Vitamins Blog

Jika Dia Tidak Ada

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

25 votes, average: 1.00 out of 1 (25 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Kulirik bocah di pojokan kantin itu. Sejak 2 menit yang lalu dia mencoba membuka tutup kotak bekalnya. Bodoh. Membuka kotak bekal saja dia tidak bisa. Bahkan bocah itu sama sekali tidak menyadari diriku yang memperhatikan kebodohannya sedari tadi.

Dia merupakan adik kelasku. Umurnya selisih satu tahun dariku. Aku tahu benar, dia dikucilkan di kelasnya. Tempat duduknya berada di pojok kanan bagian belakang kelas. Dia duduk sendiri. Tidak memiliki teman barang seorang pun. Dan ketika pelajaran sedang berlangsung, dia selalu terlihat berantakan dengan buku-bukunya yang berserakan di meja.

Bisa dilihat bagaimana kacaunya hidup bocah itu kan? Aku selalu mengamati bocah laki-laki tersebut, tanpa pernah sekalipun mencoba peduli pada hidupnya. Hey, jangan bilang kalian berpikir aku peduli dengannya. Tidak akan ada yang peduli dengan hidup manusia tidak berguna seperti dia!

Baiklah, akan kujelaskan sedikit tentangnya. Namanya Hairul. Dia merupakan penyandang disabilitas intelektual. Apakah kau tahu apa maksud penyandang-disabilitas-intelektual? Itu adalah istilah keren untuk orang yang memiliki keterbatasan dalam pemikiran dan pemahaman yang dialami dalam jangka waktu yang relatif panjang.

Hairul masih sibuk dengan kotak bekalnya yang tidak bisa dia buka sejak tadi. Hingga akhirnya segerombolan siswa itu datang. Dimas, Angga, dan Farhan. Jangan tanya mengapa aku mengenal mereka. Seluruh penghuni sekolah ini juga pasti tahu tentang tiga siswa pembuat onar paling legendaris.

Mereka bertiga mendatangi Hairul. Aku tahu, sebentar lagi Hairul pasti akan menjadi bahan kenakalan mereka, persis seperti hari-hari sebelumnya. Sebagai pembukaan, Dimas menggebrak meja tempat Hairul meletakkan kotak bekalnya. Kemudian Farhan menyabet kotak makan bocah tersebut, lalu melempanya ke tempat sampah. Setelah itu Angga menuangkan segelas jus jeruk kepada Hairul yang hanya duduk termangu.

Mereka bertiga tertawa keras. Saking kerasnya, semua murid yang berada di kantin menolehkan kepalanya ke arah mereka. Bagus, sekarang bocah penyandang disabilitas itu menjadi pusat perhatian. Hairul tetap bergeming, tidak bergerak sedikitpun dari tempat duduknya. Kepala bocah itu ditundukkan dalam-dalam. Dia tidak berani melawan.

Aku menatap Hairul dengan dahi mengernyit. Aku benar-benar tak habis pikir dengan apa yang bocah itu pikirkan saat ini. Mengapa dia tidak melawan saja sih?! Atau jika tidak berani, setidaknya dia segera pergi meninggalkan kantin dan membersihkan pakaiannya yang terkena siraman jus jeruk! Meski dia menyandang disabilitas intelektual, apa susahnya sih, pergi meninggalkan kantin untuk menghindari ketiga pembuat onar tadi?! Huh, Hairul yang bodoh!

“Ren, aku kok kasihan sama Hairul, ya. Tiap hari digituin sama Dimas dan yang lain.” Sandra, sahabatku yang sekarang sedang makan siang bersamaku di kantin berbisik. Aku tahu, dia sebenarnya iba dengan nasib Hairul. Tapi, tentu saja dia tidak berani melawan gerombolan Dimas dan teman-temannya.

Aku mengedikkan bahuku, tidak begitu peduli dengan Hairul yang dibicarakan Sandra. “Hairul bisa saja pergi menghindar ketika melihat ketiga pembuat onar itu memasuki kantin. Tapi aku rasa, Hairul terlalu bodoh hingga otaknya tidak bisa memikirkan gagasan tersebut.”

Sandra menggeleng tidak setuju, “Dia memiliki keterbatasan pemikiran, Renata. Tentu saja Hairul tidak bisa berpikir sampai sana. Kau tahu benar tentang kekurangannya, tapi mengapa kau masih saja menyebut-nyebut kata bodoh untuk mendeskripsikan anak itu?”

