Vitamins Blog

Tentang Masa Lalu

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

16 votes, average: 1.00 out of 1 (16 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

 

 

Mereka bilang bahwa ibu sudah berubah

 

Aku tak percaya, sekalipun semua terus mengatakan itu seminggu terakhir ini, berusaha mengembalikan moodku yang kacau karena telepon menyebalkan yang meminta kami untuk pulang.

 

Rio lebih dari mengerti bagaimana perasaanku tentang tempat yang akan kami tuju, jadi ia memilih diam sepanjang perjalanan, bahkan ajaib ia mampu menahan diri untuk tidak berkomentar melihatku memakai kostum kesukaanku, kaos hitam ketat dan celana jeans belel yang terlihat lebih tua dari umurku, ia cuma berguman lirih tentang club baseball yang harus ditinggalkannya di new york sana, tentang rencana kami berski ria saat puncak musim dingin. Tapi ketika mobil yang menjemput kami di bandara mulai meninggalkan jalan raya antar provinsi, kami berdua tidak tahan juga untuk tidak membuka jendela.

 

Aku menarik nafas dalam , meresapi aroma khas hutan, seperti hujan dan daun basah. Lembab sekaligus menenangkan. Membawa sekelebat memoar masa lalu. Mobil kami melaju mulus melewati ladang ladang sayur yang mungkin siap panen, mesti sudah bertahun tahun tidak melihatnya aku masih bisa mengingat bagaimana wujud tanaman seledri, sawi juga wortel dan tomat yang ditata dengan asri, kulihat sudut bibir Rio naik ia pasti teringat kenakalan kami merusak ladang ladang milik eyang kakung, tindakan yang hanya diganjar desahan lelah dari eyang putri dan tatapan sinis dari ibu.

 

Tiga puluh menit kemudian, kami berbelok ke sebuah jalan kecil dan cukup familiar di ingatanku. Dan diujung sana sebuah rumah putih cantik berlantai dua. Tanpa terasa tubuhku bergetar, pak Jajang sopir keluarga kami membuka pintu untukku dan sekejap aku ingat kenapa aku selalu keberatan kembali kesini. Wanita berumur 50 an itulah sebabnya,wanita berwajah keras itu, dengan matanya yang menatap tajam sekalipun telah dibingkai dengan kacamata tanduknya, Rio menggenggam tanganku erat untuk kesekian kalinya menunjukkan bahwa ia akan selalu ada untukku, dia tersenyum menenangkan padaku, mengandengku menuju rumah kami, membisikkan nyanyiannya pada angin.

 

“Aku akan selalu menjagamu Rei, kau tau itukan?.”

Aku mengangguk dan mulai melangkah mantap, mungkin ini tidak akan jadi begitu buruk.

5 Komentar

  1. Eaaa senangnya ada seseorang yg sllu ada disamping kita kya Rei yg punya Rio..semoga aja Ibunya Rei benar2 berubah yaa

    1. AileenDahayu menulis:

      Aku juga pengen….

  2. Bagus kak, ditunggu cerita selanjutnya ya

    1. AileenDahayu menulis:

      Gak ada kelanjutannya kwkwkw

  3. fitriartemisia menulis:

    eaaaaaaa