4. Menggoda
“Apakah kau ingin menambah makananmu?” tanya Jonathan pada Jenny.
“Sepertinya iya, karena aku sangat kelaparan menahan diri untuk tidak makan selama beberapa hari.”
“Kau wanita gila! jangan pernah melakukan tindakan itu lagi!” perintah Jonathan dengan suara begitu dalam karena ketidak sukaannya atas tindakan ekstrim yang dilakukan oleh Jenny.
“Sepertinya aku harus mengulanginya lagi, jika aku terjebak dalam keadaan terjepit, karena aku pernah di racuni oleh seseorang.” Jenny mengingat jelas setiap kejadian ketika ia diracuni oleh salah satu teman sekelasnya hanya karena dia adalah orang miskin yang sedang kelaparan dan itu membuatnya semakin marah, kalau tidak ada teman lain yang mau menolongnya mungkin dirinya sudah mati over dosis.
Jangan salah, perjalanan hidup Jenny sangat mengerikan. Jadi ,ia sudah kebal dengan berbagai macam keadaan buruk. Jenny mendapat pembalajaran hebat dari setiap pengalaman yang dia lalui.
“Siapa yang berani melakukan itu padamu?” Jonathan menggeram marah menagih sebuah jawaban pasti.
“Salah satu teman sekelasku, tapi aku sudah membalasnya dengan menamparnya dan memalukannya di kantin sekolah saat istirahat.” Jenny tersenyum puas menatap mata Jonathan yang begitu kelam. Guen, perempuan sialan itu yang meracuninya sebab ingin sekali melihatnya mengemis padanya.
“Kau sangat berani,” puji Jonathan bernada lembut.
“Tentu saja?! kalau tidak berani mana mungkin aku akan bisa bertahan hingga sekarang. Yang paling kuat akan bertahan, yang bertahan hingga akhir akan menjadi pemenang. Daddy selalu mengatakan itu padaku.” Jenny antusias sekali membalas ucapan laki-laki di hadapannya.
“Daddymu sangat pintar mendidikmu.” balas Jonathan.
“Ya. Dia adalah daddy yang sangat hebat. Dia mengajariku untuk menjadi seorang pemberani, supaya aku bisa menjaga orang yang kusayangi.” betapa Jenny merindukan daddy tersayangnya. Nyatanya kejadian itu terjadi sebelum bertemu daddynya.
“Jenny si pemberani,” Jonathan terkekeh mengatakan hal tersebut. Ucapan itu memang benar adanya, bahkan Jonathan mengakui sendiri dirinya tidak bisa berkutik mengetahui pengorbanan Jenny untuk temannya.
~
~
~
Pagi di sambut dengan gemuruh hujan. Sekarang bau almond-lah yang membangunkan Jenny dari tidurnya. Dia terlonjak mendapati dirinya berada di pelukan laki-laki dan hanya menyisakan anderware melekat ditubuhnya, sedangkan Jonathan masih berpakaian lengkap. Untung saja dirinya tidak langsung menjerit hingga membangunkan tuannya. Jenny hampir lupa kalau ia sudah di beli dengan harga $ 1,000,000 USD kemarin malam oleh Jonathan Giovinco. Tubuhnya melemas menghadapi kenyataan itu, ia berharap ini semua hanyalah mimpi.
Jenny mengendarkan pandangan mengelilingi model bangunan ruang tidurnya. Ia baru sadar pernah menginap di hotel ini. Design interiornya hampir sama persis dengan yang pernah di tempatinya dulu, bedanya ruangan ini memiki ukuran yang lebih besar. Nama tempatnya adalah Kimpton Carlyle Hotel Dupont Circle, Washington D.C. Sedekat itukah aku di culik kemudian di jual dari Madrid, Spanyol . Oh My God… kenapa daddy belum kunjung menemukanku?
Alam bawah sadar Jenny meringis perih. Kenapa takdirnya begitu pelik.
Jam sudah menunjuk ke arah setengah tujuh pagi. Mata Jenny tidak kembali terpenjam, tubuhnya pegal karena Jonathan mendekapnya terlalu erat sampai ia kesulitan bergerak. Jenny memutuskan mengeluh panjang untuk membangunkan tuannya, akhirnya cara itu berhasil. Kelopak mata Jonathan mengerjap membuka membalas tatapannya, Jonathan memiliki iris mata berwarna hitam pekat dan ada sentuhan sensual, sungguh dia sangat menggoda jiwa Jenny. Entah dirinya harus bersyukur atau tidak, telah dibeli olehnya.
