Vitamins Blog

Immortal Guardians – Lembar 3 (Her Guardian 1)

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

34 votes, average: 1.00 out of 1 (34 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Kejadian demi kejadian yang menimpa Putri Unique membuat Raja Barda meningkatkan penjagaan dalam istana. Di setiap sudut ruangan ada satu orang prajurit yang berjaga. Begitu pula gerbang kerajaan yang semula hanya dijaga oleh dua orang prajurit, kini satu lusin prajurit menjaga disana, memeriksa siapapun yang hendak masuk ataupun keluar.

Unique masih berada di dalam kamarnya. Kejadian yang terakhir kali menimpanya membuat penjagaan diperketat, begitu pula dengannya. Saat ini, dia tidak bisa pergi kemanapun sendirian, dia selalu di temani oleh pengawalnya, bahkan di dalam kamarnya sekalipun.

“Anda sudah siap Tuan Putri?” Unique mengalihkan pandangannya pada Honey. Gadis itu berjaga semalaman untuk menjaganya, membuat kantung tebal tampak berada di bawah matanya.

“Apa kau tidak kelelahan Honey?” Honey hanya bisa tersenyum meskipun dia menguap sesekali.

“Jangan khawatirkan saya, Tuan Putri. Setelah ini saya akan istirahat dan digantikan oleh Tuan Agni.” Unique mengangguk, tidak lagi bertanya.

Pintu kamar Unique terbuka, menampilkan Agni yang berjalan masuk menghampiri Unique serta Honey. “Kau bisa pergi sekarang Honey, aku akan menggantikanmu. Segeralah makan lalu tidur.” Honey tersenyum senang mendengar perintah Agni. Dengan secepat kilat, Honey segera berlari keluar dari kamar Unique, melupakan tingkah lakunya di depan sang pemilik ruangan.

“Maafkan tingkah laku Honey yang tidak sopan, Tuan Putri.” Unique yang sedari tadi terkekeh kecil melihat tingah Honey hanya menggeleng maklum.

“Tidak apa-apa Agni. Dia pasti kelelahan karena menjagaku.”

Agni pun segera mempersilahkan Unique untuk mengikutinya keluar dari kamar. Hari ini Unique memiliki janji untuk menghabiskan waktu bersama Pangeran Yasa guna mengenal pria itu lebih banyak. Pria itu mengatakan jika dia akan menemui Unique di taman istana.

“Apakah tidak apa-apa berada di taman istana dalam kondisi seperti ini?”

Agni menolehkan kepalanya, memberikan senyum menenangkan kepadan Unique, “Kami sudah mengamankan wilayah di sekitar taman, jadi saya rasa tidak apa-apa berada disana sekarang. Lagi pula, ada banyak prajurit yang berjaga disekitar sana.”

Unique tidak lagi bertanya, dirinya melanjutkan menuju ke taman istana. Sesampainya disana, belum terlihat Pangeran Yasa berada di sana. Agni pun segera mengarahkan Unique untuk duduk disalah satu kursi taman di bawah pohon apel yang tengah berbunga. Sepanjang mata memandang, Unique bisa melihat semua bunga tengah bermekaran.

Dari kejauhan, tampak Pangeran Yasa yang tengah berlari menuju ke arah Unique. Agni pun segera mundur, menjaga jarak, saat Pangeran Yasa sudah sampai di depan Unique, dengan napas yang tersengal. “Anda tidak apa-apa Pangeran Yasa?”

Pangeran Yasa mengambil napas panjang sebelum akhirnya berdiri tegak di depan Unique. Tangannya yang tadinya menumpu kepada lututnya segera disembunyikannya di belakang punggungnya, menghalangi Unique untuk melihat apa yang dibawanya. “Saya tidak apa-apa, Putri Unique. Hanya sedikit kelelahan.” Pangeran Yasa kembali mengambil napas panjang guna mengatur ritme napasnya yang tersengal-sengal.

