Vitamins Blog

Fanfiction – Meet Mr Perfect

Bookmark
Please login to bookmark Close
9 votes, average: 1.00 out of 1 (9 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Hey guys ? i am back with jadul fanfiction ? jadi kemarin2 ini aku lagi suka banget sama couple taesoo alias couple taeyong nct and jisoo blackpink ??? sampe perpus d wattpad aku isinya cerita pairing mereka berdua, padahal udah lama banget aku ngak baca ff, gara nih visual explode couple aku jadi baca ff lagi deh ???

Jadi karena ini tuh ff jadul yg kuubah pairingnya jadi mas tytrack and mbak jichu, sorry aja kalau bahasanya chessy banget hehe ?

 

Happy reading guys ?

 

? Meet Mr Perfect ?

 

Kuperjapkan mataku perlahan, sinar matahari terasa menembus pandanganku. Sayup-sayup kudengar suara cempreng yang terus meneriakan namaku berkali-kali mendekat, oh astaga apakah suara cempreng itu tidak bisa lebih menyebalkan, demi tuhan aku masih sangat mengantuk. Sial,sial,sial.

“Jisooooo, Jisoooo, Jisoooo, Bangunnnnn!!!”

teriakan itu semakin menjadi-jadi, kututup wajahku dengan selimut pink yang tadinya sudah tak berbentuk karena gaya tidurku, berusaha menghilangkan suara yang memekang telinga ini,tapi sepertinya si pemilik suara ini tak bisa meninggalkanku sebentar saja, karena kini kurasakan si pemilik suara cempreng tengah menarik-narik selimut yang menutupi seluruh badanku dengan masih meneriakan kata-kata yang sangat menyebalkan.

“Jisoo bangung dong, jangan kaya kebo aja, udah siang tahu!”

kugerakan kaki untuk menendang apa saja yang berada di kasur queen size ini, menghalau orang yang terus mengganguku tanpa kenal lelah, aku hanya ingin tidur, apa susahnya sih?

“Jisoo, jangan nendang-nendang, udah numpang tidur di rumah orang, malah masih asik-asikan tiduran, pake ngacak kamar aku lagi”

kini kudengar ocehan kekesalan dari wanita di hadapanku ini. Yah, mau tidak mau aku harus mengakui bahwa ini adalah rumah si wanita cempereng dan kamar dengan nuansa pink ini adalah kamanya, tapi kan dia juga sering numpang tidur di rumahku dan bahkan lebih parah lagi dalam menghancurkan kamarku, jadi sah-sah saja kalau aku melakukan hal yang sama pada kamarnya kan?

“Jennieee, kecilkan suaramu itu, ganggu banget. Orang masih ngatuk juga”

tak kupedulikan tatapan kesal si wanita cempreng yang sekali lagi mau tidak mau aku harus mengakuinya sebagai sohib terbaikku, Jennie Kim.

Tetapi kalau dia sudah menunjukan sikap aslinya, sepertinya aku harus meralat bahwa dia adalah sahabatku karena sikapnya betul-betul bikin ngeselin.

“ish, Jis, orang cantik gini dibilang gangguin, masih mending aku masih mau temenan sama kamu. Udah tidur kaya kebo, jorok lagi, iuhhh”

Kalau dia bukan temanku sudah kusumpal mulutnya dengan kos kakiku, pedenya pake banget lagi, ngak tahu aja kalau dia tidurnya bisa lebih kebo dari aku, terus joroknya beda-beda tipislah, tapi kok Jennie udah bangun aja? Biasanya tidur dia jauh lebih lama dari aku, tapi sekarang dia bahkan sudah sangat rapi.

“Jis, aku punya berita baru, something special!”

kini Jennie sudah duduk di atas ranjang bersamaku, wajahnya menunjukan antusiasme yang tinggi, pancaran matanya berbinar-binar. Pasti something special ini sangat membuatnya dalam mood yang bahagia untuk melakukan segala sesuatunya dengan cepat, apalagi ini hari Minggu, seharusnya kini dia masih tidur dan mungkin bangun di sore hari, aku hanya memandangnya dengan malas, terkadang Jennie punya keahlian untuk melebih-lebihkan sesuatu, dia adalah ratunya lebay, kalau bahasa kerennya biar ngak terlalu malu-maluin adalah drama queen.

