Alrescha [PROLOG]

1 April 2018 in Vitamins Blog

PROLOG

 

 

Diruangan dengan cat yang serba putih, seorang gadis terbaring lemah dengan ventilator yang menempel, membantunya menyambut oksigen dan tetap bertahan hidup.

 

Bip bip bip

Detak jantungnya terdengar lemah, namun terdengar menggema diruangan kosong itu. Hanya ada dirinya ditemani keheningan.

Namun tidak beberapa lama, pintu yang berada dihadapan ranjangnya terbuka. Seorang pemuda dengan jas dokternya melangkah masuk, diikuti dua orang perawat. Dokter muda itu melangkah mendekati ranjang rawat dimana gadis mungil itu terbaring.

Mata sang dokter meredup ketika dokter itu mengamati gadis itu, dimulai dari kepalanya yang kini terbalut perban, wajahnya yang manis dengan hidung kecil dan pipi tembamnya. Dulu, ya dulu disana terdapat mata yang sangat indah, manik mata coklat kehitaman yang berkilau diterpa cahaya. Namun kini, setelah beberapa bulan mata itu tidak pernah terbuka, tidak pernah memperlihatkan kilaunya lagi.

Pandangan sang dokter turun melihat tangan kanan sang gadis yang terbalut perban. Dari jari-jarinya hingga ke sikut tangannya, terbalut perban putih. Mata sang dokter semakin meredup, ada pedih disana. Sang dokter menggeleng, menepis pikiran-pikiran yang kini mulai bergelayut mengganggu konsentrasinya.

“Dokter semuanya baik, vitalnya stabil dokter.” Ucap seorang suster yang sedari tadi mengecek kondisi sang gadis.

Dokter itu berdehem, lalu mengambil stetoskop yang tergantung dilehernya. Lalu mulai memeriksa. Semuanya baik, tapi kenapa gadis ini tidak sadar-sadar?

Dokter itu menggenggam stetoskop miliknya dengan erat, ada perasaan geram dalam dirinya. Apakah selama ini semua usahanya sia-sia? Kenapa gadis ini tidak kunjung sadar? Sang dokter kembali tenggelam dalam dunianya hingga suara suster menyadarkannya kembali.

“Dokter? Dokter Arkaan?”

Sang dokter hanya berdehem, dan kembali mengalihkan atensinya pada sang gadis yang masih terbaring tenang.

“Sava, kapan kamu bangun?” Kalimatnya terjeda cukup lama.

“Kakak rindu.” Ucap Arkaan.

Kalimat pertama yang ia ucapkan, dan kalimat terakhir sebelum tangisnya pecah diruangan hening itu.

Alrescha

1 April 2018 in Vitamins Blog

Because the thread of your destiny is bound with the thread of my destiny. Both make a knot that will never go away when God wills it.

Secret Of The Destiny part 1: Sebuah Senandung

23 Juli 2017 in Vitamins Blog

20 votes, average: 1.00 out of 1 (20 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

Secret Of The Destiny 1: Sebuah Senandung

 

 

Musim dingin telah datang kembali. Salju pertama telah turun malam tadi, menyebabkan udara terasa semakin dingin menusuk tulang. Seluruh rakyat tanah Zhuyi nampak berusaha beradaptasi dengan musim dingin kali ini.

Disebuah kamar yang tampak nyaman, nampak seorang gadis yang sedang bergelung didalam selimut tebal berwarna biru muda. Ketukan di pintu kamarnya sama sekali tak ia dengar. Ia sama sekali tidak mau beranjak dari kehangatan yang kini menyelimuti dirinya.

Dan ketukan di pintu itu kini berubah menjadi gedoran yang makin keras, serta diiringi suara teriakan yang familiar untuk gadis itu. Mungkin karena kesal menunggu, dengan gerakan menghentak sang pengetuk pintu membuka pintu dengan paksa, dan merangsek masuk kedalam kamar gadis yang masih nyaman bergelung dalam selimutnya.

