Vitamins Blog

Gelisah tanpa Wajah

Bookmark
Please login to bookmark Close

Entah bagaimana harus kusampaikan resah
Yang kini telah menjelma menjadi gelisah tanpa wajah
Tak tahu lagi mesti bagaimana kusuarakan sendu
Saat bibir bungkam tersiksa kelu
Harus ke mana kubuang pedih
Ketika air mata tak sanggup lagi merintih

Jiwaku layu terkekang sendiri
Sejak kau menjejak langkah pergi tanpa peduli

Masih bolehkah aku rindu?
Ketika hadirmu adalah ketidakmungkinan,
Seperti waktu yang tak bisa lagi berputar haluan

Seperti katamu dulu,
Bahwa jika takdir memihak
Kita akan bersua kembali menyatukan letak
Bergandeng tangan saling menggenggam lagi menghapus jarak

Aku sungguh masih ingat
Bagaimana mata kita saling bicara
Menyampaikan segala penolakan untuk melepas rasa

Tetapi, kau tetap pada pendirianmu,
Sementara aku masih di sini saja seperti batu
Menunggu… dan menunggu…
Hadirmu yang kian lama kian semu

Seperti katamu dulu,
Bahwa aku harus menjadi mandiri, kuat dan tangguh
Menghadapi semuanya dengan punggung tegak dan tersenyum, tanpamu

Tetapi kini,
Bahkan aku masih belum tahu,
Membimbing hati untuk sekadar melupa pada raut wajahmu itu,
Bagaimana caranya?

Hai kau … Untuk apa kita dipertemukan?
Jika yang tersisa kini hanyalah retak kepingan
Berserak rusak, puruk-parak tanpa pantas lagi disebut kenangan

Kupikir, waktu yang singkat akan membuat semuanya cepat berlalu
Namun, bagaimanalah ketika saat ini aku justru semakin terbelenggu
Pada janji yang sering kau sebut-sebut sebagai satu
Hilang separuh, maka aku bukanlah aku

Kupikir, sekian lama aku menapaki jejak sangkala
Semakin cepat pula aku bertemu dengan asa
Menggapaimu lagi untuk kusimpan detaknya dalam dada
Menjadikanmu suara paling bising dalam gemuruh rindu di jiwa

Hai kau yang kini entah di mana
Maafkan tak ikhlas ini yang menyebutmu sebagai penyesalan
Mengingatmu sebagai memori pahit
Yang pedarnya tak pernah mau pamit

Andai melupakanmu itu semudah terhapusnya ukiran pasir oleh ombak
Tentulah saat ini aku tak akan terkungkung oleh ingatan pada benak

Jika aku boleh meminta
Tengoklah aku sekadar saja
Agar perih ini bisa menyatu baik dengan segala rela
Tidak lagi terbebani oleh beratnya putus asa
Atas bayang dirimu yang kian aksa

 

Kota Sejuta Bunga,
Dalam senja yang terbungkus hujan.
Desember 2017

7 Komentar

  1. Harapan palsu,angan semu asa yg menipu,,hasrat yang membelenggu memaksa percaya masih ada harapan diantara luluh lantaknya keyakinan…apa aku memaksa hati untuk bahagia dikala duka sudah didepan mata…oh Tuhan..kembalikan lagi hatiku yg kuat dan tegar itu :mimisankarnamu :mimisankarnamu

    1. Bintang Timur menulis:

      Semangaattt :ayojadian :ayojadian

    1. Bintang Timur menulis:

      :wowakusedih :wowakusedih

  2. Wahhhh Ka Bin nulis jg toh di vitamin blog, bru ngeh aq hehe
    Btw berat kli ni puisinya Ka Bin huhu
    Pas bikin puisi ini, lgi kangen seseorang ya ehh hehe

    1. Bintang Timur menulis:

      Iyah… hehe
      Lagi kangen dia :mimisankarnamu :mimisankarnamu

  3. Indah Narty menulis:

    Melupakan seseorang itu begitu sulit