“kemarinkan aku udah bilang kalau hari ini akan ada tetangga baru di kompleks ini, dan tadi pagi aku udah ketemu sama tetangga baru itu”

ucapan menggebu-gebu Jennie benar-benar sangat lebay, apanya yang something special, ada tetangga baru terus dia ketemu sama tetangga baru itu, terus apanya coba yang spesial?

“aku tahu pikiran kamu, pasti bilang apanya sih yang spesial? Tapi Jis, kali ini betul-betul spesial, so, kamu harus dengerin baik-baik”

dengan gaya yang dilebih-lebihkan Jennie menghembuskan nafasnya perlahan seolah akan mengatakan rahasia terbesar suatu negara, tangannya digerakan untuk memperbaiki untaian rambut dark brownya dengan gaya slow motion. Oh astaga, drama queen Jennie betul-betul deh.

“Jisoo Kim, tadi aku baru saja ketemu sama artis Koreaaaa!!!”

kututup telingaku dengan cepat mendengar pekikan melengking suara Jennie, artis Korea? Yang benar aja, mana ada artis Korea dari jauh-jauh datang ke Jakarta, terus tiba-tiba ada di sini dan kenalan sama Jennie, satu lagi apa hubungannya sama tetangga baru coba?

“bukan artis Korea beneran,tapi astaga dia mirip banget sama aktor-aktor Korea di drama-drama. Yang mana aja deh, Suho Exo, , Siwon Suju, Jaejoong, semuanya deh. Sumpah kalau kamu lihat sendiri kamu ngak akan mandang aku kaya orang konyol gitu”

aku mengerinyit, maksudnya Jennie yang mirip artis Korea itu adalah tetangga baru yang dia temuin? Masa sih? Kalau memang bener hebat dong Jennie bisa tetanggaan sama artis Korea, walaupun cuma imitasinya doang. Dilihat dari pandangan Jennie yang antusias kayaknya benar deh.

“yang benar Jen? Masa sih? Semirip apa?”

kucecar Jennie dengan berbagai pertanyaan, maklum lah aku kan juga suka sama yang berbau Korea, mulai dari musiknya sampai dramanya, walaupun ngak sefanatik Jennie, tapi tetap sajakan penasaran.

“mirip, pokoknya mirip. Kaya perpaduan mukanya berbagai artis Korea gitu, ganteng pake banget, ngak bisa di jelasin dengan kata-kata deh”

Aku memandang Jennie dengan penasaran, semirip apa sih? Perpaduan? Hebat banget deh tuh orang mukanya perpaduan.

“kalau kamu penasaran, cepetan mandi terus kita ketemu sama tetangga baruku, sana cepetan”

Jennie menyeretku ke dalam kamar mandi memaksaku dengan cepat untuk masuk ke dalam kamar mandi di kamar ini. Oke, mari kita buktikan perkataan Jennie, apakah semua yang dikatakan Jennie benar atau hanya sekedar gaya drama queennya saja.

 

???

 

Dan di sinilah aku bersama Jennie, berdiri seperti seorang pengguntit, bayangkan saja kami berdua tengah berdiri di atas sebuah papan, berjinjit berusaha menghalau pagar pembatas antara rumah Jennie dan rumah tetangga baru yang katanya mirip artis Korea, tadinya Jennie menyuruhku untuk berkenalan secara langsung saja, akan tetapi, akan sangat memalukan jika tiba-tiba saja aku mengajak si tetangga baru berkenalan layaknya orang yang SKSD (sok kenal sok dekat). Kakiku sudah pegal terus berjinjit , tapi si tetangga baru belum juga kelihatan. Capek.

“jen, capek tungguinnya, panas lagi”

kuucapkan protesku pada Jennie, tapi Jennie sepertiya tak menggubris ucapanku dia malah dengan bersemangat berjinjit ingin melihat si tetangga baru, sebigitu miripkah tetangga baru itu sampai Jennie terlihat lebih drama queen dari sebelumnya.