Dengan geram, gadis cantik yang baru memasuki kamar itu menarik selimut yang digunakan gadis pemilik kamar untuk bergelung. Menyebabkan wajah dari gadis yang sedang bergelung itu terlihat, gadis yang cantik dengan guratan-guratan kekanakan yang masih terlihat jelas.

Gadis yang dibangunkan paksa itu sedikit mengerang kesal ketika ia merasakan udara dingin menerpa wajahnya. Lalu dengan perlahan membuka kelopak matanya, menampakkan manik mata berwarna biru laut yang mendominasi dengan sentuhan perak yang terlihat sangat indah.

“Bangun Miaqi!! Kita harus melaksanakan upacara pemujaan musim dingin.” Seru gadis yang ternyata kakak dari gadis yang bernama Miaqi itu. Miaqi hanya mengerang lalu menggerutu kesal. “Argh kak Shi aku tak mau. Hari ini sungguh dingin.” Ucap Miaqi merajuk. “Kau lupa? tadi malam salju pertama telah turun. Dan itu artinya kita harus melakukan upacara pemujaan musim dingin. Apakah kau ingin dikutuk oleh dewa hmm?!” Tanya Shi kesal.

Miaqi memutarkan bola matanya tak kalah kesal, lalu duduk di kasurnya, “Tidak. Dewa tak mungkin mengutuk gadis manis sepertiku ini,” Ucap Miaqi sedikit bercanda dengan senyum manis terpasang diwajahnya, dan ia langsung mendapatkan pelototan tajam dari Shi. “Cepat bangun, atau kau akan mendapatkan hadiah yang sangat kau benci!” Ancam Shi dengan datar, dan itu berhasil membuat Miaqi meloncat dari tempat tidurnya dan berlari menuju tempat pemandian.

Miaqi memang membenci udara dingin, tapi percayalah ia lebih benci ketika kakaknya itu sudah mengancamnya seperti tadi. Karena setiap ancaman yang kakaknya katakan pasti akan dilakukan, terlebih sekarang kakaknya mengancam dengan sesuatu yang paling ia hindari. Maka dari itu, ia lebih memilih mengalah dan pergi menembus dingin menjalankan upacara pemujaan musim dingin yang selalu dilaksanakan ketika salju pertama telah turun.

…..

Ketika Miaqi dan rakyat tanah Zhuyi lainnya masih sibuk beradaptasi dengan musim dingin yang udaranya kian menyiksa, rakyatnya kerajaan GanYi tampak tidak terlalu terganggu dengan dinginnya udara, karena mereka telah berteman dengan salju dan udara dingin setiap harinya. Tetapi meskipun telah terbiasa dengan suhu dingin mereka tetap mengenakan pakaian tebal meskipun tidak setebal pakaian yang orang biasa kenakan.

Siang itu di aula istana kerajaan GanYi, para pejabat kerajaan, menteri dari segala bidang berkumpul untuk melakukan pertemuan dengan Maharaja, sebutan untuk raja kerajaan GanYi. Pangeran kecil putra raja Li yang telah tumbuh menjadi seorang raja hebat bergelar Maharaja yang telah berhasil menaklukan hampir seluruh kerajaan ditanah Zhuyi.

Mereka seketika bersujud ketika mendengar Kasim mengumumkan kedatangan Maharaja.

“Hormat kami kepada yang mulia Maharaja. Semoga yang mulia panjang umur.” Ucap mereka serempak ketika Maharaja berjalan diatas karpet merah yang membelah aula pertemuan menjadi dua bagian. Dengan gerakan yang tenang Maharaja duduk di singgasana berwarna emasnya Disampingnya berdiri Kasim Han, dan dilain sisi berdiri seorang pemuda menawan bernama Amashu yang menggenggam dua pedang dikedua tangannya.