“Kau juga tahu benar tentangku, Sandra. Kau pasti tahu aku tidak suka jika kita membicarakannya, tapi mengapa kau setiap hari seolah selalu ingin membicarakan Hairul denganku?!” Aku menyolot. Nada bicaraku meninggi, pertanda bahwa aku mulai marah.

“Aku tidak mengerti mengapa kau membenci Hairul,” Sandra begumam pelan. “Kau selalu memperhatikannya dari kejauhan, mengerti semua tentang Hairul. Tapi di sisi lain kau malah membencinya. Sebenarnya, ada apa di antara kamu dan Hairul?”

Aku meletakkan sendok dan garpu, hilang sudah nafsuku untuk menghabiskan semangkuk mie ayam di hadapanku ini. Aku segera pergi meninggalkan kantin yang semakin ramai karena datangnya beberapa guru BK untuk menolong Hairul dari Dimas dkk. Sementara Sandra, aku rasa dia hanya duduk terdiam sambil menatapku dengan pandangan tidak mengerti.

Aku pergi menuju kelas untuk menenangkan diriku di sana. Kubuka buku matematikaku yang tergeletak di atas meja. Tak lama kemudian, aku mulai sibuk mengerjakan tugas matematika yang tidak sempat kukerjakan di rumah.

40 menit berlalu. Aku menguap bosan. Penjelasan guru matematika di depan seakan menjadi dongeng pengantar tidur. Aku menyandarkan kepalaku pada jendela yang berada tepat di sampingku.

Dari jendela itu, aku bisa melihat Hairul yang tengah hormat kepada tiang bendera di hadapannya. Ah, dasar bodoh. Dia pasti tidak mengerjakan PR lagi. Terus saja begitu setiap hari. Lihatlah, bahkan meskipun sedang dihukum, ekspresi yang ditampilkan bocah tersebut sama sekali tidak terlihat merasa bersalah.

“Renata, hadap depan!” aku terhenyak begitu mendengar teguran guruku. Aku pun segera tersadar dari lamunanku, lalu kembali duduk tegak, dan mendengarkan penjelasan guruku yang terdengar semakin mendayu-dayu. Lagi-lagi aku menguap.

Pulang sekolah. Aku merapikan buku-bukuku, dan memasukkannya ke dalam tas. Dengan segera aku keluar kelas, mengabaikan Sandra yang sepertinya ingin keluar kelas bersamaku. Ya, aku memang masih marah dengannya. Aku membenci Hairul, dan aku tidak suka jika sahabatku selalu membicarakan bocah itu di hadapanku.

Mobil Ayah sudah terparkir rapi di dekat gerbang sekolah. Aku segera menghampiri mobil tersebut, masuk ke dalamnya, dan duduk tenang di sana.

“Di mana adikmu, Renata?” tanya Ayah padaku.

Aku hanya mengedikkan bahu dengan acuh. “Aku tidak tahu, Ayah,” begitu jawabku. Seandainya saja jika aku boleh jujur, aku sebenarnya tidak tahu dan tidak mau tahu tentang keberadaan adikku sendiri.

Tak lama kemudian, aku melihat Hairul berjalan mendekati mobil. Bocah itu berjalan pelan dengan seragam berantakan. Wajahnya kusam dan berkeringat. Aku berani bertaruh, itu pasti karena hukuman yang didapatkannya tadi.

Melihat Hairul tak jauh dari kami, Ayah segera turun dari mobil untuk membukakan pintu kepada bocah itu. Ah tentu saja, si bodoh Hairul pasti tidak akan bisa membuka pintu mobil!

“Ada apa denganmu, Sayang? Mengapa wajahmu begitu kusam dan—hey, aromamu seperti jeruk,” ujar ayahku.

“Mereka tadi menuangkan jus jeruk kepadaku,” Hairul berkata pelan. Kini bocah tersebut sudah duduk di sampingku.

“Mereka? Maksudmu, beberapa siswa yang suka mengganggumu itu?” tanya Ayah.

Hairul tidak menjawab. Tatapan Ayah kini beralih kepadaku. Tatapan beliau mulai menajam, dan aku memutar bola mata dengan jengah.

“Renata, apa kau tidak melindungi adikmu di sekolah? Apa kau mengabaikan tugasmu sebagai kakak lagi?” Ayah bertanya dengan nada bicara yang mendingin.