“Memangnya anda dari mana, Pangeran Yasa?” Pangeran Yasa tidak menjawab. Sebagai gantinya, pria itu melemparkan buntalan bunga ke pangkuan Unique. Unique pun segera melihat buntalan bunga yang ternyata anggrek itu. itu adalah anggrek merah dengan corak garis unik yang hanya bisa ditemukan di hutan belakang istana dan merupakan bunga favoritnya.

“Saya mencarinya karena anda menyukainya, Putri Unique.” Unique memandang pria di depannya. Pria didepannya tidak berbeda dari pertama kali mereka bertemu, hanya saja sikapnya agak berbeda. Jika pertama kali Unique bertemu dengan sosok Pangeran Yasa yang cuek, terlihat dingin, dan percaya diri, pria di depannya ini adalah Pangeran Yasa yang gugup, salah tingkah, dengan tingkat percaya diri yang rendah. Lihat saja kaki yang memainkan tanah itu dan tangan yang saling membelit satu sama lain. Terlihat seperti anak lima tahun yang kedapatan berbuat nakal.

“Anda tidak perlu bersusah payah melakukan ini, Pangeran. Saya pasti akan menerima semua bunga anda meski anda memetiknya di taman ini.” Unique mmeberikan senyuman pengertian yang mampu membuat Pangeran Yasa terlihat gelagapan.

“Tapi… saya tidak ingin kalah dengan Pangeran Franco…bagaimanapun juga….saya…. juga ingin anda memilih saya.” Tidak satu kalipun pria di depannya menatapnya saat mengatakan hal tersebut. Jika biasanya Unique yang tersipu malu karena orang lain maka kali ini Uniquelah yang membuat orang lain tersipu malu.

“Kenapa anda takut kalah dengan Pangeran Franco, Pangeran Yasa. Belum tentu saya akan memilihnya, bukan?”

“Memang benar, tapi… me….mengingat kalian berteman sejak kecil itu…itu berarti an…anda sudah dekat sekali di…dibandingkan dengan saya. Karena itulah saya….saya sekuat tenaga ingin memenangkan hati an…anda agar anda memilih saya.”

Unique memiringkan kepalanya, merasa aneh dengan perkataan Pangeran Yasa, “Kenapa anda sangat bersikeras agar saya memilih anda Pangeran Yasa?”

Kali ini Pangeran Yasa terlihat gugup, bahkan lebih dari yang tadi. “Karena saya menyukai anda, le..lebih tepatnya, menyukai anda sejak pandangan pertama. Saya…saya ingin melihat anda tersenyum hanya kepada saya, dan…dan saya ingin melindungi anda. Karena itulah, saya…saya melakukan ini semua.” Kini bukan hanya Pangeran Yasa saja yang pipinya memerah karena malu, Unique pun juga demikian karena mendengar perkataan Pangeran Yasa.

Pangeran Yasa dan Putri Unique terdiam cukup lama setelah perkataan Pangeran Yasa. Uniquelah yang pertama kali memecah keheningan di antara keduanya, “Jadi, siapa yang memberitau anda jika saya menyukai bungan ini?”

Unique pada mulanya mengira jika ayah atau mungkin ibunya yang mengatakan kepada Pangeran Yasa tentang bunga favoritnya tersebut. Karena hanya keluarganya saja yang tau tentang bunga favorinya ini. namun saat satu nama itu terlontar dari mulut Pangeran Yasa, Unique terdiam seketika. “Tuan Agni yang mengatakannya. Dia bilang untuk mencarinya di hutan belakang istana.”

Seketika itu juga pandangan Unique beralih ke arah sampingnya, menatap tak percaya pada sosok pria yang masih mengawasinya dari kejauhan. Meski samar, Unique dapat melihat jika pria itu tengah menatap lekat dirinya dengan senyum sendu yang tidak pernah terlihat olehnya. Dan seolah terkena sihir, Unique tidak bisa mengalihkan pandangannya pada sosok tersebut, bahkan saat Pangeran Yasa yang undur diri dari hadapannya karena harus pergi untuk mengurusi hal mendadak, Unique tetap memandang Agni.