“Good morning…” Tukas Jenny lembut sembari menikmati jemarinya menelusuri hidung mancung Jonathan. Laki-laki itu begitu menakjubkan.
“Kau sudah bangun berapa lama?” tanya Jonathan dengan suara serak khas orang bangun tidur.
“Beberapa menit yang lalu.” Jonathan berdehem mengerti kemudian dia mengatakan, “aku menginginkanmu”
Deg…
Persetan dengan keadaan ini bagi Jenny. Melakukan seks dengan laki-laki sialan yang berada dipelukannya sekarang ini seharusnya sudah tidak perlu ia cemaskan lagi. Bukankah dia sudah paham sekali konsekuensi apa yang wajib diterimanya. Tapi tetap saja, jantungnya langsung berhenti berdetak mendengar ucapan Jonathan beberapa detik yang lalu.
“Tapi mana mungkin aku mau melakukan seks dengan wanita yang memiliki dada kecil.” Jonathan mengatakan dengan nada sarkastis dan muka Jenny langsung menebal mendengar pernyataan yang menohok setiap perempuan manapun yang memiliki dada kecil seperti dirinya.
Sekarang bukan masalah seks, tetapi berani-beraninya laki-laki itu menghina dadanya, lagi pula siapa juga yang mau melakukan seks dengannya.
“Kalau begitu tidur saja dengan perempuan berdada besar supaya kau puas dan aku bebas.” Jenny mendorong tubuh Jonathan lalu pergi menuju keluar kamar. Ia butuh minum banyak untuk menjernihkan pikirannya yang kotor.
“Kau mau pergi kemana?” Jonathan tidak begitu suka Jenny mencoba mengacuhkannya.
“Aku haus, aku hanya ingin minum saja,” suara Jenny mulai naik pitam
“Aku akan memanggil pelayanku.”
“Tidak perlu, karena saat ini juga aku tidak ingin dekat denganmu dalam beberapa waktu.” balas Jenny. Ini sudah ketiga kalinya ada laki-laki menyindir tentang dadanya, bahkan Luna-adik tirinya menyarankan padanya untuk memakai silikon. Luna memang gila, dirinya sudah merasa sangat bersyukur Tuhan masih memberinya sepasang payudara tanpa cacat.
“Aku ikut.” Jonathan beranjak dari kasur dengan malas. Jenny berdecak keras tanpa bisa mengelak. Kenapa laki-laki diciptakan tidak berperasan terhadap perempuan?
Sebelum keluar kamar, Jenny mengambil asal kemeja putih Jonathan dari lemari karena hanya ada seperti itu pakaian saja yang tersisa. Mereka menuju ruang makan yang sudah tersedia sarapan pagi di atas meja. Jenny dengan malas menyeret tubuhnya untuk duduk disebelah kursi Jonathan setelah laki-laki itu memerintah dengan isyarat mata.
Jenny memilih sarapan dengan beberapa potong roti dan segelas susu coklat.
“Jonathan, tolong ambilkan aku selai strawberry yang ada didekatmu itu.” Jenny menunjuk arah dimana selai itu berada jauh darinya.
“Ambil saja sendiri,” seru Jonathan tak peduli.
“Oh my god, aku hanya meminta tolong sedikit padamu?!”
“Kalau kau mau meminta tolong padaku, kau harus membayarnya.” Jenny menatap jengah dengan sifat perhitungan Jonathan.
“Aku tidak pernah bertemu manusia sangat perhitungan sepertimu.” Jenny dengan kasar berdiri dari kursinya lalu meraih selai strawberynya tanpa melepaskan tatapan kesal ke arah Jonathan.
Jonathan memperhatikan setiap gerak-gerik Jenny saat mengambil selai strawberrynya, kemudian kembali kekursinya lalu menyelai rotinya dan memakannya dengan setengah mengantuk. Terkadang Jenny mendesah keras ditengah sarapannya. Rambutnya tergerai panjang lumayan berantakan, ada beberapa kissmark di sekitar leher dan dadanya. Ini pertama kalinya ada seorang perempuan didekat dirinya tidak berbau minuman alkohol melainkan bau susu coklat..