Lagi-lagi aku hanya mengedikkan bahuku dengan acuh. Ya, Hairul adikku. Dan asal kalian tahu saja, aku sangat malu mengakuinya. Hairul benar-benar menyusahkan. Aku membencinya. Hairul telah merebut semua perhatian Ayah dan Ibu yang semula sepenuhnya menjadi milikku. Bagiku, Hairul tak ubahnya seperti parasit yang mengganggu. Bilang saja aku kakak yang jahat, aku tidak peduli. Karena faktanya memang begitu. Bahkan terkadang aku berpikir, jika seandainya Hairul tidak ada, bukankah hidupku akan jauh lebih baik?

16 Komentar

  1. Loh, aku malah kasihan sama Hairul. Adiknya Renata yang dibully tapi tetap diam saja, tidak melawan tidak juga beranjak pergi. Kenapa Hairul dikucilkan? Aku sendiri sebagai pembaca merasa iba terhadapnya. Ya wajar saja, perhatian ibu dan ayah terlalu fokus ke Hairul. Memang kan Hairul memiliki gangguan yang disebut disabilitas intelektual. Harusnya Renata sebagai kakaknya bukan membenci adiknya. Aku setuju sama sahabatnya, Sandra. Tidak sewajarnya adik sendiri malah tidak dipedulikan, aduh bawaanya aku kesel sama Renata. Semoga aja ada itikad baik dari Renata, supaya kekesalanku berkurang terhadapnya. Wkwkwk, tapi ini gantung yaaa :PATAHHATI

    1. Haha, makasih ya udah baca. Iya, ini saya gatung. Sekali-kali kek gantungin cerita, masa gantungin anak orang mulu :dragonhihihi

  2. Ternyata si Hairul ini adiknya Renata yah…
    Ya wajar si adik dapat perhatian lebih soalnya lebih muda. Tp sebenarnya org tua tau cara menyayangi mereka masing masing

    1. Ho-oh setuju :tepuk2tangan

  3. Orang tuanya tuh yg salah didik ke Renatanya nih kayaknya jd kan Renatanya malah ngerasa beban hrs jagain adeknya ujung2nya malahan dia ngebenci adeknya gitu… Kasian bgt Hairul dibully gitu,, kalo aku jd kakaknya wess ku libas tuh yg ngebully,,, jahaara bgtt dah

    1. Libas yok libas :D Hehe, makasih ya udah baca^^

  4. Irey_Kiara menulis:

    Duh, Hairul :PATAHHATI :PATAHHATI :PATAHHATI

    1. Duh :PATAHHATI

  5. hiks aku sedih… hairul yg kuat yah? dan semoga kakak nya bsa sadar juga klo yg dia pikirkan itu ga benar,,,, :PATAHHATI :PATAHHATI

    1. Hairul selalu sabar kok, wkwks:v

  6. farahzamani5 menulis:

    Ga nyangka klo Hairul itu ade ny huhu, kirain bnran ade kls ny aja gtu
    Klo Hairul ada keterbatasan bgtu knp ga di sekolahkan ke sekolah luar biasa aja, spy jauh dri hal2 semacam bully dan yg lainnya
    Mungkin sedari kecil Renata tidak terbiasa untuk menyayangi ade ny, jdi bukan menyayangi yg ada malah merasa repot, malu dan tak mau mengakui itu ade nya, pdhl kk ya, sejahat2ny kk, masa sih ga ada rasa sedih, kasian atau terhina ketika ade ny diapa2in sma orang lain, aduhhhhhhhh
    Tetangga aq ada yg anakny bgtu, disayang bngt sma ortu dan kk2 ny, jdi kita yg liat ny jg sayang bngt
    Aduhhhh ya Allah, bnr2 kasian sma Hairul dan Hairul2 lainnya diluar tp itu sdh suratan takdirny, kita hanya bsa berdoa dan selalu bersikap baik sma mereka
    Mksh ya ceritany
    Ditunggu karya2 lainnya
    Semangat

    1. Makasih ya udah baca, hehehe^_^

    2. farahzamani5 menulis:

      Siappp
      Sma2 yak

  7. Renata kok gitu sama Hairul, adiknya

  8. fitriartemisia menulis:

    eiii Renata kok gituuuu? :ASAHPISAU2 :ASAHPISAU2

  9. syj_maomao menulis:

    Aishh Renata ohh Renataaa, dikau minta kusembur yak :CURIGAH
    Sini Hairul sama kakak aja, kakak nda gigit kok *eh :LARIDEMIHIDUP
    Aku sebagai kakak cukup tersinggung sama sikap Renata yang ngebiarin adiknya dibully. Aihh tapi bukan salah Renata sepenuhnya, ortu mereka mungkin yang terlalu pilih kasih dan salah mendidik Renata, tapi….tetep aja sihh…huufftt semoga pintu hati Renata terbuka :LARIDEMIHIDUP