Dalam sekejap mata, sebuah bayangan terlintas di kepalanya. Bagaimana saat tangan hangat itu mengusap lembut pucuk kepalanya dan senyum sendu itu menghiasi wajah dari sosok yang tidak begitu jelas bagaimana rupanya. Yang kemudian mengucapkan satu kalimat yang membangkitkan Unique dari lamunannya, “Aku selalu ada disini.”

Unique mengerjapkan matanya, menghalau bayangan yang tiba-tiba saja berkelebat di kepalanya. Tanpa sadar tangannya sudah terulut ke atas kepalanya, berharap jika tangan hangat itu masih ada di sana, mengusap kepalanya dengan kelembutan yang tiada tara. Perasaan asing itu muncul tak terduga, perasaan sesak yang menghempit dada Unique, menyebabkan gadis itu tanpa sadar sudah meneteskan air matanya. Perasaan rindu dan kesedihan bercampur menjadi satu itu menyiksa batin Unique.

“Anda tidak apa-apa, Tuan Putri?” Unique menengadahkan kepalanya, menatap pada Agni yang sudah berada di hadapannya dengan sorot mata khawatir.

Dengan segera Unique menghapus air matanya. Dia pun memberikan senyum kecil sebagai tanda bahwa dirinya tidak apa-apa. “Iya. Bisakah kita kembali ke kamar, aku ingin beristirahat.” Agni pun menyetujui permintaan Unique tanpa bertanya tentang alasan gadis itu menetekan air matanya.

Agni dan Unique baru saja aka melangkahkan kakinya ketika suara gemerisik dari semak bunga di samping mereka terdengar. Diikuti suara desisan yang saling sahut menyahut. Kemudian dalam sekejap mata, puluhan ular itu keluar dari semak-semak, tampak siap menyerang dan menembakkan bisanya ke arah Unique dan Agni.

Agni tidak menunggu waktu lagi, dia segera mengeluarkan pedangnya dari sarung pedangnya, teracung pada puluhan ular yang mulai mendekat. “Tetap di belakang saya, Tuan Putri,” bisik Agni memberi perintah, berusaha sekecil mungkin mengeluarkan suara agar tidak memicu ular-ular di depannya menyerang.  Unique tanpa diminta pun segera berlindung di belakang punggung Agni.

Mereka berjalan perlahan kebelakang, mencoba menghindari gerakan mendadak yang akan memicu puluhan ular di depan mereka untuk menyerang. Mereka tidak lagi melangkah saat menyadari jika mereka sudah tersudut di tempatnya, dengan terkepung oleh puluhan ular dan ditahan oleh pohon besar di belakang mereka.

Para prajurit yang melihat tingkah laku aneh Agni dan Tuan Putri segera mendatangi keduanya. Mereka kaget saat melihat sudah ada puluhan ular yang menghalangi jalan setapak di taman itu. “Tuan Putri!” Suara teriakan salah satu prajurit memicu puluhan ular itu menyerang. Dengan kecepatan dan reflek yang dimilikinya, Agni segera menebas ular yang mendekati mereka satu persatu. Disisi lain, para prajurit juga menebas ular yang hendak menyerang Agni.

Unique tidak bisa bergerak. Matanya meliar melihat seluruh ular dihadapannya mendekatinya dan kemudian mati begitu saja dengan tubuh panjangnya yang terkoyak. Yang bisa dia lakukan adalah meringkuk di punggung Agni yang masih berusaha menjauhkan Unique dari serang ular disekitar mereka.

Saat itulah Unique dapat merasakan sesuatu merambat disekitar pundaknya. Saat matanya menatap ke arah pundaknya, dia bisa melihat seekor ular berwarna merah darah membuka mulutnya, memperlihatkan dua taring panjangnya yang siap mengoyak tubuh Unique dan menyalurkan bisanya.