Maharaja mengedarkan pandangannya menatap tajam seluruh menterinya yang masih berlutut dan menunduk dalam tidak berani mengangkat kepala dihadapan Maharaja yang terkenal kejam itu. Kasim Han mempersilahkan para menteri yang akan memberikan laporan. Salah satu menteri berdiri dengan kepala yang masih menunduk, lalu melangkah ke tengah aula dan kembali bersujud disana.

“Ya-yang mulia hormat hamba kepada yang mulia Maharaja, semoga yang mulia panjang umur. Hamba akan melaporkan me-mengenai rombongan yang membawa ba-bantuan bahan pangan untuk kerajaan anak di-dirampok ke-ketika dalam perjalanan.” Ucap menteri Fang.

Ditanah Zhuyi ada sistem yang dinamakan kerajaan induk dan kerajaan anak. Yang disebut kerajaan induk adalah kerajaan GanYi sendiri. Kerajaan yang mampu menaklukan sebagian besar kerajaan kecil di tanah Zhuyi. Kerajaan induk sangatlah tertutup, bahkan untuk memasukinya harus mendapatkan ijin atau undangan langsung dari Maharaja. Meskipun terkenal mengalami musim dingin tiap tahunnya, tetapi masih banyak yang menginginkan untuk tinggal di kerajaan induk. Karena, kemakmuran dan keamanannya terjamin dibawah perlindungan langsung Maharaja.

Sedangkan kerajaan anak adalah kerajaan yang telah ditaklukkan oleh kerajaan GanYi. Mereka telah mendeklarasikan kesetiaannya dibawah kepemimpinan Maharaja, raja dari segala raja.

Kembali ke aula pertemuan. Maharaja sama sekali tidak menunjukkan ekspresi diwajahnya. Namun aura yang keluar dari tubuhnya sungguh menekan seisi aula itu. Tanpa melihat wajahnya, seluruh abdinya sudah tahu bahwa sang Maharaja tak senang dengan apa yang dikatakan oleh menteri Fang.

Maharaja memberikan isyarat pada Amashu, abdinya yang berada disampingnya. Sesaat kemudian Maharaja telah menggenggam pedang miliknya. Pedang yang masih terbungkus dengan sarung berwarna merah, pegangan pedang itu dihiasi oleh ukiran naga yang menggigit batu rubi merah.

Maharaja melangkah menuruni tangga dan berdiri dihadapan menteri Fang. “Katakan sekali lagi!” Suara rendah bernada dingin itu terdengar menggema di aula tersebut.

Menteri Fang kembali bersujud mencium lantai berlapis karpet merah tebal itu. Tubuhnya bergetar hebat, ia tahu ia telah mengusik amarah Maharaja. “Ro-rombongan yang membawa bantuan ba-bahan pangan untuk kerajaan anak di-dirampok,” Maharaja berdecak dan kemudian terkekeh dengan nada datar yang membuat suasana semakin mengerikan. “Mencoba membohongiku hm? Kau mengambil keputusan yang salah,” ucap Maharaja tajam.

Tubuh menteri Fang bergetar semakin hebat, ia melihat ujung sepatu Maharaja yang kian mendekat. Menteri Fang merutuki dirinya sendiri karena berani berbohong pada Maharaja, “Ya-yang mulia mohon ampuni ham–” seruan menteri Fang tidak berlanjut ketika kepalanya telah dipaksa terlepas dari lehernya. Maharaja menatap datar tubuh menteri Fang yang menggelepar berlumuran darah dihadapan kakinya.

Maharaja mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru aula, menatap tajam setiap abdinya yang kini bersujud gemetar merasakan aura membunuh yang menguar dari setiap jengkal tubuh Maharaja. Dengan sebuah isyarat ia memerintahkan Ashuma mendekat. “Datangi kediaman menteri Fang, asingkan keluarganya ke lapisan terluar kerajaan anak. Giring mereka, biarkan setiap rakyatku tau apa hukuman untuk orang yang tidak dapat ku percaya.” Perintah Maharaja dingin dan menyerahkan pedangnya yang berlumuran darah segar.