Jonathan menikmati menatap bibir gadisnya merekah pink. Yang mengherankan, Jenny dapat bersikap santai ditengah bahaya. Seharusnya perempuan itu merasa takut berbicara dengan laki-laki asing yang baru sehari dikenalnya. Apalagi laki-laki tersebut telah membelinya. Tidak ada tanda-tanda waspada dari aura Jenny sampai perempuan itu berkata,
“Apa ada yang salah dengan wajahku?” tanya Jenny karena risih dirinya didikte terang-terangan oleh Jonathan.
“Atau kau ingin roti yang aku makan,” lanjut Jenny.
“Tidak” Jonathan masih belum kunjung mengalihkan pandangannya sebab hatinya masih penasaran atas sikap Jenny.
“Atau kau sedang tertarik padaku, aku tau aku cantik walaupun aku memilki dada kecil dan belum mandi,” Jenny memasang senyuman menggoda sambil menyentuh dadanya dengan salah satu tangannya yang bebas untuk menunjukkan jati dirinya. Ia hanya niat bercanda pada Jonathan tetapi Jenny belum menyadari laki-laki itu menanggapinya berbeda.
“Kau sedang berusaha menggodaku?” gairah itu tersulut kembali setelah Jonathan menahan sebisa mungkin sejak malam.
“Aku hanya bercanda.” Jenny tidak percaya Jonathan tidak bisa diajak bercanda sedikitpun. Dasar laki-laki kaku!
“Oke setelah sarapan, aku akan menidurimu.”
“Aku kan hanya bercanda Jonathan, jangan diambil hati?!” Dewa batin Jonathan senang berhasil memojokkan Jenny tentang seks. Jenny itu lucu sekali, sesaat dia terlihat berani tapi secara bersamaan dia juga tampak ketakutan.
“Tapi aku sudah terlanjur menganggap perkataanmu serius, lagi pula aku ingin mencicipi dada mungil milikmu itu untuk pertama kalinya” Jonathan sengaja memasang wajah seperti menimbang-menimbang bagaimana rasanya menikmati tubuh Jenny di dalam mulutnya. Wanita itu pasti begitu panas dan bergairah.
Jenny langsung menutup dadanya dengan kedua tangannya. Wajahnya panik.
“Jaga bicaramu, ada orang lain disini,” ucap Jenny terdengar berbisik pelan sambil melirikkan matanya kearah bodyguard Jonathan yang berdiri di jalan masuk menuju ruang makan.
“Apa kau malu?” balas Jonathan terkekeh.
Dia bodoh atau apa? dasar laki-laki mesum tidak tau malu. Satu pelajaran bagiku.
JANGAN PERNAH MENGAJAK LAKI-LAKI SATU INI UNTUK BERCANDA.
Semua akan dianggap serius olehnya. Bisa-bisa aku mati muda. Batin Jenny sebal.
Jenny mempercepat acara makannya lalu menghabiskan susunya dalam beberapa tegukan tanpa henti hingga kandas.
“I’m finish” kadang kala melarikan diri dari masalah adalah jalan yang terbaik dari pada keadaannya menjadi semakin memburuk. Jenny tidak ingin pembicaraan ini semakin menjadi-jadi.
“Kau takut?” langkah Jenny langsung terhenti. Jonathan menunjukkan kalau dia sedang menantang dirinya.
“Tidak!? aku berani melakukan itu denganmu,” balas Jenny dengan menunjukkan sikap keras kepalanya. Padahal jantungnya terasa ingin copot telah menyetujui hal tergila dalam hidupnya.
“Apa kau yakin? anak kecil sepertimu mana mungkin berani?” Jonathan mengangkat sebelah alisnya sambil tersenyum smirk khasnya.
~~~~~~TBC~~~~~
Jenny, tuh kan sembarangan sih ngajak Jonathan bercanda,,
kena batunya kan,,
Si Jenny pake acara nanganin segala coba, ckck
:KETAWAJAHADD
wkwkwk Jenny nantangin malah balik ditantangin :KETAWAJAHADD
Ditunggu kelanjutannyaa