“ Dev. Aku akan melakukan perjalanan ke negaramu. Kurang lebih sekitar 15 jam lagi pesawatku akan tiba. Aku harap kau mau menjemputku di bandara nanti. Tunggu aku. See you there okay”
Gadis itu terkejut bukan main, ketika membaca pesan dari orang yang selama ini selalu ia hindari percakapannya dalam obrolan via whatsapp. Beruntungnya orang yang ia hindari itu bukanlah orang dari negara asalnya, melainkan orang luar negeri yang secara tidak sengaja berkenalan dengannya di sosial media. Jadilah Devanna berusaha beberapa kali mengabaikan pesan dan panggilan telepon dari lelaki warga asing itu, tapi usahanya selalu saja digagalkan oleh perasaan sukanya pada lelaki itu dan berakhir dengan Devanna yang akan selalu membalas dan menerima panggilan vicall lelaki itu. Ya, Devanna menghindari laki laki itu bukan karena tidak menyukainya, tapi karena ia menyukai lelaki itu.
Aneh memang, tapi itulah tindakan yang dilakukan Devanna untuk meredam degup jantungnya kala ia dan lelaki itu pertama kalinya melakukan panggilan video, dan kedua pasang mata itu saling bertatapan. Disitulah awal mula Devanna merasakan rasa aneh yang baru dirasakannya selama usianya yang menginjak 23 tahun ini.
Ia memang belum pernah menyukai laki-laki sampai jantungnya berdegup kencang seperti ini. Dan membuatnya salah tingkah seperti orang bodoh, layaknya idiot. Bahkan selama Devanna hidup ia belum pernah merasakan pacaran seperti yang teman-temannya lakukan. Bisa dikatakan ia terlalu awam untuk masalah cinta ataupun hubungan antara lawan jenis.
Devanna mengetuk-ngetukan jemarinya pada meja perpustakaan, kakinya pun tidak mau kalah dengan tangannya, yang akibatnya menimbulkan suara gaduh di tengah kesunyian dan konsentrasi para mahasiswa yang ada di perpustakaan. Seluruh pasang mata yang berada disana menatapnya dengan tatapan sinis, karena merasa terganggu oleh ulah gadis berhijab warna pastel itu, seorang gadis lainnya menghampiri devanna yang masih asyik menatap layar ponsel dengan wajah cemas.
“Dev?”
Gadis berparas cantik itu memanggil Devanna, namun bukannya merespon panggilannya, Devanna justru makin mengerutkan dahinya dan mendorong bibirnya maju ke depan. Akhirnya gadis berparas cantik yang tak lain adalah teman kelas Devanna itu menepuk bahu Devanna beberapa kali.
“Dev. Dev, lo kenapa sih?”
Devanna akhirnya tersadar dari lamunan panjangnya yang sempat membuat gaduh dan menganggu itu. Ia menoleh dan melihat Anggun yang menatapnya bingung.
“Eh, gak apa-apa kok. Gue cuma lagi banyak tugas aja.” Jelasnya disertai cengiran canggung.
“oh, gue kirain kenapa. Ya kalau lo banyak tugas kerjain lah. Itu tugas gak akan selesai kalau cuma lo pikirin doang” ucap Anggun. Gadis itu hanya memberi tatapan heran pada Devanna yang menurutnya aneh tapi unik itu.
Bagaimana tidak?
Menurut Anggun, Devanna adalah gadis yang akan selalu jadi perhatian para laki-laki. Karena tingkah ajaibnya. Devanna memang bisa dikatakan tidak cantik, tapi ia mempunyai paras yang manis dengan hidung berukuran mungil dan bermata sipit, yang membuat matanya seolah ikut tersenyum ketika devanna menyungingkan senyum di bibir tipisnya.
Tapi mungkin karena tingkah ajaib dan konyol Devanna, membuat para laki-laki itu berpikir dua kali untuk mendekatinya.
Devanna pernah berteriak histeris karena salah satu laki-laki tampan yang menyukainya menyentuh tangan Devanna, saat ia terjatuh di tangga kampus. Padahal laki-laki itu ingin membantunya berdiri. Teriakannya mengundang banyak mata untuk melihat kejadian itu.
Devanna juga pernah berlari-lari untuk menghindari laki-laki yang lagi-lagi tampan dan berusaha mendekatinya. Dengan wajah horor Devanna memasuki kelas dan segera menutup pintu dengan tergesa. Napasnya terengah-engah. Ia berdiri di balik pintu kelas. Hingga suara ketukkan dari luar pintu kelas mengejutkannya. Devanna berteriak dan menyuruh orang yang berada di depan pintu kelas untuk pergi. Tapi orang yang berada di balik pintu itu bersikeras untuk masuk dan terus saja mengetuk pintu kelas. Akhirnya dengan memasang kuda-kuda Devanna membuka pintu. Dan semua mata tercengang melihat Pak Herman, dosen yang akan mengajar kelas mereka di jam itu, berdiri dengan wajah merah seakan siap meledakkan amarahnya pada Devanna.
Sejak saat itu para laki-laki yang mengenal Devanna, menganggap bahwa Devanna adalah hiburan yang menyenangkan tapi tidak ada yang menyukainya lagi lebih dari teman. Mereka butuh usaha dan nyali yang besar jika ingin mendekati Devanna.
Anggun hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah teman uniknya itu. Gadis itupun kembali ke tempat duduknya meninggalkan Devanna yang malah berkutat dengan game di ponsel miliknya.
Hahahahha