Vitamins Blog

Oh My Fake Bo(ss)yfriend || Seberapa Gregetnya Elo?!

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

39 votes, average: 1.00 out of 1 (39 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

P.S

Yuhuuuuh, author abal-abal kembali, thanks yang dah setia nunggu ampe rela jamuran 🤧🤧 Sori ya, ini emang slow update, percayalah saya berusaha luangin waktu buat curahan hati si Arivah ini 😫 Mohon jangan hujat saya #Bletak *sok ngartis lo thor 👹👺

Okelah, enggak usah banyam bekicot. Happy reading 💃💃💃

 

Yakin sih gua kalo si bos ini sebenernya masih keturunan bos monsternya planet Namek. Percaya deh, Picolo bakalan sungkeman kalo ketemu sama doi.” @Ryyhaju

Mataku tidak berkedip, mulutku hanya cengap-cengap persis mulut ikan yang baru dikeluarkan dari air, tiba-tiba kepalaku pusing dan leherku terasa sakit.
Tuhan! Tolong bilang kalo orang yang sedang aku tatap ini cuman ilusi bodoh seperti tadi pagi.
“Lagi cousplay jadi ikan, ya?”
Aku menutup mulutku sambil menahan napas.
Ini bukan mimpi!
Ini nyata, orang yang sedang aku tatap ini adalah Dimas! WTH!!
“Elo kok … tapi … Semarang … terus di sini … gimana bisa?!” aku bertanya seperti orang baru belajar bicara dengan suara sumbang setengah berteriak.
Dimas mengulas senyum manisnya yang aku yakin mampu membuat gula darah para wanita ini mendadak naik. “Kenapa? Kaget aku bisa sampe sini?”
Aku menggigit bibirku, kesal.
Aku melirik tante Nanda yang juga sama melongonya, entah melongo karena terkejut atau ngerasa terpanah dengan ketampanan makhluk dari gua batu ini?
Giliran cowok ganteng aja matanya sampe enggak kedip ya, Tan 😒
Aku menarik Dimas sedikit menjauh dari tante Nadia, aku berbisik setengah menggeram. “Elo. Ngapain. Di sini?!”
Dimas menarik sebelah alisnya seolah-olah bahwa pertanyaanku adalah hal yang paling aneh yang pernah ia dengar.
Emang percuma sih lo kalo nanya sama aspal komplek, bawaannya pengen banget gue garuk.
“Terus gimana sama gatheringnya?”
Dimas tidak langsung menjawab, ia menatapku dengan mata teduhnya, tangannya meraih sebelah tanganku, meremasnya pelan, ditengah hiruk pikuk tamu, di pandu dengan suara Christina Perry, Dimas berkata amat lembut tanpa melepas tatapannya dari mataku.
“Semarang ternyata terlalu jauh, Nay.” Aku menatapnya tidak paham, “Semarang terlalu jauh dan  di sana tidak ada kamu, Naya. Saya tidak mau pergi ketempat manapun, kecuali sama kamu.”
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Aku melongo saking tidak percayanya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Dimas.
HUEEEK!!!
Dari mana sih ini manusia batu belajar jadi alay gini?
Aku tersenyum kaku seraya berbisik. “Elo abis kesambet di mana?”
Dimas menunduk seraya berbisik, “Kalo saya kesambet, saya udah kesambet dari kemarin-kemarin, dan kamu pasti enggak ada di sini sekarang. Kalo saya kesambet kamu udah pasti lagi duduk di depan penghulu sama saya karena perbuatan khilaf saya kemarin.”
Aku menahan napas sekaligus syok. Aku mendadak ingat dengan mimpiku pagi ini, juga tindak-tanduk Dimas yang kadang absurt, kalimat-kalimat Dimas yang membuatku harus bermain teka-teki.
Tapi semenjak kejaian ‘khilaf’ di kamar Ganih kemarin, aku menjadi banyak berpikir ulang. Lalu muncul pertanyaan yang sama berulang kali, ‘Apa benar Dimas menginginkanku sampai seperti itu?’, ‘Sejak kapan tenpatnya dia menahan segala hasrat buasnya itu?’, dan ‘Apa aku juga menginginkan Dimas?’.
Aku kembali menatap sepasang mata taduh milik Dimas, aku baru sadar hari ini ia mengenakan kaca mata lagi, aku mengintip dari balik lensa terlihat kelopak mata yang sedikit membengkak.
Ukh, itu pasti karena tidak tidur semalaman.
Meski begitu, Dimas masih mau menyusulku hingga ke Lembang. Tapi di tengah itu semua, merutku mulai bermasalah. Ada sesuatu yang bergejolak di sana.
Saya mau kamu….’
Sesuatu mulai merayap naik di dalam perutku. Satu….
Saya maunya kamu yang pakai cincin ini….’
Dua….
Saya tidak sinting atau gila, saya sadar dan serius….’
Tiga….
Karena kamu tidak pernah bertanya … Untuk itu saya bawa kamu ke sini, untuk sedikit mengenal saya tidak apa kan…’
Empat….
Saya jadi enggak bisa pura-pura galak di depan kamu….’
Lima….
Naya….’
Diperutku seketika bergejolak, seperti ada kupu-kupu berterbangan tidak terhingga jumlahnya.
“…naya, Inayah….”
“Inayah!”
Aku menoleh cepar ke arah tante Nanda yang baru saja menegurku, ternyata beliau dari tadi menyimak tanpa di suruh. Aku pernah bodoh di masa lalu, lalu apa di masa sekarang aku akan mengulangi kebodohan yang sama? Aku kembali menatap Dimas, yang sekarang menyungging senyum paling manis yang pernah aku lihat, dan aku merasakan kelegaan yang amat sangat.
Belum pernah, belum pernah sebelumnya aku merasa se…lega ini ketika bertemu dengan Dimas. Belum pernah. Sudut bibirku terangkat menyungging senyum tanpa diminta.
“Inayah, ini temen kamu?”
Aku menoleh ke arah tante Nanda. Dengan bangga aku tersenyum sambil mengait lengan Dimas seraya menyahut.
“Ini pacar Naya.”

