…


Loading…

 

Seorang pria turun dari jet pribadi yang begitu mewah. Dengan gayanya yang begitu parlente ditambah kaca mata hitam yang bertenger manis diwajahnya yang tampan. Membuat siapa saja yang melihatnya pasti terpesona. Terutama bagi kaum hawa.

Pria itu berjalan dengan angkuh saat turun dari pesawat jet pribadinya tersebut, yang didampingi beberapa pramugari cantik nan-seksi.

Bukan itu saja, pria tersebut juga disambut oleh beberapa orang yang menggunakan stelan jas hitam atau mungkin lebih tepatnya mereka disebut pengawal. Melihat dari postur tubuh mereka yang besar dan wajah yang cukup garang. Dan jumlah mereka bisa dikatakan cukup banyak, berkisar 20 orang lebih. Dan sudah ada juga beberapa mobil mewah yang tersedia di tempat tersebut. Terlihat jelas pria itu bukanlah orang sembarangan.

“Selamat datang kembali Mr.Williams” ucap lelaki paruh baya yang menggunakan stelan jas yang begitu rapi yang sama seperti pengawal lainnya, sambil menundukkan kepalanya dengan hormat, dan diikuti seluruh para pengawal lainnya yang juga menunduk hormat. Tentu saja. Lelaki paruh baya tersebut merupakan pimpinan dari para pengawal tersebut.

Sementara itu lelaki yang dipanggil Mr. Williams tersebut hanya mengangguk dengan kecil, tanpa menoleh sedikitpun kepada lelaki paruh baya tersebut. Bahkan ekspresi diwajahnya sangat datar. Tidak ada senyuman di wajah tampan itu.

“Silakan masuk tuan” Ucap lelaki paruh baya tersebut kembali dengan hormat dan membukan pintu mobil mewah itu. Dan tidak ingin membuang waktunya pria tersebut juga langsung masuk kedalam mobil diam tanpa kata. Dan sebelum akhirnya mobil itu melaju jalan dengan pelan. yang tentunya diikuti beberapa mobil lainnya, yang dimana yang mengikutinya itu adalah semua pengawal yang menyambut pria itu tadi.

Pria tersebut adalah Revan Mather Williams. Seorang pengusaha muda yang sukses. Saat ini kedudukannya dikerajaan bisnis sedang di peringkat teratas. Dimana perusahaannya saat ini merupakan perusahaan no 1 terbesar di Amerika. Hal tersebut membuat ia ditakuti dan disegani oleh perusahaan lainnya. Bukan itu saja, pria tersebut juga dianugrahi wajah yang sangat tampan dengan hidungnya mancung, rambut coklat yang selalu ditata dengan gaya klimis, bibir yang tidak terlalu tipis dan juga tebal membuatnya terlihat seksi, dan bukan itu saja pria tersebut juga memiliki mata Indah bewarna abu-abu. Membuatnya terlihat sangat manly. Tapi tidak dengan tatapannya yang selalu tajam, yang siapa saja melihatnya akan terintimidasi sekaligus terpesona akan tatapan tersebut. Apalagi pria yang biasanya dipanggil dengan Revan tersebut memiliki postur tubuh yang tinggi dan tubuh yang sangat seksi. Tentunya dengan perutnya yang sixpack. Membuat dirinya menjadi idaman para kaum hawa. Yah, siapa yang tidak menginginkan sosok seperti Revan Mather Williams seorang pria yang mapan dan tampan. Satu kata untuk semua itu adalah sempurna.

Revan Mather Williams atau biasanya dipanggil dengan Revan bagi orang yang sangat dekat dengannya. Pastinya. Ia bukan hanya dikenal sebagai pengusaha sukses. Tetapi, ia juga dikenal sebagai cassanova dikalangan wanita. Mengingat Revan memiliki kharisma tersendiri yang memancarkan daya pikat pada wanita. Sebenarnya cassanova ‘berkelas’ bukan asal menggodai atau genit pada setiap wanita, akan tetapi ia ahli dalam membuat hati wanita terpikat padanya. ia menguasai bagaimana trik membuat wanita agar menyukainya. Walaupun, wajah Revan selalu datar dan dingin. Tetapi, hal tersebut tidak membuat para wanita takut untuk mendekatinya. Bahkan hampir semua wanita yang mendekati Revan pasti dengan suka rela melemparkan tubuhnya kepada Revan. Tetapi, Revan hanya menganggapnya sebagai sebuah kesenangan semata. Ia tidak pernah menggangap serius jika soal pasangan. Karena menurut Revan semua wanita itu sama. Hanya menginginkan Harta dan kepuasaan sex semata.

Tidak bisa dipungkiri semua keinginan Revan pasti akan tercapai jika ia sudah berkehendak. Hingga hal tersebut membuat Revan menjadi sosok yang Arrogant dan tidak berperasaan. Baiklah itu sedikit tentang Revan. Back to car.

