Vitamins Blog

Udumbara (Part 1)

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

20 votes, average: 1.00 out of 1 (20 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Klekk

Sepasang kaki lelaki melangkah memasuki sebuah kamar yang bernuansa putih. Samar-samar terlihat sang empunya kamar bergelung di bawah selimut tebal dengan dengkuran halusnya.

Lelaki tersebut menyeringai sebelum akhirnya melangkahkan kakinya mendekati gadis sang empunya kamar. Gelapnya ruangan tak menyulitkan kakinya untuk melangkah karena dia sudah hapal betul tata letak kamar tersebut.

“Bangun!”

Lelaki itu berucap dengan nada dingin. Tapi sayang, udara malam itu sangat dingin mengalahkan dinginnya suara lelaki itu.

Lelaki itu sedikit bergumam sebelum akhirnya mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Ia menyalakan lilin di atas kue brownies yang di bawanya lalu memutar lagu happy birthday dari handphonenya.

Nyala api dan suara lagu tersebut membuat sang gadis terusik dari tidurnya. Ia bangun dan memfokuskan pandangannya ke sumber kegaduhan tersebut. Samar-samar ia melihat kakaknya berdiri di samping ranjangnya.

“Kak Arel kah itu?”  Tanya gadis itu memastikan. Alih-alih menjawab, lelaki tersebut malah berjalan menggapai dinding dan menyalakan lampu kamar. Ruangan kamar pun menjadi terang. Terlihat dengan jelas sang kakak berdiri sembari membawa kue brownies dengan lilin angka 16 menyala di atasnya.

“Selamat ulang tahun Laura.”

Seketika Laura hanya berdiam diri melihat kakaknya. Ia pun bingung dengan apa yang ia lihat. Ia merasa masih berada di bawah kesadaran.

“Ini hari ulang tahunmu bukan?” Tanya Laurel setelah melihat reaksi bingung Laura.

“Ya, aku rasa ini memang hari ulang tahunku.”

“Lalu? Kau tidak senang aku memberikan kejutan ini untukmu?”

“Kejutan untukku?”

Laurel menyimpan kue brownies di atas nakas lalu mengampiri adiknya itu.

“Iya, kejutan ini untukmu.” Jawab Laurel kemudian, ia mengelus puncak kepala Laura dengan penuh kasih sayang.

Seketika mata Laura berkaca-kaca. Pasalnya baru pertama kali ini ia mendapat kejutan ulang tahun dari kakaknya.

“Terima kasih kak.”  Laura memeluk Laurel dengan erat. Laurel pun membalas pelukan Laura. Tanpa terasa, Laura mulai terisak.

Laurel merenggangkan pelukannya, menatap wajah Laura dengan lekat. Ia menyelipkan rambut yang menghalangi wajah Laura ke belakang telinganya. Ia meraih dagu adiknya lalu mendongakkannya.

Cuppps

“Sarapan sudah siap, cepat keluar dari selimutmu.”

Sial, mimpi itu lagi. Gumam Laura setelah Laurel berhasil menarik paksa selimutnya.

“Cepat habiskan atau aku sendiri yang akan menghabiskannya.” Ujar Laurel lagi.

Laura mengusap wajahnya dengan kasar dan beralih ke nampan di atas nakas. Sepotong sandwich, beberapa irisan apel, dan segelas susu hangat menjadi menu sarapan pagi ini. Tanpa pikir panjang Laura langsung melahap sarapannya, sebelum kakaknya berubah pikiran dan mengambil kembali sarapannya.

Laurel berdiri di samping ranjang sembari memperhatikan Laura yang sedang melahap sarapannya. Itu adalah salah satu kebiasaannya, memastikan bahwa adiknya menghabiskan sarapannya. Setelah itu, dia mengambil nampan makan tersebut lalu mencucinya sendiri.

Setelah Laurel keluar dari kamarnya, Laura segera turun dari ranjang. Saat melewati cermin, ia memperhatikan bayangannya di cermin. Bukan, lebih tepatnya memperhatikan bibirnya. Ia menyentuh bibirnya.

“Sial! Rasanya masih ku ingat bentuk bibir kak Arel. Padahal seminggu sudah berlalu.”

oOo

“Sudah siap?”

Laurel berucap dengan dingin, ia bersidekap di ambang pintu kamar adiknya dan menatap adiknya tak sabar.

“Kakak… ketuk pintu dulu sebelum masuk kamarku.”  Ujar Laura sembari sedikit memanyunkan bibirnya. Entah sudah berapa kali ia melontarkan kalimat itu kepada kakaknya, tetapi kakaknya tidak pernah mengindahkan peringatannya itu.