Maharaja melangkah menjauhi aula pertemuan diikuti kasim Han dan beberapa abdi yang melayaninya. Maharaja melangkah menuju kediamannya, istana naga kembar. Kasim Han dan Para abdi maharaja yang lain tahu dengan pasti bahwa suasana hati jungjungan mereka sedang tidak baik, dilihat dari sikap yang tadi ia tunjukkan.

Maharaja memasuki kediamannya. Para abdinya kecuali Kasim Han hanya diperbolehkan berada diluar gerbang kediamannya. Sedangkan kasim Han tetap mengikuti Maharaja menuju peraduannya. Kasim Han membantu Maharaja menanggalkan jubah berwarna merah kebesarannya, menyisakan pelapis pertama berupa kain sutra berwarna putih kualitas terbaik.

Kasim Han menyiapkan sebuah mangkok emas besar yang berisi air hangat untuk membasuh wajah Maharaja, dan beberapa helai kain tebal lembut untuk mengelap wajah Maharaja. Setelah menyelesaikan tugasnya Kasim Han segera undur diri melihat sang Maharaja yang sepertinya ingin segera beristirahat.

Maharaja mengangguk memberikan ijin. Setelah Kasim Han pergi, Maharaja segera membasuh wajahnya, mencoba meredakan kekesalan yang telah memenuhi hatinya. Maharaja mengelap wajahnya dengan kain tebal halus yang telah disiapkan. Tiba-tiba Maharaja berbalik dan meraih pedang yang berada diatas meja, ketika ia merasakan kehadiran sosok lain diperaduannya.

“Beraninya kau memasuki peraduanku tanpa seijin dariku!!” Raung Maharaja marah. Namun sosok yang dihadapannya itu hanya tersenyum manis. Sosok wanita cantik dengan gaun putih gading, serta rambut hitam yang digulung rapi di tengkuknya. “Hormat hamba kepada yang mulia Maharaja. Semoga yang mulia panjang umur.” Wanita itu membungkuk hormat, lalu kembali berdiri tegak dan menyapa lurus wajah sang Maharaja.

“Beraninya kau menatap wajahku !!” Raung Maharaja kembali. Wanita itu hanya tersenyum. Lalu sebuah senandung terdengar mengalun merdu dari bibir wanita tersebut, menguak sedikit misteri yang selama ini menyelimuti kehidupan Maharaja. Maharaja dibuat termangu. Tidak mungkin. Wanita dihadapannya ini pasti hanyalah pembual. Lalu dengan kemarahan yang merambati seluruh tubuhnya ia menggerakkan pedangnya untuk menebas leher wanita itu, tapi yang terjadi membuat Maharaja sedikit tersentak.

“Kau….roh?” Desis Maharaja geram. Roh dihadapannya masih saja tersenyum manis. “Saya memang roh yang mulia. Namun tugas saya yang ternyata belum selesai, memaksa saya untuk tetap berada disini,” Jelasnya. “Saya hanya menyampaikan apa yang seharusnya saya sampaikan. Kini tugas yang mulia untuk memecahkan teka-teki takdir yang Anda bawa.” Maharaja menggeram marah ketika ia mendengar perintah dalam kalimat yang diucapkan roh itu. Lalu dengan berkat dewa yang ia miliki ia bergerak mencekik udara, namun roh yang berada cukup jauh darinya terangkat menjauh dari lantai. Maharaja mencekik roh itu!!

Roh itu kembali tersenyum meski tubuh rohnya terasa panas ketika Maharaja mengerahkan berkat dewanya. Maharaja memang membawa berkat dewa matahari, dan itulah yang membuat kerajaannya masih bisa berjaya meskipun dilanda musim dingin setiap tahunnya.