Terdengar suara bunyi ponsel Revan yang mengalihkan perhatiannya dari iPad yang sedari tadi ia perhatikan dengan serius. Karena,Melihat email yang masuk. Yang Tentunya berhubungan dengan bisnis.

Revan melihat dibenda pipih tersebut nama yang tertera, setelah melihat nama tersebut dengan segera ia mengangkatnya.

“Halo dude” sapa seseorang dari sebrang dengan suara baritonya yang terdengar sangat santai. Sebelum Revan bersuara terlebih dahulu.

“Ada apa? ” ucap Revan to the point dengan suara datarnya.

“Hey calm down dude” lelaki disebrang tersebut malah terkekeh pelan.

“Jadi kenapa kau menghubungiku?” ucap Revan kembali kali ini dengan nada malasnya, sambil memijit pelipisnya yang terasa sedikit pusing akibat jet leg.

“Aku tahu hari ini kau baru sampai, jadi Nanti malam kita berkumpul ditempat biasa, untuk merayakan kembalinya dirimu setelah sekian lama sibuk dinegri sebrang” ucap Lelaki tersebut kembali.

“Baiklah”

“Okey sampai jumpa nanti dude” ucap lelaki tersebut kembali dan memutuskan sambungan telfonnya.

Revan menghela nafasnya. Sepertinya dirinya memang membutuhkan hiburan saat ini. Karena ia sangat bosan. Apalagi ia juga, sudah cukup lama tidak berjumpa dengan sahabat-sahabatnya. Mungkin hari ini ia akan bersenang-senang sepuasnya. Mengingat sudah hampir seminggu ini kebutuhan biologisnya juga tidak terpenuhi. Karena, urusan bisnisnya yang benar-benar menyita waktunya, agar ia bisa kembali ke New York.

“Maaf Tuan, Apakah anda tidak ingin mampir ketempat lain dulu? ” tanya sang supir yang sedang mengendarai mobil tersebut. Yang memecahkan lamunan Revan.

“Tidak” jawab Revan singkat dengan nada datarnya. Saat ini ia butuh istirahat sebelum ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya tersebut.

“Baiklah Tuan” balas Supir tersebut dengan patuh.

***

Revan terbangun dari tidurnya ia melihat jam dinakas dan segera bangkit dari tidurnya karena ia merasa sudah cukup dengan istirahatnya dan langsung bersiap-siap.

Setelah Revan siap, Revan segera bergegas pergi dan mengambil salah satu kunci dari salah satu mobil-mobil mewahnya. Hari ini ia memilih mengemudi sendiri tanpa pengawal. Dan pada saat ia baru saja ingin memasuki mobilnya lagi-lagi ponselnya berbunyi. Dengan kesal ia mengambil ponselnya didalam saku jaket yang ia kenakan dan tanpa melihat nama sipenelfon tersebut ia segera menyapa sipenelfon tersebut dengan nada yang sangat tidak ramah alias kesal.

“Halo! ”

“Revan! Kamu itu tidak sopan ya berteriak seperti itu pada mama” balas suara dari sebrang dengan jengkel. Sementara Revan yang mengetahui orang yang menghubunginya tersebut ternyata adalah mamanya sendiri. Dan ia akhirnya menghela nafasnya untuk menelan kekesalannya tersebut yang hampir saja meledak kembali. Jika saja itu bukan mamanya.

“Hmm…maaf ma, ada apa mama? ” tanya Revan kembali dengan nada datarnya.

“Mama hanya ingin tahu kamu sudah sampaikan? ” ucap mama Revan kembali, kali ini nadanya sudah lembut.

“Sudah ma” balas Revan dengan singkat.

“Ooh baguslah, kalau begitu kamu harus menepati janji kamu untuk mencari menantu mama kalau sudah kembali ke New York” ucap mamanya Kembali dengan nada yang sangat santai tapi penuh penekanan. Sementara Revan yang mendengar hal tersebut kembali kesal dan gusar. Ia sudah tahu kalau mamanya menelfon bisa dipastikan ada sesuatu. Seperti saat ini contohnya.

“Hmm”

“Kamu jangan hmm-hmm aja. Pokoknya mama maunya kamu buktikan ucapan kamu” ucap mamanya kembali. Revan yang semakin kesal dengan pembicaraan tentang menantu tersebut segera ingin menyudahinya sebelum mamanya semakin menjadi dan membuat panas telinga Revan.

“Iya ma, sudah dulu Revan mau pergi” ucap Revan dan memutuskan hubungan telfon tersebut langsung secara sepihak. Ia tidak peduli jika mamamnya nanti akan mengamuk akan hal tersebut.

Revan yang awalnya sudah bersemangat untuk bertemu sahabatanya menjadi badmood. Dengan malas Revan menaiki mobilnya yang sempat tertunda tadi. Dan melaju kencang menembus jalannya malam.