***

Tante Nanda tercengang, wajahnya berkerut-kerus seperti acar timun yang kekurangan air di dalam toples. Mulutnya mengap-mengap persia ikan lele yang salah lompat ke daratan. Aku memperhatikan dengan geli, ini baru hiburan.
“Pa … car?” katanya setengah mengigau. Tiba-tiba tante Nanda menarikku mendekat seraya berbisik, “Kamu bilang belum punya pacar?”
Aku mengerut kening, sekilas aku melirik Dimas yang sama bingungnya. “Masa sih? Perasaan Naya mau bilang tapi tante ngomong terus, Naya mana bisa bilang.”
Tante Nanda melotot tapi aku memasang wajah polos. Tante Nanda masih sempat-sempatnya mencuri pandang ke arah Dimas. Ia kembali berbisik kali ini dengan nada centil yang membuatku makin keheranan.
“Kamu kok bisa dapetin cowok cakep gitu, pasti temen-temennya juga cakep-cakep,” komentar tante Nanda sambil terus mencuri pandang pada Dimas.
Hmmn, dasar kucing tua, ada ikan segar matanya langsung ijo, gak sadar umur lagi.
“Kenapa emang, Tan?”
“Yaa, bisa lah, satu kenalin sama tante.”
“Hah?!” aku mencerit cukup keras karena syok.
Demi dedemit penghuni pohon toge dan alam undur-undur, kesurupan kuntilanak kali ya ini tante-tante?!
“Ssst, canda-canda….”
“Kenapa, yang?”
Uluuuh, kok rasanya kek kena serangan jantung gitu ya pas Dimas manggil gue ‘sayang’ iya ‘sayang’ 🤭
“Ha? Eh, enggak. Oh iya, kenalin ini tante Nanda. Masih sodara gu … Aku, ini Dimas … pacar Naya.” Tidak lupa aku tambahkan senyum ala Pepsodent.
Ekhhmmm ‘pacar’.
“Halo tan, apa kabar?” Dimas mengulur tangan pada tante Nanda mengajak bersalaman.
Dengan cepat tante Nanda menyambar tangan Dimas  bahkan menggenggam tangan Dimas dengan dua tangan. “Baik, baik, baik. Eh, jangan manggilnya ‘tante’ ketuaan. Panggil ‘teteh’ aja, kan kita enggak beda jauh.”
Permisi, bagaimana? Gue enggak salah denger? Hell, empat puluh lima ke dua puluh sembilan itu jauh, darimana lo mau dipanggil teteh?
Aku memperhatikan Dimas yang tampak tidak terganggu sama sekali. Hanya mengulas senyum tanpa menanggapi.
Eh buset! Itu tangan masih nyantel aja kek gantungan kunci 😒
“Duuuh, kalo aja saya punya anak cewek, udah saya jodohin sama kamu. Sayang aja saya punyanya Wawan bukan Wiwin. Eh, kalo gak sama teteh aja.” Aku melotot syok.
Kalo ada anaknya udah suruh tidur sama Lian nih pasti.
Ekhmm!!” Aku berdeham cukup keras bermaksud mengintrupsi kelajuan pecicilan tante Nanda. Namun si tante-tante satu ini masih bebal.
Alhasil aku berinisiapif sendiri, “Taaan, kayaknya Naya haus, Dimas juga baru dateng kan pasti laper. Jadi….”
“Oh, ya udah sana kamu ambil makan, gih. Biar si Aa, disini nemenin tante. Eh, sekalian ya tante juga haus. Tapi maunya yang manis, itu di sebelah sana yang manis-manisnya. Kalo kamu enggak repot, sekalian buahnya juga ya.”
Seketika aku menjadi arca Kendedes sambil mengumpat dalam hati.
What the f****!!!
Pfffttt!!”
Aku melotot pada Dimas yang terang-terangan menahan tawanya. HAH! LO PIKIR LUCU?!
“Eh, nunggu apa lagi, Inayah? Cepetan, kasian tuh aa Dimasnya haus. Ya kan a’?”
Dengan dongkol aku menyahut, “Baik, Nyah! Ijah ambil makanan dulu.”
Aku berbalik sambil sengaja menghentak kaki, aku pun tidak perlu repot-repot menanggapi ocehan tante Nanda dan Dimas yang sudah lepas tertawa. Awas lo nanti, gue bales!

