Vitamins Blog

Never Been Kissed

Bookmark
Please login to bookmark Close

 

Never Been Kissed adalah film favoritku. Dan aku sangat menyukai pemeran utama yang ada di dalamnya, Josie Geller. Rasanya seoerti bercermin ketika aku menonton film itu. Tidak populer di masa sekolah, kuliah, maupun tempat kerja, hidupku yang sangat monoton. Tidak pernah membuat seseorang begitu tertariknya kepadaku. Semua orang yang kusukai selalu berakhir menjadi teman baik, alik-alih pendekatan yang selayaknya anak remaja.

Masa SMA-ku, kuhabiskan membaca wattpad seharian, mengkhayal mungkin aku akan bertemu dengan pujaan hati saat menginjak bangku perkuliahan. Tapi waktu bergulir begitu cepat, sudah hampir 10 tahun yang lalu. Dulu, ketika menginjak umur 17 tahun, aku sangat bergembira menyambutnya, sepertinya impianku semakin dekat. Mungkin aku akan seperti teman-temanku yang lainnya, bisa mengendari motor bergandengan tangan atau sekedar dielus lututnya sembari menunggu lampu merah, bercerita mengenai hal-hal yang seru, bertukar playlist, dan mungkin aku paling bersemangat untuk itu.

Sebagian orang di internet mengatakan, bahwa cinta harus mengikuti sejumlah peraturan. Sedangkan menurutku cinta bukanlah peraturan, ia adalah perbuatan timbal balik antara dua manusia yang saling menyayangi. Hal krusial itu… tidak pernah terjadi pada hidupku.

Aku hanya ingin merasakan bagaimana perasaan cinta itu mekar lagi. selayaknya Jossie Geller, yang bahkan buta tentang cinta. Seorang jurnalis yang melakukan penyamaran menjadi anak SMA, berusaha mengembalikan masa remajanya yang hilang. Jadi, aku berpikir jika aku bisa kembali pada 10 tahun yang lalu, apa yang akan kulakukan selain membaca sejumlah novel dewasa padahal dua tahun lagi aku berusia dewasa? sepertinya tidak ada.

Oh! mungkin ada. Aku akan berusaha menjadi lebih cantik, seperti usaha yang kulakukan sekarang.

Tapi semuanya seolah tidak berarti lagi. Di kantor, siapa siapa yang yang peduli dengan penampilan padahal isinya adalal lelaki setengah baya, suami orang.

Rasanya semua sudah terlambat

Aku termenung menghadapi dunia ini. Teman-teman dekatku sudah menemukan pasangannya. Kalian akan kuceritakan mengenai diriku sedikit? Aku adalah “temannya si cantik.” Meskipun akku sangat bersyukur di saat-saat itu aku memiliki teman dan rata-rata merka semua sangat cantik dan menarik. Aku bahkan pernah menemani temanku ditembak oleh seorang lelaki. Padahal lelaki itu yang kukira ia naksir kepadaku, , aku hanya tersenyum riang layaknya orang bodoh di sampingnya. Menyedihkan.

Aku juga pernah menemani temanku berkencan dengan gebetannya. Dan kenapa aku menangis saat menulis ini, aku pun tidak tahu. Aku dan dunia percintaanku yang menyedihkan.

Orang-orang melihatku menangis di pernikahan  sahabatku mungkin berpikir bahwa aku terlalu emosional, memaklumi kenapa aku menangis pada hari pernikahan mereka. Padahal saat itu, perasaan campur aduk itu terjadi. Pikiranku dipenuhi dengan pertanyaan, “Kapan ya giliranku?” Pertanyaan yang terus mengulang di kepala

Aku iri pada wanita yang mengelus perut buncitnya bergandengan dengan suaminya, memilih pakaian bayi yang lucu. Bayi lucu yang tertawa saat memandangku. Buah cintaku. Apakah aku bisa merasakan perasaan itu?

Aku belajar memasak, aku ingin seperti Freya di cerita The Girl Who Tamed The King, aku masih ingat kutipan cerita ini. “Cara membuat seseorang jatuh cinta adalah dengan memanjakan perutnya, karena itu cara tercepat dan terdekat dengan hatinya.” Kurang lebih seperti itu. Dengan ingatan semutku ini, tulisan seperti ini sangat baik aku kutip.

Aku bisa masak. Aku sudah mempersiapkan diriku untuk menjadi istri. Istri konservatif, istri yang bisa menjadi rumah pulang untuk suaminya. Aku bahkan sudah memikirkan, suamiku mungkin penyuka bola atau hobi merakit gundam, seperti aku yang sangat menyukai membaca cerita cinta. Aku juga sudah menyiapkan diriku dengan kompromi-kompromi yang kita jalani seumur hidup selayaknya Asia dan Jendral Akira.