“Yang mulia ingatlah jika yang mulia salah mengambil langkah maka seluruh tanah Zhuyi akan tertutupi musim dingin yang membawa kegelapan didalamnya. Cari apa yang disebutkan di senandung tersebut. Ingat semuanya bergantung pada Anda. Kelangsungan hidup tanah Zhuyi berada ditangan anda.” Roh wanita itu memudar meninggalkan Maharaja yang semakin tertelan oleh amarah.

Maharaja kembali meraung marah ketika roh tersebut meninggalkannya dengan sejuta pertanyaan yang kini menggelayuti benaknya.

 

 


 

Aku minta kritik dan saran yang membangun tentang ceritaku ya..

Salam..

MIAFILY♥

Secret Of The Destiny

21 Juli 2017 in Vitamins Blog

19 votes, average: 1.00 out of 1 (19 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Prolog

 

 

 

Tumpukan salju yang menutupi tanah Zhuyi kini telah meleleh karena udara yang makin menghangat. Musim dingin akan segera berlalu dan bunga-bunga yang cantik akan segera bermekaran. Rakyat tanah Zhuyi menyambutnya dengan suka cita.

Tapi sesuatu yang aneh terjadi. Ada salah satu kerajaan di tanah Zhuyi yang ternyata masih tertutup oleh salju yang tebal. Rakyat kerajaan itu dibuat terheran karenanya. Mereka juga dibuat gelisah karena persediaan makanan mereka kian menipis.

Para pejabat istana juga dibuat panik karena persediaan makanan digudang istana telah kian menipis. Mereka berkumpul disebuah aula besar dengan dekorasi-dekorasi yang indah. Mereka semua berdiri dengan gelisah berbaris di sisi-sisi karpet merah yang melintang ditengah aula hingga ke sebuah singgasana yang berada tinggi diatas beberapa anak tangga.

Mereka segera bersujud mencium tanah ketika seorang Kasim memberitahukan kehadiran jungjungan mereka semua. Raja Li, raja dari kerajaan GanYi. Mereka semua memberikan salam hormat kepada raja Li, lalu segera berdiri dengan membungkuk hormat ketika raja Li sudah duduk di singgasananya.

Raja Li mulai mendengarkan keluhan para abdinya. Ia juga mengerutkan kening merasa bingung dengan kejanggalan yang menimpa kerajaannya. Ini belum pernah terjadi sebelumnya, dikala kerajaan lain sudah menginjak musim semi sedangkan kerajaannya masih mengalami musim dingin yang cukup berat.

Persediaan makanan juga semakin menipis tentu ini akan mengancam keselamatan rakyatnya. Raja memijat keningnya yang kini terasa pening. Ia juga menghawatirkan keadaan permaisurinya yang sedang mengandung. Jika keadaan ini terus berlanjut, ini juga tidak baik untuk kondisi calon pangerannya.

Pertemuan di aula besar itu selesai, raja Li kembali ke kediamannya menemui sang istri tercinta yang tengah hamil besar. Mungkin tinggal menghitung 2minggu lagi sebelum sang calon pangeran terlahir ke dunia. Ia mempercepat langkahnya ketika ia membayangkan bahwa ada seorang bayi yang akan segera ia timang dalam pelukannya.

Tiba diperaduannya ia melihat sang permaisuri sedang berbaring dan mengelus perut buncitnya yang terbungkus gaun sutra halus. Raja Li tersenyum lembut melangkah mendekat dengan perlahan namun segera berlari ketika ia melihat sang permaisuri yang meringis menahan sakit.

Permaisuri akan melahirkan! Orang-orang istana nampak sedikit kalang kabut, karena kelahiran yang tidak sesuai dengan perkiraan. Namun para dayang istana yang bertugas khusus untuk membantu persalinan telah siap. Mereka bergegas mempersiapkan persalinan sang permaisuri. Kain-kain terbaik disiapkan, air hangat serta beberapa aroma terapi dibakar untuk memberikan ketenangan bagi permaisuri.