***

“Banyak banget mba, doyan apa kelaperan?” sindir si pramusaji.
Berisik lo!
“Pesenan saya mana? Lama banget, saya udah laper.” Dengan santai Dimas menyelipkan tangannya di pinggangku, aku terkesiap dan menjatubkan kembali perkedel kentangku ke asalnya. Aku mendelik kesal pada Dimas.
“Enggak lucu!”
Dimas tertawa renyah tetap merangkul pinggangku dengan nyaman. Udah kayak gulingnya bikin nyaman 😌
“Ck! Apaan sih, lepasin. Ribet nih!” Seberusaha mungkin aku melepas tangan Dimas dengan tidak menarik banyak perhatian orang lain.
“Kenapa?”
“Pake nanya lagi, entar disangka gue sakit pinggang kalo mesti dipapa gini.”
“Sok tau kamu, yang ada mereka pikir kamu pacar pecicilan, makanya mesti digiring biar enggak kemana-mana.”
Aku melotot namun Dimas malah tertawa.
“Makan yuk.”
Aku menyodorkan sepiring penuh makanan tepat ke wajah Dimas. “Terus, ini apa?”
Dimas mengambil piring di tanganku kemudian dengan  santai memberikannya pada seseorang di belakang kami dengan air wajah kebingungan. Tentu saja! Porsi yang gue ambil itu porsi orang kurang makan liam hari empat malam! Siapa juga yang sanggup ngabisin?
Dimas menggandeng tanganku tanpa perlu ijin kemudian membawaku keluar dari antrean.
“Saya mau makanan yang lebih khas,” katanya.
“Terus, gimana sama teteh Nanda? Lo apain tadi?”
Dimas mengedik bahu, “Saya enggak tau, saya tinggal ke belakang, tapi enggak jadi pas liat kamu lagi antre makanan.”
“Halah!”
Kami melewati meja Bagus dan kawan-kawannya, mereka sedang asik mengobrol namun mulai berbisik-bisik begitu melihatku. Bagus juga mendelik padaku dengan wajah masih malu-malu semakin membuatnya lucu.
“Duluan ya a Bagus.”
“Eh, iya, hati-hati,” sahutnya dengan kikuk.
“Siapa? Sodara kamu?” tanya Dimas setelah satu meter melewati meja Bagus.
Aku menarik sebelah alis, keheranan. “Kok lo kepo.”
“Saya enggak kepo, saya cuman tanya siapa?” elak Dimas mulus.
“Ya itu namanya kepo.”
“Ck!”
Dimas diam karena kesal dan aku merasa puas. Jarang-jarang lagi kan gue ngerjain ini anak, mumpung ada kesempatan, gas aja wkwkwk.
“Mau tau?” godaku.
“Enggak usah, enggak penting,” komentar Dimas.
“Serius?”
Yes!! I don’t care.”
“Ya udah, gue enggak rugi,” kataku acuh.
“Palingan sepupu jauh kamu lagi.”
Dudududuuuuu, kepo bilang boss!!!
Aku tertawa renyah. “Sok tau kamu! Tadi tuh a Bagus … calon imam gue sejam yang lalu….”
What?!
Tawaku meledak seketika, reaksi Dimas benar-benar hiburan baru. “Tapi elu keburu dateng, alhasil gue gak jadi deh dilamar sama doi.”
Tidak ada reaksi terkejut dari Dimas kali ini yang ada ekspresi sedatar jalan. “Enggak lucu.”
“Ya udah.”
Aku hendak meninggalkan Dimas namun tanganku segera diraih oleh pria tersebut, menariknya hingga aku kembali ke hadapan Dimas.
“Dia boleh jadi calon imam sejam kamu,” mulainya, aku mengerut dahi tidak paham, ia melanjutkan, “tapi saya mau jadi imam kamu berjam-jam, berhari-hari, bulan bahkan bertahun-tahun, gimana? Kamu tertarik sama tawaran saya?”
DUAAAR!!!
Seperti ada bom dalam perutku yang meledak seketika, memuntahkan segala bunga dan kupu-kupu di dalamnya. Aku memandang Dimas yang sekarang tengah tersenyum menyeringai, efek ledakkan itu sampai hingga pipiku.
Ah, gue yakin muka gue udah berubah jadi tomat, enggak merah lagi tapi dah jadi tomat busuk!
Sialan! Sialan!!
Dia yang senyum, gue yang jatuh cinta!
Kan goblok!!

