Vitamins Blog

Lord Of The Demon’s Bride Bab 4

Bookmark
Please login to bookmarkClose

No account yet? Register

BAB 4
HONEY & SUN

Sudah sekitar tiga jam Priam meninggalkan Estel sendiri didalam kamarnya, tiga jam dineraka bersama ksatria yang Priam pikir sudah seperti saudara sendiri tapi para ksatria brengsek itu dengan mudahnya mengejek dan menggodanya. Demi neraka yang panas, Priam harus berhenti bersikap bodoh dihadapan Estel jika tidak para ksatria akan terus menggodanya, terutama Ionia. dewi pembuat masalah itu. Priam ingin sekali membungkam mulut dewi itu. Priam membuka pintu kamarnya perlahan lalu mendapati pemandangan terindah yang pernah Priam lihat seumur hidupnya. wanita itu, Estel tertidur diranjangnya lelap, bajunya sudah diganti dengan sebuah dress sutra putih bergaya yunani. dress itu jatuh sempurna membentuk tubuh indah sang putri, rambut hitam legam Estel dibiarkan tergerai tanpa hiasan, Priam penasaran darimana estel mendapatkan dress itu, bulu mata Estel yang panjang dan letik bergerak gerak. Tubuh Estel bergerak gelisah dalam tidurnya, mulutnya bergumam tanpa suara, ekspresi Estel terlihat menderita. Priam menghampiri ranjangnya, perlahan dirinya duduk, menatap estel yang masih terlihat gelisah, dengan lembut Priam mengusap dahi Estel lalu Priam membelai rambut Estel. wangi matahari dan madu tercium dengan jelas, aroma matahari dan madu akan menjadi favorite Priam mulai sekarang, wanita dihadapannya kembali tertidur tenang. Priam berdiri dan mengambil single sofa dari samping jendela, membawa sofa kepinggir ranjang. Lihat lah dirimu priam, baru sehari saja Estel dikastil kelakuanmu berubah menjadi pria penuh perhatian ejek pikiran Priam.
***
Langit sudah beranjak gelap ketika Estel bangun, dirinya mendengar suara dua orang berbicara, pria dan wanita, tampaknya sang wanita sedang berdebat sengit. Estel mengenal suara itu. Ionia.
“Sialan Ionia, Estel masih tidur, kau tidak boleh membangunkannya” Priam menatap Ionia galak, tetapi dewi itu mengabaikan Priam seperti biasa.
Ionia mendorong tubuh Priam acuh “Priam kau nakal sekali, apa yang kalian berdua lakukan sampai Estel masih tidur”, Priam berharap bisa menutup mulut Ionia, perang lidah dengan dewi keras kepala ini adalah hal yang mustahil. “Kau membuatnya capek yah, kau ksatria mesum” goda ionia sambil menaik turunkan alis indahnya, priam memijat kepalanya pusing. Priam melihat Estel yang menatap dirinya dengan tatapan sayu khas bangun tidur. Sedetik Priam berharap hanya ada dirinya dan Estel didalam ruangan ini. Estel terlihat mempesona, priam belum pernah melihat wajah yang begitu mempesona daripada wajah estel saat bangun.
“Priam” ucap Estel. Priam terhenyak saat mendengar namanya dipanggil. Demi Zeus dirinya tidak pernah merasa bahagia saat namanya diucapkan seperti ini. Priam berusaha mengendalikan dirinya untuk tidak mendekap wanita dihadapannya ini.
“Ah akhirnya kau bangun” Ionia menepuk tangan riang “aku datang untuk mengajakmu makan malam, tapi si penggerutu Priam melarangku” bibir Ionia mengerucut. Estel tersenyum geli melihat tingkah Ionia.
“Aku akan turun sepuluh menit lagi” Estel duduk ditepian ranjang mengerinyit melihat Priam yang masih menatapnya tanpa berkedip.
“Baiklah sampai jumpa sepuluh menit lagi” jawab Ionia penuh semangat lalu menutup pintu kamar Priam.
Estel meremas lengannya salah tingkah, “hmm, maaf menggunakan ranjangmu lama, aku sangat lelah tadi”.
Estel mendengar priam menarik nafas kasar “kau bisa menggunakan ranjangku”.Priam berdiri dipinggir jendela sambil bersedekap.
“Ceritakan tentang Asgardian penghianat itu” Estel lalu berdiri memeluk dirinya sendiri gusar.
“Namanya Loki. dirinya berasal dari Jotunheim tetapi dibesarkan di Asgard oleh pamanku raja Odin Allfather, Loki menyukai kekuasaan, suka menindas, licik dan ambisius. Loki selalu iri pada Thor anak raja Odin, seharusnya loki berada dipenjara Asgard tetapi si brengsek itu berhasil kabur dan entah kenapa dirinya bisa bertemu dengan Hades dan merencanakan pembunuhan ibuku serta ingin merebut Niflheim”. Estel menatap Priam muram. “Ibuku dibunuh tepat dihadapanku dihari penobatanku, ibuku wanita yang baik dirinya tidak pantas meninggal seperti itu” pandangan estel buram karna air mata yang menggenang dipipinya. Memikirkan bagaimana ibunya melindungi dirinya membuat estel merasa bersalah.
Priam berusaha keras untuk tidak melangkah kearah Estel lalu menarik sang putri kedalam pelukkannya. Rahangnya mengeras sempurna. Sialan air mata itu menganggunya.
“ibumu menyayangimu meskipun dengan nyawanya sendiri. Jangan terbebani dengan orang yang telah tiada, itu akan membuatmu semakin susah” Priam serius Estel. Dirinya pernah kehilangan saudaranya terdekatnya Aurelius dimedan pertempuran dan selama dua ratus tahun Priam berkabung untuk sesuatu yang sia-sia. “Membawa beban orang yang telah mati tidak ada gunanya, jangan siakan hidupmu untuk itu putri” sang putri menatap priam dengan ekspresi tidak terbaca, Priam tidak bisa menebak reaksi Estel. Priam membuka pintu kamarnya lalu berbalik “sebaiknya kita ke dapur sebelum Ionia kembali” Tangan Priam gatal untuk menghapus air mata Estel tapi sang ksatria menahan diri.
Estel mengangguk setuju tersenyum “Baiklah aku akan menunggumu didepan pintu” memberikan privasi kepada Estel.

 

Comment yah ditunggu masukkannya ??

ryindini

i love reading

7 Komentar

  1. Kenapa Priam ? Kenapa gak langsung meluk aja ? Gemes aku liat tingkah mu mas

  2. I cant wait next chapter :TERHARUBIRU
    Gemes gue liat tingkah mu priam :YUHUIII

  3. Priam kaku banget kayanya sama cewe??

  4. Sabaaaar priam

  5. Itu ada kalimatnya yg kurang efektif, mohon ditingkatkan lagi penulisannya ya. Semangattt!?

  6. Aku gregetan

  7. Indah Narty menulis:

    Greget..sabar.. sabar