Raja Li dengan sangat terpaksa harus keluar dari peraduannya. Dayang hilir mudik memasuki peraduan raja. Raja berdiri tegang di depan pintu peraduannya. Ia senantiasa merapalkan doa pada dewa agar istri dan juga putranya dapat selamat.

Detik demi detik terus berlalu namun belum ada tanda-tanda permaisuri telah melahirkan. Raja Li nampak semakin gelisah dan Kasim Han, Kasim yang nampak terlalu muda untuk menduduki jabatan sebagai Kasim utama itu nampak menenangkan raja Li. Suasana di istana menjadi semakin tegang.

Dan akhirnya suara tangisan bayi terdengar, bergema di seluruh penjuru istana kerajaan GanYi. Seluruh penghuni istana bersuka cita akan kelahiran sang pangeran kecil. Raja Li mengembuskan nafasnya yang tertahan lalu merangsek masuk kedalam peraduannya.

Terlihat istrinya yang nampak semakin cantik dengan keringat yang membasahi kening serta seorang bayi mungil dalam gendongannya. Raja Li tersenyum lebar melihat keduanya. Dengan isyarat raja Li menyuruh semua abdinya meninggalkan peraduannya. Setelah semua abdinya keluar raja Li mendekat dan duduk di samping permaisurinya menatap takjub sang pangeran kecil yang amat menggemaskan kini tengah menyusu.

Tangan-tangan kecil pangeran tampak mengepal erat, matanya tertutup rapat dan bibirnya sedang menghisap nutrisi yang diberikan ibunya. Raja dan permaisuri bertatapan dan tersenyum senang, sungguh berkat dewa melimpah terhadap mereka.

Namun sesuatu yang tak mereka duga datang. Seorang wanita cantik dengan anggunnya berdiri dihadapan keduanya. Raja Li meraung marah karena menganggap wanita itu tak sopan telah mengganggu waktunya bersama sang permaisuri serta putranya. Tapi wanita cantik itu hanya menanggapi raungan kemarahan raja dengan senyumnya yang menawan.

Lalu mengalunlah sebuah senandung dari bibir wanita misterius itu. Senandung takdir yang dibawa sang pangeran kecil ketika lahir. Raja Li dan permaisuri tampak tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Tidak mungkin anak semata wayang mereka membawa takdir seperti itu.

Wanita itu hanya tersenyum mendengar penolakan kedua orang tua pangeran, ia hanya menjalankan tugasnya sebagai penenun takdir, memberikan peringatan untuk orang-orang yang memiliki takdir yang berpengaruh bagi kelangsungan keseimbangan alam semesta. Setelah menjalankan tugasnya sang wanita menghilang dengan misterius membuat raja Li dan permaisurinya tersentak kaget.

Kelahiran pangeran diumumkan dan rakyat kerajaan GanYi menyambut dengan suka cita ditengah anncaman musim dingin yang terus bertambah kuat. Sebuah upacara akan dilakukan, upacara pemberkatan pertama sang pangeran kecil penerus tahta raja.

Namun sesuatu terjadi semalam sebelum hari pemberkatan. Sang pangeran tak pernah muncul, dan kerajaan GanYi menjadi kerajaan yang misterius. Kerajaan yang selalu ditutupi oleh salju tebal setiap tahunnya. Kerajaan yang dikelilingi hutan lebat yang menjadi benteng alami sebelum tembok batu tinggi nan kokoh yang melindungi kerajaan GanYi dari gangguan dunia luar. Semuanya sangat misterius tapi kalah misterius dari sosok pangeran yang akan meneruskan tahta kerajaan GanYi.

Penerus satu-satunya kerajaan GanYi, seorang pangeran yang terlahir ketika musim salju. Pangeran yang misterius karena tak seorangpun dari rakyatnya mengetahui rupa atau bahkan namanya sekalipun. Sungguh misterius, semisterius takdir yang menunggu didepan sana..

DayNight
DayNight