TBC 💃

27 Komentar

  1. farahzamani5 menulis:

    Terusss klo tmn2nya Dimas cakep2, tante mau salah satunya jadi om nya Naya gtu Tan 🤣

  2. Happy new year mba author dan readers semua 🎆🎆

    1. Happy new year semua :ayojadian :ayojadian :ayojadian

  3. Terima kasih choco sdh update ipeh :lovely

    1. Sama2
      Terimakasih dah mau mampir :lovely :lovely :lovely

  4. Hahaha saking merahnya melebihi tomat, tomat busuk? 🤣 gara2 dimas nih

    1. Dimas mulai aktif ya bun :mimisankarnamu :mimisankarnamu :mimisankarnamu

  5. Al-Humayra Raudatul menulis:

    terimakasih sudah up ..😄😄😄😄

    1. Kembali kasih :kutungguapesmu :kutungguapesmu :kutungguapesmu

  6. Nungguin arrivah kpan updet lgi thor😊😊

  7. Seru :ayojadian :ayojadian

  8. Adek,update :NGAKAKGILAA

  9. oviana safitri menulis:

    lucu banget ka ceritanya :mimisankarnamu

  10. Al-Humayra Raudatul menulis:

    ditunggu selalu up berikutnya ka.. :NGAKAKGILAA

  11. rillapermatasari93 menulis:

    Gak bisa jauh dari Naya kamu Dimas, udah jangan modus mulu. Gas keuun, kesempatan gak datang 2 kali, langsung nikahin aja Naya nya :mimisankarnamu :ayojadian

  12. Dian Sarah Wati menulis:

    Aduuuh si tante mau d panggil teteh..
    Ktm yg cakep lupa umur..
    Dimas ga bs jauh2 dari naya

  13. rillapermatasari93 menulis:

    Bolak balik lagi di sini. Semoga cepat up kak :iloveyousemangat

  14. Al-Humayra Raudatul menulis:

    ka…kapan up lagi …ditungguin tiap hari :NGAKAKGILAA

  15. Indah Narty menulis:

    Dragon ball :luculuculucuih