Tak membutuhkan waktu yang lama bagi Revan menuju Club tersebut,  mengingat lajunya Revan membawa mobil sport keluaran terbaru tersebut.

Setelah memberikan kuncinya mobilnya kepada penjaga Club tersebut,  untuk diletak pada tempatnya. Ia segera masuk kedalam Club tersebut.

Dan Ketika ia baru saja masuk, Para bodyguard yang menjaga didalampun langsung menunduk dengan hormat. Dan Hampir semua orang melihat kearahnya, terutama para wanita malam yang ada diclub tersebut. Saat ia berjalan orang-orang pun menyingkir dengan begitunya. Yah,  siapa yang tidak mengenal sosok Revan, apalagi mengingat kekuasaan yang dipegangnya. Membuatnya sangat ditakuti dan disegani. Bukan itu saja,  ia juga merupakan pemilik Club ternama tersebut. Jadi tidak heran jika pelanggan club tersebut sudah mengenal sosok Revan. Yah,  walaupun tidak bisa dipungkiri yang datang ke tempat Club tersebut bukanlah orang-orang sembarangan.  Karena, hampir semua yang datang keclub itu adalah orang yang berpengaruh dimasyarakat dan kaya Raya juga. Tentunya.

Dan dengan wajahnya yang Angkuh Revan melewati kerumunan orang tersebut dengan santai.  Bahkan para wanita-wanita malam kelas kakap ditempat tersebut tidak takut sama sekali mengajak, serta menawarkan jasa mereka dengan gaya menggodanya masing-masing kepada Revan. Yang tentunya Revan hanya  membalasnya dengan senyum sinisnya dan wajah datarnya. Karena,  ia memang tidak berminat sama sekali.

Revan terus berjalan menuju lantai 2 dimana para sahabat-sahabatnya sudah menunggu. Tetapi, baru saja ia menanjakkan kakinya ketangga pertama. Seorang lelaki paruh baya yang menggunakan jas hitam menghampirinya.

“Selamat Malam Tuan” Ucap lelaki paruh baya tersebut dengan hormat.

“Maafkan saya, Karena tidak membuat penyambutan atas kedatangan Anda. Saya benar-benar tidak Tahu anda telah kembali Tuan” Ucap lelaki paruh baya tersebut dengan wajahnya yang takut-takut. Yah, Lelaki paruh baya tersebut adalah seseorang yang dipercayai Revan untuk menghandle keadaan Clubnya atau bisa dibilang tangan kanannya.

“Tidak apa-apa” balas Revan dengan datar.

“Sekali lagi maafkan saya Tuan”  ucap lelaki paruh baya tersebut kembali sambil menunduk hormat.

“Hmm, ada lagi yang ingin kau katakan” Ucap Revan kembali dengan nada malasnya kali ini.

“Ah tidak, tidak Tuan” ucap lelaki paruh baya tersebut dengan salah tingkah. Karena sadar bahwasannya Tuannya tersebut mulai jengkel terhadapnya.

“Silakan Tuan saya akan mengantar anda ketempat teman-teman anda, mereka sudah menunggu Anda.” ucap Lelaki paruh baya itu kembali kepada Revan. Sambil mempersilakan Revan bejalan terlebih dahulu. Sementara itu tanpa kata Revan berjalan begitu saja tanpa membalas ucapan dari lelaki paruh baya tersebut.

Revan dan lelaki paruh baya itu sampai disalah satu ruangan, dan dipastikan para sahabat-sahabat Revan tersebut sudah ada didalam sedari tadi menunggunya. Ruangan tersebut merupakan salah satu ruang VIP.

“Silakan Tuan” ucap lelaki paru baya tersebut dengan hormat dan mempersilakan kembali Revan sambil membuka pintu ruangan itu.

“Kalau begitu saya izin untuk pamit Dulu Tuan,  jika anda perlu sesuatu silakan panggil saja saya Tuan” Ucap lelaki paruh baya tersebut kembali setelah Revan masuk kedalam ruangan tersebut. Sedangkan Revan membalasnya dengan anggukan yang kecil tanpa melihat kearah lelaki paruh baya itu kembali. Sementara itu lelaki paruh baya tersebut dengan segera keluar dari ruangan itu,  dan meninggalkan ruangan tersebut setelah mendapat jawaban dari Revan. Yah , walaupun hanya anggukan kecil saja.

Revan mengedarkan pandangannya keseliling ruang tersebut dan menemukan kedua sahabatnya yang sedang duduk minum dengan santai, dan ditemani beberapa wanita-wanita seksi yang sedang bergelanjut manja sambil menggoda mereka. Yang tentunya disambut mereka dengan senang. Yah, para wanita-wanita tersebut tentunya sudah disewa mereka untuk menemani malam mereka. Tatapi,  tidak dengan Revan. Kali ini Ia benar-benar sangat tidak berminat sama sekali. Ia masih memikirkan perkataan mamanya, yang sukses membuatnya kesal seketika. Bagaimana tidak, mamanya terus bertanya tentang hal tersebut yang membuatnya sakit kepala. Padahal ia masih muda. Tetapi sudah disuruh menikah. Bahkan sekalipun tidak terbesit dibenak Revan untuk menikah. Karena menurutnya semua wanita itu sama, hanya menginginkan hartanya. Dan lagian semua wanita itu bisa dipakai jika dibayar dengan uang. Yah, uanglah segalanya.  Begitu juga dengan wanita. Maka dari itu ia tidak berminat sama sekali menikah. Selagi kebutuhan biologisnya masih bisa dipenuhi dengan mudah.

