Vitamins Blog

One Night – Ch. 7

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

23 votes, average: 1.00 out of 1 (23 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Aku meletakkan piring dan sendok di meja makan, langsung mengatur tempat duduk dan siap menyantap sarapan yang sedikit agak siang dari yang seharusnya. Tapi keinginan untuk memasukkan makanan ke mulutku malah tertahan, dengan naasnya otakku malah kembali memutar kejadian sore kemarin. Kejadian yang tidak pernah aku inginkan untuk aku ingat atau pernah singgah dalam ingatanku.

 

Setelah Andre mengantar aku kemarin ke apartemen miliknya, dia dengan jahatnya langsung bilang harus kembali ke rumah untuk menenangkan Vio yang tanpa sengaja di bentaknya karena terlalu kesal. Dan pria itu kembali setelah hampir tengah malam. Itupun aku tahu karena aku mendengar dia membuka pintu kamarku dan hanya sebatas itu dia langsung berlalu ke kamarnya tanpa perlu menanyakan apa aku benar-benar tidur atau tidak.

 

Dan pagi ini dia hanya bilang kalau sarapan ada di atas meja, dan langsung pergi meninggalkan aku yang hanya bisa terdiam menatap punggungnya. Sekarang aku benar-benar tidak menginginkan apapun untuk masuk ke perutku, yang aku inginkan adalah pergi sejauh-jauhnya dari pria yang tidak akan pernah tahu apa keinginan ku.

 

Aku membereskan piring yang masih bersih, dan memasukkan roti kembali ke tempatnya. Suara ketukan pintu membuat aku menatap kearah sana dengan bertanya, siapa yang datang?

 

Aku melangkah membuka pintu dan langsung tertegun saat kudapati sosok yang baru aku kenal kemarin sudah ada di depan mataku. Bahkan keterkejutan tidak sampai di sana saat Julian malah tersenyum dengan memperlihatkan aku kantung plastik putih yang aku tahu berisi makan China, terlihat dari tulisannya.

 

“Ingin makan siang?” Julian bertanya. Masih dengan senyum yang sama seperti senyum kemarin yang malah membuat aku menggeleng akan tingkah lelaki yang aku tahu adalah sahabat Lucas dan Dea.

 

“Terlalu awal untuk makan siang.” Jawabku dengan menyilangkan tangan di depan tubuhku. Terlihat jual mahal yang malah membuat Julian tertawa.

 

“Kalau begitu sarapan.” Julian masih memperlihatkan senyum itu di bibirnya. Aku memeriksa jam yang melingkar di pergelangan tanganku, masih bersikap menyebalkan yang malah membuat Julian meraih pergelangan tanganku dan langsung mengajak aku beralih dari apartemen yang membosankan.

 

“Tunggu dulu.”

 

“Apalagi Nona?” Julian menatapku dengan tampang pura-pura sebalnya.

 

“Aku harus menelpon Andre sebentar, aku tidak mau dia marah-marah lagi seperti kemarin.”

 

“Gadis penakut.” Julian mengejekku membuat aku bersungut-sungut tapi tetap saja aku kembali masuk ke dalam apartemen untuk mengambil ponsel.

 

***

 

Aku menahan tanganku yang di genggam Julian, membuat Julian berhenti melangkah dan menatap aku dengan pandangan bertanya.

 

“Apalagi sekarang Nona?” Ada nada jengkel dalam suara Julian membuat aku hanya menggeleng menjawab tanyanya.

 

Julian kembali menarik tanganku membuat aku hanya ikut dengan enggan, membuat masalah bukanlah hal yang aku sukai. Tapi Julian adalah type lelaki yang akan sulit untuk di tolak apalagi saat dia tengah menawarkan kebaikan hatinya.

 

“Kamu bilang kita hanya akan makan Julian, dan bukannya membawa aku ke tempat belanja seperti ini.” Aku memperotes saat Julian menarikku kearah penjualan pakaian yang malah membuat aku menatap pakaian yang aku kenakan. Yang menurut aku cukup pantas saja untuk di bawa ke tempat ramai.

 

“Aku memberikan kamu makan dan kamu juga harus membantu aku.” Salah satu sifat Julian yang paling aku benci adalah, keharusan memberikan timbal balik untuk apapun yang dia lakukan. Entah itu tulus atau tidak, Julian selalu memakainya sebagai alasan untuk membuat aku menuruti keinginannya. “Aku hanya mau melihat kamu memakai baju yang harus dikenakan modelku.” Julian melanjutkan.

 

“Tapi kita harus cepat kembali, aku tadi hanya meminta izin pada sekertaris Andre. Jadi aku tidak mau dia marah nanti.” Sungutku berharap Julian akan mengerti. Tapi Julian hanya akan menjadi Julian.

 

“Apa yang membuat kamu setakut ini pada laki-laki itu? Dia menyeramkan juga tidak.” Ucapan Julian yang sok tahu malah membuat aku menatapnya jengkel.

 

“Kamu hanya tidak pernah melihat dia marah.”

 

“Aku akan membela kamu nanti kalau dia marah. Janji.” Julian memberikan aku jari kelingkingnya yang malah aku tepis dengan perasaan kesal.

 

“Terserah kamu deh.” Akhirnya aku hanya mengalah. Melihat Julian langsung tersenyum menang dan kembali meraih pergelangan tanganku dan kembali membawa aku memasuki tempat yang tadi tidak ingin aku masuki.