“Arghhh!!” kejadian itu terjadi dalam waktu sekejap setelah teriakan melengking Unique. Tubuhnya dengan tiba-tiba dilingkupi oleh tubuh Agni, ular yang tadinya berada di pundaknya sudah terlempar begitu saja akibat dilempar Agni. Rasa lega luar biasa akibat menghilangnya ular itu merayapi tubuh Unique. Namun itu hanya permulaannya saja. di detik selanjutnya, mereka mendengar dahan pohon yang patah, diikuti jatuhnya puluhan ekor ular dari dahan di atas mereka, menyelimuti keduanya hingga hanya kegelapan melingkupi keduanya.

Selama beberapa saat setelah kegelepan, akibat jatuhnya ular-ular itu, Unique mengira jika dirinya akan merasakan sensai menyengat akibat digigit ular dan diakhiri kegelapan total yang tidak akan membangunkannya. Namun saat akhirnya dia bisa melihat sinar cahaya lagi, akibat ular-ular itu menghilang entah kemana, dan menatap Agni yang sudah menunduk memberikan senyum hangat seperti yang biasa dilakukan oleh pria itu, Unique menangis tersedu-sedu. Karena pada kenyataannya, Unique tidak terkena satu gigitan pun dan disisi lain, pria di hadapannya itu, meski terlihat tidak apa-apa, bahu tegapnya tersebut sudah di penuhi lubang-lubag mengerikan yang dihiasi oleh darah yang mengucur. Pria di depannya tersebut, Agni, merelakan tubuhnya sebagai tameng untuknya agar dirinya tidak tergigit ular satu ekor pun.

***

Raja Barda terlihat berjalan mondar-mandir di depan meja kerjanya. Tatapannya yang meliar menunjukka jika pria dengan kuasa penuh itu tengah dilanda oleh kecemasan yang menganggunya. Kejadian siang tadi yang baru saja menimpa putri satu-satunya jelas menjadi kecemasannya. Ketakutannya menyeruak begitu saja saat menyadari jika saja putrinya itu tidak selamat dari insiden tersebut maka dia akan kehilangan satu-satunya anak yang dimiliki.

Suara pintu terbuka diikuti suara langkah kaki mendekat ke arahnya mampu mengalihkan perharian Raja Barda. Perhatiannya kini tertuju pada sosok laki-laki yang seluruh tubuhnya ditutupi oleh perban. “Ah, kau sudah datang. Bagaimana keadaanmu?”

“Tidak perlu mengkhawatirkan saya, Tuan. Anda juga tau bahwa hal seperti ini tidak akan mempengaruhi keadaan saya.” Raja Barda pada awalnya mengernyitkan dahinya tidak yakin. Namun saat dirinya kembali  mengamati sosok di depannya, yang terlihat tidak berbeda dengan hari-hari biasanya, dia langsung menghilangkan rasa khawatirnya.

“Jangan terlalu formal, kita hanya berdua saat ini.” Agni tidak menyahut, sebagai gantinya dia hanya tersenyum tipis sebagai tanggapan. “Bagaimana ini bisa terjadi.  Tiga kali aku hampir kehilangan  Unique. Bagaimana bisa kerajaan lain menyusup ke dalam istana dengan penjagaan seketat itu.”

“Tunggu, kau masih berpikiran jika ini akibat penyusup?” Sela Agni mendengar gumaman Raja Barda yang masih setia berjalan mondar-mandir di depan mejanya.

“Tentu saja. kita bahkan sudah menangkap semua penyusup yang menyebabkan kejadian-kejadian ini. sudah pasti ini ulah kerajaan lain yang hendak menghancurkan kerajaanku.”  Raja Barda mengacak rambutnya kesal, merasa kecolongan dengan adanya penyusup di istananya.