“Hai dude! Kenapa kau hanya berdiri disitu. Kemarilah” ucap salah satu sahabatnya Revan yang langsung menyadarkan Revan dari pikirannya.

Dan yah, sebelumnya perkenalkan kedua sahabat Revan tersebut.

Devan Preston Muller seorang pria yang tampan dengan hidungnya yang mancung, mata hitam sekelam malam yang selalu terlihat tajam ditambah bibirnya yang tipis membuatnya semakin seksi. Bukan itu saja ia juga salah satu pengusaha muda sukses saat ini. Dimana perusahaanya saat ini berada diperingkat 3 setelah perusahaan Arsen tentunya. Devan, sebutan itu yang sering dipanggil oleh orang terdekatnya. Ia juga merupakan seorang Cassanova. Dikamusnya tidak ada namanya kata “Cinta”. karena menurutnya Cinta itu adalah hal konyol. Dan hanya untuk orang bodoh. Dan menurutnya yang terpenting itu hanyalah tubuh wanita yang bisa memuaskannya diranjang.

Aiden Trader Hilton seorang pria yang tak kalah tampan dari Revan dan Devan. Ia memiliki darah campuran Filipina,cina dan Amerika latin. Wajahnya yang terlihat tegas dengan mata coklat hazelnya yang begitu Indah ditambah hidungya yang mancung. Membuatnya terlihat seksi ditambah tubuhnya yang begitu proposional. Tetapi tidak dengan tatapannya yang selalu mengintimidasi. Ia memiliki sifat yang sangat cuek kepada orang lain. Tapi tidak untuk orang terdekatnya ia akan sangat perduli jika sudah berhubungan dengan orang terdekatnya. Walaupun ia memiliki sifat yang cuek, tetapi ia juga merupakan seorang Cassanova. Banyak kaum wanita yang penasaran akan sikapnya Aiden. Karena selalu terlihat acuh tak acuh. Dan walaupun begitu ia tetap suka bermain wanita. Itupun jika ia benar-benar ingin. Barulah ia bawa keranjangnya. Ia tipe pemilih jika soal wanita. Dan Bukan itu saja, ia juga merupakan pengusaha muda yang sukses, sama halnya seperti Revan Dan Devan. Ditambah lagi saat ini perusahaannya berada diperingkat 2. Yang membuatnya semakin diincar dikalangan wanita.

“Wah sudah lama tidak berjumpa sobat” ucap Devan kembali sambil memukul pundak Revan yang sudah duduk disampingnya. Yah, yang tadi memanggil Revan sebelumnya adalah Devan.

“Sepertinya kau sedang ada masalah” sahut Aiden yang melihat wajah Revan yang sangat kusut.

“Hmm” hanya sahutan yang diberikan Revan sebelum mengambil minuman yang telah disediakan dimeja tersebut dengan sekali tegukan. Yah,  minuman itu adalah minuman beralkohol.

“Ayoklah sobat, kita ingin bersenang-senang lupakan sejenak masalahmu, lihat para wanita-wanita jalang ini mereka sudah siap untuk kita” ucap Devan dengan santainya sambil mencium bibir kedua wanita yang ada disebelah kiri dan kanannya yang sibuk menggoda dirinya sedari tadi.

“Aku sedang tidak ingin” balas Revan dengan dingin.

“Kalian semua keluarlah” Ucap Aiden dengan nada tegas kepada para wanita-wanita bayaran mereka. Aiden tahu sahabatnya itu sepertinya memiliki masalah yang benar-benar serius sehingga membuat moodnya sangat tidak baik.

Dengan bersunggut-sunggut para wanita-wanita bayaran itu keluar. Mereka sangat kecewa karena tidak jadi bermain dengan para lelaki-lelaki tampan itu. Karena mereka sangat jarang mendapatkan seperti saat ini.

“Maafkan aku wanita-wanitaku, sepertinya kita akan bermain dilain waktu” Ucap Devan sembari mengedipkan matanya dan meremas dada kedua wanita yang sedari tadi melayaninya dengan nada penyesalan. Sebelum kedua wanita itu dan kedua temanya lagi benar-benar pergi keluar. Dan Sebenarnya Devan ingin bermain, tapi melihat situasi saat ini. Ia memilih mengalah.