“Ini kan kamar adikku, kenapa harus izin dulu?”

Laura mendesah kesal mendengar jawaban kakaknya, ’’Bukan itu masalahnya, aku ini perempuan dan kakak laki-laki. Bagaimana jika kakak masuk aku sedang tidak berpakaian?” ujar Laura.

“Apa kamu tidak suka memakai pakaian saat berada di dalam kamar?” tanya Laurel. Pipi Laura merona mendapat pertanyaan seperti itu dari kakaknya. “Aku yakin kau bukan orang aneh, berkeliaran di dalam kamar tanpa busana,” sambung Laurel.

“Sudah siang, kau akan terlambat jika terus berdiri disana.” Laurel meninggalkan adiknya yang masih berdiri di depan pintu dengan pipi yang merona.

Laura menundukan kepalanya dan menggerutuki dirinya karena tidak jelas bicara, sebenarnya bukan itu maksud yang ingin di sampaikan. Tapi ya sudahlah, sudah terjadi ini.

“Mau berangkat sekarang tidak?” teriak Laurel yang sudah berada di lantai dasar.

Refleks Laura mengangkat kepalanya dan segera menyusul kakaknya, “Aku dataaang,” teriak Laura dengan ceria.

Laurel menyerahkan helm dan segera di pakai oleh Laura. Kegiatan lain yang selalu di jalani Laurel adalah mengantarkan adiknya ke sekolah. Ia tidak pernah membiarkan adiknya berangkat sendiri, kecuali jika memang ia sangat tidak bisa.

“Nanti aku pulang agak larut, jangan menungguku. Untuk makan malam sudah aku siapkan, kau tinggal memanaskan saja.” Laurel berucap sebelum menjalankan motornya. Akhir-akhir ini Laura selalu menungguinya pulang, tak peduli selarut apa ia pulang. Seringkali ia menemukan Laura tertidur di sofa dengan tv yang masih menyala. Padahal setelah ia pulang pun, tak banyak yang mereka bicarakan. Hanya sapaan selamat malam yang ia ucapkan, tubuhnya terlalu lelah sekedar untuk sedikit berbasa-basi. Dan ia tidak mau Laura kecewa itu.

“Apa pekerjaan kakak banyak sekali, sehingga harus lembur selarut itu?” tanya Laura.

Laurel sedikit menoleh ke belakang sebelum menjawab pertanyaan adiknya, “Ya. Banyak sekali.”

Laura mendesah kecewa mendengar jawaban kakaknya, “Ohh…” gumam Laura. “Semangat kerjanya kakak!!!” seru Laura dengan semangat, kedua tangannya terangkat ke atas.

Laurel melihat ke arah Laura melalui sudut matanya, seulas senyum terbentuk dari bibirnya. Tapi senyum itu tak bertahan lama, sedetik kemudian senyum itu hilang.

“Pegangan, kita berangkat.”

Ucapan Laurel menghentikan wajah ceria dan semangat adiknya. Laura segera menurunkan tangannya lalu dilingkarkan ke perut kakaknya.

Setelah sampai di gerbang sekolah, Laurel menurunkan Laura lalu meninggalkannya begitu saja tanpa berbicara sepatah kata pun. Seringkali Laura menatap punggung kakaknya yang semakin menjauh, berharap kakaknya akan berhenti lalu mengatakan ‘selamat belajar, belajar yang rajin, jangan mengecewakan kakak’ atau apapun itu semacam peringatan. Tapi itu semua hanya ada dalam khayalannya saja, kakaknya terus menjauh sampai benar-benar menghilang. Tanpa berkata apapun.

“Bel sudah tiga kali berbunyi, kita harus segera masuk.”

Laura tersadar dari lamunannya. Ia melihat ke samping, seorang laki-laki berdiri di sampingnya dan menggenggam tangannya.

“Sebentar lagi pelajaran akan segera di mulai. Ayo masuk kelas atau kita akan mendapat hukuman.”

Lelaki itu kembali berucap, tapi kali ini lelaki tersebut langsung menarik tangan Laura. Tanpa berpikir panjang, Laura mengikuti langkah lelaki tersebut. Karena ia tahu konsekuensi terlambat masuk kelas, tidak boleh mengikuti pelajaran pertama. Walaupun hukumannya tidak seberapa atau bahkan menyenangkan, Laura tidak mau terkena hukuman itu. Ia tidak mau mengecewakan kakaknya.