 

***

 

Julian menyuruh aku memakai dress hijau berenda, yang di hiasi dengan bunga-bunga kecil di tengahnya membuat aku merasa berlebihan dengan gaun ini. Aku risih, tentu saja. Tapi Julian tidak memaksakan aku untuk memakinya di luar selain depan ruang ganti membuat aku cukup bersyukur untuk itu.

 

Julian menatapku yang sudah mengganti baju dengan dress selutut yang aku kenakan tadi. Tatapan Julian terlihat ganjil membuat aku risih juga dengan tatapan itu.

 

“Apa kamu memang segendut itu?” Pertanyaan Julian yang tiba-tiba hampir saja membuat aku ingin mencekiknya.

 

“Satu kata keramat yang wanita paling tidak senang untuk di katakan pria adalah di bilang gendut Julian! Kamu benar-benar tidak peka!” Aku bersedekap meninggalkan Julian yang hanya tertawa tanpa rasa bersalah sama sekali.

 

“Jadi kamu menginginkan gaun itu atau tidak?” Julian bertanya setelah berhasil mensejajarkan langkah kami.

 

“Tidak. Terimakasih.” Tanpa menoleh aku berucap pada Julian.

 

“Oh ayolah. Kamu marah? Ngambek? Haruskah aku berikan es cream agar perempuan mungil ini tidak marah?” Julian menggodaku membuat aku bertambah kesal saja. Julian menyebalkan! Aku benci Julian!

 

Aku masih saja melangkah tidak merespon apapun yang dikatakan Julian yang terus mengecoh langkahku dengan kata-kata yang membuat aku ingin muntah saja.

 

Setelah cukup lama tidak mendapat responku akhirnya Julian hanya ikut melangkah dalam diam. Aku menatap Julian lewat ekor mataku, melihat pria itu masih memiliki sisa senyum di bibirnya. “Aku dengar kamu punya pacar?” Pertanyaan tiba-tiba yang aku ajukan membuat sisa senyum yang ada di bibir Julian menguap. Membuat aku yakin kalau obrolan yang aku ajukan bukanlah hal yang ingin di obrolkan Julian.

 

“Dea yang mengatakan?”

 

Aku mengangguk.

 

Julian menggaruk belakang kepalanya dengan gusar. Kulihat ada kesedihan dan kefrustasian disana, membuat aku penasaran dengan apa yang ada di balik kisah tentang pacar Julian.

 

“Amelia dan aku pacaran sudah lima tahun.” Julian mengucapkan nama itu dengan suara parau yang membuat aku tidak percaya kalau wajah mendung itu akan ada di wajah Julian Aldrin. “Bahkan dengan waktu selama itu..” Julian menggeleng.

 

Aku menepuk bahunya. “Kamu tidak usah cerita kalau memang tidak ingin membahasnya. Sebaiknya kita lupakan pertanyaan itu.” Aku menenangkan. Benar-benar merasa bersalah dengan apapun yang ada di balik cerita Julian dan kekasihnya. Tapi jika Julian memang di khianati oleh wanita itu, tentu saja wanita itu adalah wanita terbodoh karena melepaskan sosok seperti Julian.

 

“Sungguh kamu tidak apa-apa jika aku tidak menceritakan?” Julian terlihat merasa bersalah yang malah membuat aku tersenyum geli. Julian menatap aku heran dengan senyum yang di lihatnya di wajahku. “Kenapa?”

 

“Kamu tidak perlu memaksa dirimu bercerita kalau kamu memang tidak bisa. Lagian juga aku tidak harus untuk tahu semua masalah pribadi kamu.”

 

“Tapi aku merasa harus…”

 

Aku menatap Julian yang terdiam, bahkan wajah Julian berubah pias saat matanya menatap di balik punggungku. “Ada apa?” Aku bertanya penasaran.

 

Julian menarik lenganku dan langsung membuat aku berdiri di balik tubuhnya. Membuat dirinya menjadi tameng diriku yang seolah dalam bahaya. Aku penasaran apa yang membuat Julian setakut itu?

 

“Andre..” Aku menyebut nama itu saat aku mampu melihat mata hitam yang tengah menatap aku yang ada di balik punggung Julian. Ada kemarahan yang tidak akan mungkin bisa di padamkan di mata Andre.

 

6 Komentar

  1. Vote dulu yaaaa ?

  2. farahzamani5 menulis:

    Nahh loh, ada Andre, part depan kykny bakal ada adegan berantem2 nih, bsa fisik bsa omongan eaaaa hihi
    Kok aq jdi lbh suka sma Julian ya skrng ehhh hihi
    Andre Andre, ngapain msh peduli ama si vio sih, kesel dehhhh ini hihi
    Ditunggu kelanjutanny
    Semangat trs ya

  3. baru baca part ini, eh langsung berasa tegangnya…part depan kayanknya bagal lebih tegang nich…

  4. Wah tegang banget nih

  5. Nahh lohhhh ada apa iniiiii…. :LARIDEMIHIDUP
    Aihhh Andree pengen ku lempar pake sendok boleh tak kak?? =_= bisa-bisanya sempet mikirin Vio :v

  6. fitriartemisia menulis:

    wah wah wah, berantem nih kayaknya