“Okey bisa kau jelaskan kenapa kau sangat terlihat kesal saat ini” ucap Devan membuka terlebih suaranya setelah hanya tinggal mereka bertiga saja yang berada diruagan itu.

“Biasa Nyonya Williams (Mama Revan) permintaanya selalu membuatku pusing” jawab Revan dengan nada jengkel.

“Pasti menginginkanmu menikah” tebak Aiden. Karena sebelumnya Revan sudah pernah menceritakann pada mereka tentang permintaan mamanya yang menginginkan Revan segera menikah.

“Hmm”

“Sudahlah mung—”

BRAKKK

Suara dentuman pintu yang tertutup dengan cukup keras. Membuat ucapan Devan terpotong seketika. Dan dengan spontan mereka melihat kearah pintu yang tidak jauh dari mereka. Mereka mengerutkan kening dan menatap datar saat melihat ada tiga wanita yang sedang bersandar pada pintu ruangan mereka yang sepertinya habis berlari. Karena mereka terlihat sangat kelelahan sembari mengatur nafasnya. Revan, Devan, dan Aiden saling menatap satu sama lain dalam diam. Seakan berbicara melalui telapati. Bertanya-tanya siapa ketiga wanita yang berani masuk keruangan mereka. Sejenak mereka kembali memandang kearah ketiga wanita tersebut yang saat ini sedang bersandar dipintu dengan tatapan intens mereka. Mereka mendengar setiap percakapan ketiga wanita tersebut dalam diam. Mereka cukup tertarik dengan percakapan ketiga wanita, taktala mereka juga tersenyum saat mendengar percakapan ketiga wanita itu yang menurut mereka lucu dan unik. Apalagi saat salah satu wanita itu membahas tentang keperawanan mereka dan first kiss Mereka hal itu yang sukses membuat ketiganya menahan tawa. Karena zaman sekarang mana ada wanita seperti itu. Dan hebatnya lagi ketiga wanita itu tidak menyadari keberadaan mereka sama sekali. Dan malah sibuk berbicara dan dengan pikiran masing-masing.

Revan, Devan dan Aiden cukup terhibur. Bahkan saat ini mereka bertiga sudah menyandarkan tubuh mereka kesofa sembari melipat kaki dan tangan mereka, dengan gaya cool mereka masing-masing sambil menatap ketiga wanita yang menurut mereka aneh dan unik dengan penampilan mereka masing-masing. Ntahlah walaupun mereka tidak berbicara sama sekali hanya saling menatap, apa yang dipikiran mereka sama. Tidak diherankan lagi mungkin itu efek mereka sudah lama bersahabat. Jadi membuat mereka sering sepikiran. Seperti saat ini. Ntah mengapa mereka tertarik dengan ketiga wanita yang sedang mereka lihat saat ini.

Tapi tak lama kemudian ketiga wanita itu  berdiri dan berjalan mundur kebelakang. Setelah itu pintu terbuka dengan keras. Sontak membuat Revan, Devan dan Aiden. Menegakkan posisi tubuh mereka yang tadinya santai bersandar pada sofa. Revan menatap dingin kearah segerombolan orang yang masuk keruangan itu. Dan ntah mengapa tubuhya langsung berdiri dan bergerak berjalan mendekati salah satu wanita itu, instingnya mengatakan ketiga wanita itu sepertinya membutuhkan bantuannya. begitu juga Dengan Devan dan Aiden. Mereka mengikuti langkah Revan. Dan melakukan hal yang sama seperti yang Revan lakukan. Yaitu, memeluk tubuh wanita itu, satu-satu.

Revan bisa merasakan tubuh wanita yang ia peluk itu mendadak jadi kaku dan Revan hanya tersenyum smirk. Melihat reaksi wanita yang dipeluk saat ini. Begitu juga Devan ia merasakan tubuh wanita yang dipeluknya itu meneggang, seperti menahan nafas. Devan merasakan aroma wanita yang dipeluknya saat ini sangat memabukkan. Dan tanpa sadar ia malah menelusupkan wajahnya dileher wanita itu. Ia seakan menemukan kenyamanan yang luar biasa terutama di bagian leher wanita yang ia peluk saat ini sangat menenangkan. Bahkan sekarangpun tanpa Devan sadari ia menjilati leher wanita itu dan mengingitnya seperti memberi tanda kepemilikkan. Lain halnya dengan Aiden ia merasakan tubuh wanita yang ia peluk saat ini bergetar. Ia tahu wanita yang ia peluk saat ini menangis dan ketakutan. Ia bisa merasakannya. Aiden hanya bisa memberikan pelukan berharap wanita yang dipeluk saat ini tenang. Sambil menatap tajam kearah segerombolan pria yang Aiden yakini pria-pria tersebut adalah para bodyguard, melihat dari postur tubuh dan tampang mereka.

“Siapa kalian yang berani-beraninya menganggu kekasihku” ntah mengapa Ucapan itu begitu saja keluar dari mulut Revan bahkan nada terdengar seperti marah.