Betapa menyedihkannya.

Aku tidak pernah berkencan. Malam minggu bersama dengan lelaki itu seperti apa rasanya? Mengenggam tangan, bercerita, menonton film, atau berkuliner memanjakan lidah sembari berbincang, terhibur dengan humor jongkok yang aneh jika di dengar oleh orang lain. Aku tidak pernah tahu rasanya.

Aku sangat ingin merasakan hal itu semua.

Aku tidak pernah dijemput saat pulang sekolah, pulang setelah menyelesaikan proker atau saat pulang kerja. Aku juga tidak pernah merasakan setelah diantar, berbincang sedikit, membicarakan kejadian lucu yang terjadi. Aku juga tidak pernah dikirimi makanan saat lembur dengan pesan singkat yang hangat itu.

Kenapa aku sangat menyukai romansa? Kenapa aku terus membayangkan akan merasakannya suatu saat padahal umurku saat ini lebih dekat ke 30 tahun daripada 17 tahun.

Cinta masa remaja yang sudah kulewatkan.

Aku terus mencoba mencari keberadaan cinta itu dimana, mungkin bisa bertemu di dunia maya. Aku mencoba, mendownload berbagai aplikasi pencari jodoh, berusaha melakukan kencan buta, mungkin aku bisa bertemu dengan lelaki impianku.tapi sekeras apapun aku mencoba, aku tidak bisa menemukannya. Entah dimana kebaradaannya? apakah ia tinggal satu kota denganku?

Mungkin cinta itu berada di kafe-kafe lucu tempat nongkrong anak muda, atau aku bisa mencarinya di toko buku favoritku, atau aku bisa menemukannya saat melakukan jalan pagi, atau ia bisa saja duduk di sebelahku saat aku melakukan perjalanan dinas.

Betapa naifnya pikiran ini, kukira aku bisa bertemu cinta seperti di trilogi film Before. Pertemuan tidak sengaja, berbincang hangat dengan pria asing, membicarakan hal-hal menarik seperti, apakah ia lebih menyukai Paul McCartney atau John Lennon?

Dengan keadaanku sekarang, menua, dan semakin bertambah berat badan, rasanya sulit menemukan lelaki itu.

Aku menyerah, aku tidak tahu lagi bagaimana caranya melakukan pendekatan, bagaimana bertemu dengan lelaki. Bahkan, aku saja kesulitan mendapatkan teman dan keluar dari penjara yang kuciptakan sendiri.

Aku bahkan tidak tahu apakah jodohku adalah pernikahan atau kematian, yang pasti aku sangat takut meninggal dalam kesendirian seperti yang sudah-sudah.

Aku menyerah, aku sudah menghapus aplikasi pencari jodoh itu, aku sudah menyerah untuk terus mencari. Mungkin sudah takdir dari semesta, aku tidak bisa merasakan perasaan membuncah yang dirasakan oleh sebagian manusia dimuka bumi ini.

Aku sudah berhenti untuk mendoakan jodoh dan keluar dari pekerjaan yang menyiksaku. Aku berhenti berdoa, karena jika aku berdoa, aku memiliki harapan dan harapan-harapan itulah yang membunuhku secara perlahan. Sekarang doaku sudah berganti, aku berdoa semoga aku bisa mencapai berat badan ideal yang kuimpikan itu, 55 kg. semoga pergelangan tanganku yang sakit ini segera sembuh, dan semoga aku bisa menyelesaikan novel ini.

Karena aku tidak bisa merasakan perasaan cinta di dunia nyata, aku ingin merasakan cinta di dunia yang kukarang sendiri.

Aku memutuskan untuk kembali menulis.

Menulis kisah percintaanku jika kisah itu berhasil. Menuliskan semua  skenario yang kubuat sebelum tidur menjadi kenyataan.

Lelaki yang kucintai, mencintaiku balik
lelaki yang kutemui di perpustakaan itu menanyakan nomerku

Atau lelaki yang penyuka telur goreng itu, bebasa-basi denganku. Aku bisa memutuskan akhir cintanya seperti apa. Dan akhirnya aku bisa merasakan rasanya dicintai, diperjuangkan dan di sayang. Dan yang pasti, aku tidak akan sendiri, aku akan bersama pasanganku.

Aku tidak sendirian lagi.


 

Wattpad : Alderaminchepeus
Karya karsa : Alderaminchepeus


PS: maaf, padahal sudah ada covernya tapi entah kenapa tidak bisa diinput gambarnya.

2 Komentar

  1. Semangat terus

    1. minervashine menulis:

      makasihh…