“eh, lagi ngapain jinjit-jinjit gitu?”

ucapan itu sontak membuatku dan Jennie berbalik, dan karena Jennie kehilangan keseimbangannya berdiri di papan kecil ini, otomatis aku juga hilang keseimbangan dan tejatuh begitu saja.

Kupejamkan mataku pasrah menerima kesakitan tanah berkerikil, tapi tunggu dulu, kenapa rasanya bahkan tidak ada rasanya, kok ngak sakit? Kubuka mataku perlahan, aku memang terjatuh dan sekarang kini terduduk di atas tanah tapi anehnya aku bahkan tak merasakan apa-apa. Sebelum aku sempat berpikir tentang keanehan ini Jennie sudah mencecarku dengan gaya berlebihan.

“Jis, kamu ngak apa-apa? Sakit? Mau ke rumah sakit?”

astaga, Jennie kamu alay banget sih, kualihkan pandanganku pada pemilik suara yang menyebabkan hal yang memalukan ini dan itu cukup membuatku terpanah, Jennie tidak main-main mengatakan bahwa tetangga baru itu mirip artis Korea, wajahnya betul-betul perpaduan sempurna, mata yang tajam, rahang yang tegas, kulit putih khas pria Korea yang terlihat sehat, dan senyum itu, kalau dia menjadi artis maka akan di pastikan dia akan menjadi artis yang terkenal dan digilai banyak orang.

“kamu tidak apa-apa?”

suaranya bahkan sangat dalam dan merdu, mengapa coba dia tidak menjadi seorang artis?

“tidak apa-apa”

suaraku terdengar aneh karena gugup, dengan cepat aku bangkit merapikan rok polkadot selututku, aku harus jaga imej di depan cowok ganteng nih. Tapi sepertinya hal itu sia-sia karena kini Jennie tidak terlihat menjaga imejnya, dengan terang-terangan memandang dengan sangat berlebihan ke arah tetangga baru itu seolah si tetangga adalah makanan dan Jennie adalah orang kelaparannya, betul-betul memalukan.

“ngomong-ngomong kita belum kenalan, aku Taeyong Lee, kamu bisa panggil aku Taeyong”

ucapan ramah dengan senyum menawan menambah nilai plus lagi bagi tetangga baru ini, Taeyong. Dengan perlahan kuterima jabatan tangannya.

“Aku Jisoo Kim, kamu bisa panggil aku Jisoo”

dengan senyum seanggun mungkin aku memperkenalkan diriku. Deheman Jennie membuatku sadar dari keterpanahan dan sontak melepaskan jabatan tanganku dengan Taeyong, Jennie ganggu banget sih.

“eh, maaf yah tadi kagetin kalian berdua, soalnya kalian berdua asik banget sama aktifitas kalian, emangnya lihat apaan sih kayanya asik banget deh?”

perkataan dari Taeyong sontak membuatku dan Jennie jadi salah tingkah, gawat dong kalau Taeyong tahu kalau kami berdua lagi mau nguntit dia, kusenggol pinggang Jennie, berharap Jennie bisa memberikan jawaban yang tepat terhadap pertanyaan Taeyong.

“iya nih, tadi lagi liatin kucing di halaman rumah kamu, lucu banget soalnya warnanya abu-abu campuran kuning, lucu banget”

apa deh Jennie bikin alasannya ngak mutu banget, untungnya tetangga baru, eh Taeyong terlihat mempercayai perkataan Jennie.

“btw, Taeyong kok kamu tadi datangnya dari arah berlawanan, lagi jalan-jalan yah?”

pertanyaan SKSD Jennie memecah keheningan yang sempat terjadi, Taeyong tersenyum lebar, manis banget.

“hehehe, iya tadi jalan-jalan lihat suasana di kompleks ini, orang rumah lagi pergi semua, dari pada boring lebih baikan jalan-jalan”

aku dan Jennie hanya mengganguk mengerti, tanpa sadar aku terus memperhatikan Taeyong, untuk ukuran manusia, gantengnya kelewatan banget terus pembawaan santainya keren, aku melirik sekilas ke arah Jennie, beruntungnya Jennie bisa tetanggan sama cowok seperfect Taeyong, bisa modus setiap hari nih Jennie.