“Maaf sebelumnya Tuan, nona-nona tersebut sudah dibeli oleh Tuan kami” jawab Salah satu pimpinan bodyguard tersebut dengan nada yang takut-takut. Sedangkan Revan yang mendengar hal tersebut mendengus.

“Apa kau tidak tahu siapa aku” Ucap Revan kembali kali ink dengan nadanya yang begitu dingin, bahkan menatap tajam kearah rombongan bodyguar tersebut. Seakan ingin membunuhnya satu persatu.

“Maaf Tuan, saya hanya melaksanakan Tugas dari Tuan saya saja” Ucap pengawal tersebut sambil membungkuk hormat, terlihat jelas raut ketakutan saat Revan mengatakan hak tersebut.

“Siapa nama Tuanmu itu? ” Tanya Revan kembali dengan nada datar, bahkan terkesan tidak tertarik sedikitpun mengetahui nama Tuan para bodyguard yang dihadapannya saat ini.

“Mr. Hans” Ucap pengawal tersebut kali ini dengan wajah yang mulai pucat.

“Karena aku sedang berbaik hati. Katakan pada Tuanmu aku akan membayar uang yang sudah dikeluarkannya untuk membeli kekasihku 10X Lipat. ” Ucap Revan kembali dengan dingin dan menatap tajam, kali ini terasa sangat mengintimidasi. Bahkan orang yang ada diruangan itu bisa merasakan Aura Revan yang begitu mengerikan. Revan paling tidak suka membuang waktunya dengan hal yanh tidak penting seperti saat ini. Ia membencinya.

Sementara itu para pengawal tersebut mengangguk paham.

“Baik Tuan, kalau begitu kami permisi dulu” balas pengawal tersebut kembali sambil menunduk hormat kepada Revan, Aiden dan Devan yang masih sibuk mencumbui wanita yang dipelukkannya itu. Dan Baru saja mereka ingin membalikan badan suara Revan kembali mengintrupsi mereka.

“Dan satu lagi jangan pernah kalian menganggu kekasihku dan kedua temannya lagi. Jika kalian masih ingin hidup” ucap Revan kembali mengingatkan dengan nada yang begitu dingin serta tak terbantahkan.

Semantara itu ke 7 para pengawal yang mendengar ancaman tersebut spontan mengangguk. Karena ketakutan. Bahkan mereka juga berjalan keluar dari ruangan tersebut dengan cepat.

Hening beberapa saat setelah para bodyguard-bodyguard itu keluar. Hingga suara wanita yang dipeluk Revan berbicara cukup keras memanggil temannya yang sedang dipeluk oleh Devan.

***

“Olin Olin hey” Panggil Lexa kembali. Berusaha menyadarkan sahabatnya tersebut. Bahkan Lexa juga tidak memperhatikan seseorang yang memeluk Olin. Ia banya berfokus pada Olin saja. Dan tepat saat ia memanggil Olin untuk ketiga kalinnya, Olin malah jatuh pingsan. Bahkan kacamatanya terjatuh kelantai. Dan untungnya pria yang berada dibelakang Olin memegangnya erat. Sehingga Olin jatuh kedada bidang pria tersebut.

Lexa dengan segera melepaskan tubuhnya dari pelukan orang ia tidak ketahui. Pikirannya saat ini hanya lah temannya yang sedang pingsan. Ia bergerak mengambil kacamata Olin yang terjatuh dilantai. Setelah itu ia kembali mendekat kearah Olin yang masih ditahan oleh pria yang ia tidak ketahui.

“Olin bangun” Ucap Lexa sambil menepuk pipi Olin dengan pelan berusaha menyadarkan Olin. Tapi sayangnya Olin tak kunjung sadar. Dan membuatnya semakin panik. Ia bahkan tidak memperhatikan pria yang sedang memeluk Olin dan juga yang memeluknya tadi,  serta yang sedang memeluk Maisha yanh saat ini masih menanggis. Matanya hanya berfokus kepada Olin.

“Maaf Tuan tolong bantu saya angkat sahabat saya ini kesofa itu” ujar Lexa memohon sembari menunjuk sofa yang berada diruangangan itu.  Ntahlah Ucapan Itu terlontar begitu saja dari Lexa ia benar-benar bingung saat ini. Bahkan diwajahnya terlihat jelas kepanikan. Sementara itu pria yang memeluk Olin yang sempat terkejut wanita yang dipeluknya pingsan. Ia Tersadar dan dengan segera mengangkat tubuh Olin ketempat sofa yang ditunjuk oleh Lexa sebelumnya. Dan meletakkannya ketempat tersebut. Lalu menyingkir dari hadapan Olin memberi ruang untuk Lexa agar bisa menyadarkan Olin.