“Kau salah. Ini semua memang sudah takdir Unique. Bukankah Charta sudah menjeaskannya padamu. Cepat atau lambat, Unique pasti akan mengalami hal ini. bukankah ini juga alasanmu mengangkat pengawal lebih cepat?” Raja Barda menggeleng dengan ekspresi muram, mencoba menolak ucapan yang baru saja dikatakan oleh Agni.

Tubuh Raja Barda merosot begitu saja. tangannya menarik rambutnya sebagai rasa pelampiasan rasa frustasinya. “Sebenarnya apa salahku? Apa yang dulu pernah ku lakukan sehingga Unique harus menerima semua ini?”

Agni menatap Raja Barda dengan sedikit pilu. Pria di depannya ini, yang dikenalnya dulu, terlihat sangat tersiksa. Siapa yang tau jika sosok yang selalu terlihat tenang dalam menghadapi semua masalah itu selalu melampiaskan rasa  frustasinya sendirian di ruang kerjanya. “Ini bukan salahmu, ini salahku,” gumam Agni dengan usra selirih mungkin.

Bisikan singkat itu menyentak pemikiran Raja Barda. Dalam sekejap, pria itu sudah menatap Agni, memandang sosok di depannya degan kilat kemarahan yang tidak bisa dibendungnya lagi. “Benar, ini salahmu.” Raja Barda berdiri. Langkahnya tergesa mendekati Agni. Dalam hitungan detik, Raja Barda sudah menarik kerah baju Agni, mencengkeramnya dengan kekuatan penuh yang pastinya tidak akan berefek  pada pria tersebut. “Seandainya kau tidak datang padaku, seandainya kau tidak datang pada hari itu, seandainya kau tidak melakukan kesalahan waktu itu! semuanya tidak akan terjadi pada Unique!”

Agni menundukkan kepalanya, sekilas dia kembali mengenang memori yang pernah menjadi mimpi indahnya. Bagaimana saat senyum itu selalu menghiasi hari-harinya, tawa renyahnya yang selalu menghiasi gubuk mungil itu, dan pemandangan langit senja di padang rumut tepat di bawah pohon apel dengan posisi tertidur di pangkuan sosok itu. tak pernah sedetik pun Agni melupakan memori itu, memori yang membangkitkan rasa sakit yang selama ini menusu di dalam dirinya. Menciptakan lingkaran kutukan yang terjadi terus menerus. “Dan seandainya aku bisa memutar waktu, aku ingin kembali pada waktu itu.”

Raja Barda dan Agni terdiam. Keduanya kini saling menatap satu sama lain dengan pandangan yang berbeda. Raja Barda dengan pandangan marah dan dendamnya sedangkan Agni dengan pandangan sendunya. “Namun meskipun aku harus kembali ke waktu itu, aku tetap akan mengambil jalan tersebut. Karena aku tidak bisa berpisah dengannya.”

4 Komentar

  1. farahzamani5 menulis:

    Apa yg terjadi dlu sma Agni???
    Putri Unique terkena kutukan jg atau knp jdi bnyk kejadian yg menginginkan kematian ny???apa ini terkait sma 2 pangeran itu?
    Penasarannnnn huhu
    Ditunggu part selanjutny
    Semangat trs yak ka

    1. Like usual, pertanyaan kamu selalu banyak, wkwkwkwkwkwk
      Dan, enggak. Nggak ada kaitannya sama dua pengeran itu, mereka hanya terseret aja dalam kehidupan Unique, jadi mau nggak mau mereka aku masukin cerita. Tuh aku udah kasih bocoran. Wkwkwkwk
      Tapi tetep aja, mereka berdua ini nanti jadi kunci penyelamatnya tokoh utama. Siapakah itu, tunggu nanti. Hehehe

  2. Msh bnyk misteri soal Agni nih
    Penasaran jg knpa putri uni jg terlibat smpe dibilang klo itu emng takdirnya
    Ditunggu kelanjutannya yaa

    1. Nanti pasti terbongkar satu satu kok, jadi ditungguin aja.