Beruntung, setelah mereka sampai di kelas baru sang guru memasuki kelas. Laura menoleh ke arah lelaki tadi, lelaki tersebut tersenyum ke arah Laura. Laura tersenyum membalas. Dalam hati ia bertanya, ‘bagaimana bisa ia tidak mengenal teman sekelas sendiri?’. Tapi pertanyaan itu tidak langsung terjawab, karena sang guru sudah memulai memaparkan materi.

Saat jam istirahat, Laura biasa menghabiskan waktunya untuk membaca buku di perpustakaan atau menghabiskan bekal buatan kakaknya di taman dekat lapangan sekolah.

“Laura?” sapa seseorang di belakang Laura.

Laura menoleh dan menemukan lelaki tadi pagi berdiri di belakangnya sembari tersenyum lebar.

“Ya?” sahut Laura.

“Sendiri?”

“Ya, aku duduk sendiri.”

Lelaki tersebut pun duduk di samping Laura. Laura berdiam diri kebingungan, ia tidak tahu harus berbuat apa kepada orang di sampingnya yang baru ia kenal tadi pagi.

Tidak ada percakapan diantara mereka, keduanya memilih diam membisu. Laura tidak melanjutkan memakan bekalnya dan lelaki itu pun tak bicara apapun. Laura menoleh ke arah lelaki tersebut. Perawakannya hampir mirip dengan kak Arel, gumamnya dalam hati. Laura kembali menatap kotak bekal makan siangnya. Dalam hati ia menyesal membiarkan lelaki tersebut duduk di sampingnya.

“Terima kasih untuk tadi pagi,” ucap Laura kemudian. Ia sudah tidak tahan diam membisu seperti barusan.

Lelaki tersebut menoleh ke arah Laura lalu tersenyum. “Terima kasih untuk apa?” sahut lelaki itu kemudian.

“Untuk menarikku ke dalam kelas sehingga membuatku tidak telat masuk kelas.”

Lelaki tersebut tertawa renyah, “Bicaramu berbelit-belit, Laura. Langsung ke intinya saja.”

Laura menghela napas, sebelum akhirnya berbicara, “Terima kasih karena sudah membuatku tidak terlambat masuk kelas.”

Lelaki tersebut mengedikkan bahunya, “Itulah gunanya teman, bukan?”

Teman? Mengenalmu saja tidak, gumam Laura dalam hati. Tetapi kemudian Laura mengangguk pelan.

Lelaki tersebut mengubah duduknya menjadi menghadap Laura, “Aku tidak yakin kau benar-benar menganggapku teman. Apa kau mengenalku, Laura?”

Laura menggeleng pelan.

“Sudah kuduga, dari pertama kau melihatku tadi pagi kau terlihat sangat asing kepadaku, benar bukan?” tebak lelaki itu.

Laura menanggukkan kepala.

“Kalau begitu perkenalkan, aku Alfa Thom.” Lelaki tersebut mengulurkan tangannya untuk berkenalan dan langsung disambut baik oleh Laura, “Kau boleh memanggilku Alfa atau margaku, Thom,” lanjutnya.

“Senang berkenalan denganmu, Thom.”

“Senang bisa berbincang denganmu, Laura.”

Laura tersenyum sebelum akhirnya berdiri dan memutuskan untuk meninggalkan Thom.  Itulah yang dari tadi ingin Laura lakukan.

 

10 Komentar

  1. farahzamani5 menulis:

    Hai hai
    Diedit dikit ya tulisan ratingsny
    Jdi ratings ga bsa dicopy dri part sblmny tp ditulis manual tiap part
    Jdi diapus dlu trs ketik ulang kembali
    Yuks dicba
    Semoga berhasil
    Oia aq blom bca ceritany, nnt insya Allah dibca dan dikomen
    Semangat

    1. terimakasih kak^^ sudah saya perbaiki:)

    2. farahzamani5 menulis:

      Siappp Sma2 yak

  2. Vote dulu ya hehehe

    1. Terima kasih^^

  3. Kayak pernah tau judulnya. Tapi, covernya Kyuhyun. Castnya juga. Seingetku sih. Lupa authornya sapa. Ehh?

    1. Iya, untuk judulnya aku memang terinspirasi dari ff udumbara yang castnya kyuhyun. tapi untuk cast dan alur ceritanya berbeda kok kak:)

  4. farahzamani5 menulis:

    Nahh loh ini Laura tuh gadis kecil itu ya?apa gmn ehh hihi
    Msh ngeraba2 nih ceritany, blom kenal siapa2 dah
    Ditunggu kelanjutanny
    Semangat

    1. Ikuti terus ceritanya ya, biar tau dan kenal sama cast-castnya^^

  5. fitriartemisia menulis:

    duduk sebangku hehehe