Lexa dengan cepat memeriksanya tasnya mencari sesuatu yang bisa membuat Olin sadar tapi hasilnya nihil. Ia hanya membawa tisu, novel dan barang lainnya yang tentunya tidak bisa untuk membangunkan Olin. Lexa berpikir keras sebelum ia mengngiat Maisha. Dengan segera Lexa melihat Maisha yang masih dipeluk pria yang ia tidak kenal sama sekali. Tapi ia berusaha mengabaikannya.

“MAISHA! kamu kesini dulu bantuin aku” teriak Lexa cukup keras agar didengar oleh Maisha.

“Hiks…hikss Maaf tuan tolong lepaskan saya hiks…hiks..soalnya sahabat saya Lexa memanggil hiks… Hiks… ” Ucap Maisha dengan polosnya sembari segugukan. Sementara itu Aiden menganga tidak percaya mendegar ucapan wanita yang ia peluk saat ini. Yah, lelaki yang memeluk Maisha tersebut adalah Aiden. Aiden tidak menyangka Bisa-bisanya wanita itu bisa berbicara seperti itu, meminta izin dengan sopan agar dirinya dilepas, itupun karena dipanggil oleh sahabatnya. Sungguh polos dan unik. Ingin rasanya Aiden tertawa. Saat mendengar ucapan wanita itu. Tetapi ia, menahannya. Dan melepaskan pelukannya dari wanita itu begitu saja, tanpa kata.

“Terimakasih tuan” ucap wanita itu dengan menunduk dan sama sekali tidak memandang wajah Aiden. Aiden hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah wanita yang bernama Maisha itu. Kenapa Aiden tahu namanya? Karena ia mendengar jelas teman wanita itu memanggil nama wanita yang ia peluk barusan Maisha. Sungguh wanita unik. Batin Aiden. Sambil memandang datar punggung Maisha yang berjalan mendekati kedua temannya.

“Olin kok tidur sih Lexa” ujar Maisha dengan suara seraknya karena habis menangis sambil menatap Lexa dengan tatapan bingungnya.

“Haduh Sha plesee deh, Olin bukan lagi tidur, dianya lagi pingsan, hufft…kamu ini ” ucap Lexa dengan nada frustasi. Ia rasanya mau gila melihat temannya satu ini, karena lolanya sedang kambuh diwaktu yang tidak tepat.

“Maaf aku tidak tahu” ucap Maisha dengan matanya yang berkaca-kaca.

“Eh kamu kok nangis” Ujar Lexa panik karena melihat Maisha yang ingin menangis.

“Aku takut” ucap Maisha dengan pelan dan air matanya sudah turun begitu saja.

“Astaga kamu jangan nangis dong sha, aku tambah panik nih kalau kamunya nangis” ujar Lexa dengan buru-buru sambil mengibas-ngibaskan tangannya dihadapan wajah Maisha.

“Udah ya kamu gak usah takut lagi, kan ada aku. Sekarang kamu bawa minyak angin atau apapun untuk menyadarkan Olin” Ucap Lexa dengan nada lembut kali ini. ia berusaha mengalihkan pembicaraan agar Maisha bisa tenang. Sementara itu Maisha menganggukan kepalanya. Dan kali ini air matanya sudah berhenti mengalir setelah mendengar pernyataan sekaligus pertanyaan dari Lexa.

“Oh Thanks God…yauda kalau begitu sini aku pinjam dulu sha” ucap Lexa kembali sambil mengucap syukur. Ia begitu lega saat Maisha membawa sesuatu untuk bisa menyadari Olin. Karena saat ini ia benar-benar bingung, karena tidak membawa minyak angin.

Sedangkan Maisha yang mendegar hal itu segera merogoh tasnya dan mencari minyak angin yang sering ia bawa. Ketika ia mendapatkannya dengan segera ia memberikan pada Lexa.

“Ini minyak anginnya” ucap Maisha sembari menyodorkan benda tersebut kearah Lexa. Dan dengan sigap diambil oleh Lexa.

Lexa mengoles-oleskan sedikit minyak angin tersebut di hidung Olin, Dengan pelan tentunya. Dan tak berapa lama kemudian Olin mulai bergerak dan tersadar. Dengan perlahan tapi pasti mata Olin mulai mengerjap dan terbuka.

“Olin are you okey? ” tanya Maisha tepat dihadapan wajah Olin dengan Mata bulatnya. Sementara itu Olin tidak menjawab ia malah meringgis karena merasakan kepalanya berdenyut. Dan ia berusaha untuk duduk. Yang tentunya langsung dibantu oleh lexa dan Maisha. Dengan segera Maisha dan Lexa mengapit tubuh Olin agar tidak terjatuh. Dengan posisi Lexa duduk berada disebelah kiri Olin dan Maisha duduk disebelah kanan Olin.

“Kamu kenapa bisa pingsan? ” tanya Lexa kembali setelah melihat kondisi Olin sedikit membaik dan memberikan kacamata Olin yang sempat terjatuh, yang tentunya langsung dipakai oleh Olin. Karena ia tidak bisa melihat dengan jelas jika tidak memakai kacamatanya.

“Aku tadi merasakan leherku seperti dijilat lalu digigit dan aku tidak tahu itu apa, dan aku takut” Ucap Olin dengan suaranya yang terdengar lemah sambil berusaha mengingat kejadian yang menimpanya.

“Jangan-jangan yang gigit kamu vampire lagi Lin, vampire kan suka gigit leher seseorang” ucap Maisha sambil bergidik ngeri dan menatap Olin dan Lexa dengan tatapan ketakutannya.

“Oh My Lord, kenapa anak satu ini selalu berpikiran aneh” ucap Lexa pelan sembari memijit pelipisnya yang tidak pusing sama sekali. Ia begitu frustasi dengan pikiran sahabatnya Maisha yang selalu berpikiran diluar nalar manusia.

“Oh Neptunus… Apalagi yang dikatakan oleh sahabatnya ini” gumam Olin juga dengan pelan, kepalanya semakin berdenyut setelah mendengar perkataan Maisha yang tidak masuk akal.

“Kenapa? ” tanya Maisha dengan polosnya dan menatap kedua sahabatnya dengan kedua mata bulatnya, karena saat ini Olin dan Lexa sedang menatapnya dengan tatapan jengkel. Maisha merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya. Karena biasanya novel yang ia baca yang suka mengigit itu adalah bangsa vampire, apalagi saat Olin mengatakan digigit dibagian leher. Itu kan kebiasaan Vampire. Pikir Maisha. Nah, dimana letak kesalahannya?

Lexa, Olin dan Maisha tidak sadar ada orang lain yang sedang memperhatikan mereka sedari tadi saking sibuknya berbicara. Bahkan, ketiga pria tampan yang ada dihadapan mereka itu dengan santainya sedari tadi asik menonton mereka tepat dihadapan ketigannya. Yah ketiga pria itu adalah Revan, Devan dan Aiden. Mereka sedari tadi berusaha menahan tawa. Mendengar setiap percakapan ketiga wanita unik yang dihadapan mereka. Karena untuk pertama kalinya bagi mereka ada orang lain yang bisa membuat mereka tersenyum bahkan menahan tawa. Kejadian yang sangat langkah.

 

“Ekhmmm” Devan berdehem agar menyadarkan ketiga wanita yang dihadapannya. Bahwasannya ada orang lain selain mereka. Dan bukan hanya itu saja sebenarnya Devan sengaja berdehem, karena ia tidak yakin jika dirinya bisa menahan lebih lama lagi tawanya jika terus mendegar setiap ucapan dari ketiga wanita itu yang dihadpanya saat ini lebih lama lagi. Jujur saja Devan sempat bingung kenapa wanita yang dipeluknya bisa pingsan dan ternyata setelah mendengar percakapan ketigannya penyebabnya karena, ia mencium leher wanita itu dan memberi kiss mark pada wanita itu. Sungguh luar biasa ajaib dan polos. Hanya sebuah ciuman dileher bisa membuatnya pingsan baagaimana jika dibibirnya? Pikir Devan sambiil tersenyum setan dalam hati.

Lexa, Olin dan Maisha seketika tersadar saat mendengar deheman tersebut. Dengan segera mereka mengalihkan tatapan mereka kearah suara tersebut. Dan sontak saja membuat mereka bertiga terkejut.

 

Bersambung…

 

Yakk, gimana? Suka gak sama ceritanya? Maaf yaa sebelumnya guys ini hanya sekilas tentang cerita aku di wp wkwkwk… Sebenarnya ini niat buat promosi cerita baruku wkwkwk jadi mau yang mau tau kelanjutan ceritanya yuk cuss mari mampir kelapakku hehe…nama akunku “Alexasan” yaa guyss… Cop gak ada unsur pemaksaan yaa ? yang mau aja:v

 

Tq:)

 

11 Komentar

  1. Syarifah Ulza Mabelinia menulis:

    Ceritanya seru, bikin penasaran aplagi 3 laki2, 3 cewek. Pas bgt…..

    1. Makasih say wkwkwk, monggo atuh mampir kelaak saya hehe :KISSYOU

  2. Chrismaylindra menulis:

    Kereennn ?

    1. Thankcu bebeh ??

  3. Bagus ceritanya, lanjut dong :anakayammainlaptop
    Btw ini cuma di tulis disini ya? Gak ada nulis di web lainkah?
    @alexasan

    1. Hehe makasih bebeh, ada kok tapi diwattpad say wkwkwk, silakan mampir kelapak wp saya namanya “alexasan” tq:)

  4. Lanjut ya kak, penasaran

    1. Iyaa say, itu cuplikan dri cerita sayaa wkwkwkwk, kalau mau tau kelanjutannya langsung ke wattpad saya ya namanya ” alexasan” tq…

  5. bagus kak cerirtanya aku suka

  6. Bagussss ceritanyaa

  7. Ok kita liat di w*****d