“kalau boring yuk kita jalan-jalan, kamu pasti belum ke area taman kompleks di sana tempatnya nyaman banget”

tuh kan Jennie udah modus, gayanya jadi dianggunin lagi, Jennie tukang modus!

“iya aku belum ke area sana, kalau kalian ngak keberatan, kita bisa jalan ke sana”

bahkan Taeyong masih menanyakan kesediaaan kami untuk jalan sama dia, walaupun Jennie yang mengajukan saran, gayanya sopan banget.

“iya dong kita ngak keberatan, iyakan Jis?”

mana mau aku nolak kesempatan modus sama Taeyong, tapi imej harus tetap dijaga, jadi aku pura-pura berpikir supaya kesannya ngak terlalu murahan, satu lagi mana bisa aku nolak kalu Taeyong kini memandangku dengan tatapan penuh harapnya, ini aku yang kege-eran atau memang Taeyong pandangannya gitu?

“gimana Jis, kamu maukan ikut jalan-jalan?”

itu kan Taeyong mandangnya dan gaya bicaranya penuh harap banget, gimana ngak kege-eran kalau dianya gitu banget.

“iya, aku ngak keberatan kok”

senyum cerah langsung menghiasi wajah tampan Taeyong ketika mendengar perkataanku, tenang aja Taeyong, aku ngak akan menyianyiakan kesempatan emas ini.

“kalau gitu ayo kita jalan-jalan!”

Jennie dengan bersemangat berkata.

 

???

 

Kini kami bertiga telah berada di kawasan taman kompleks rumah Jennie dan juga Taeyong, taman ini memang begitu nyaman untuk dijadikan tempat bersantai ria, pohon-pohon dan tanaman membuat taman ini begitu sejuk dan asri sehingga tidak heran jika banyak orang juga menghabiskan sore hari sekedar untuk bersantai.

Begitu pula dengan kami bertiga, memilih duduk di bangku taman dengan lindungan pohon rindang dan pemandangan air mancur di depan kami, walaupun sedikit aneh dengan kondisi kami, duduk bertiga seperti ini dengan aku berada di antara Taeyong dan Jennie betul-betul membingungkan.

“eh tau ngak buah apa yang bikin bingung?”

Taeyong tiba-tiba memberikan pertanyaan atau lebih tepatnya sebuah tebak-tebakan, sepertinya Taeyong mengetahui keanehan posisi kami sehingga berniat mencairkan susana, aku berpikir buah apa yang bingungin? apa ya?

“buah yang ngak bisa dimakan”

jawaban dari Jennie membuatku terkekeh geli, Jennie mah ngak bisa jauh-jauh dari makanan, tapi sepertinya jawabannya salah karena Taeyong menggelengkan kepala terlihat menahan senyum.

“nyerah?”

Taeyong kini bertanya kembali yang membuatku dan Jennie menggangukkan kepala serempak, cukup penasaran dengan tebakan Taeyong.

“jawabannya apel”

“apel? kok bisa”

kusuarakan pemikiranku terhadap Taeyong, masa jawabannya apel.

“itukan kalian berdua bingung”

sontak aku dan Jennie tertawa dan mencairlah suasana yang tadinya begitu aneh. Taeyong adalah pria yang sangat humoris, dengan gayanya yang easy going dan candaannya membuatku merasa sangat nyaman, aku bahkan tak bisa menemukan satu kekuarangan pun darinya, masih ada aja orang perfect di dunia ini dan parahnya lagi dia kini sedang bersamaku, astaga rasanya kaya mimpi saja.

“iya ma, aku akan segera ke sana”

perkataan Jennie menyadarkanku dari khayalanku, kini kulihat Jennie tengah berbicara dengan seseorang dari handphonenya dan kini memandangku setelah sambungan telephonenya terputus.

“Sorry nih Jisoo, Taeyong, mamaku tadi nelphone minta di jemput jadi aku harus pergi nih”

kini kulihat tatapan menyesal dan sedih dari Jennie, pastilah dia sedih modusnya ngak bisa lebih lama lagi, kasihannya Jennie.

“ngak apa-apa kok, lagian aku yang ngerepotin, kamu mau aku antar?”

baik bangetkan Taeyong, masa pake tanya segala, walaupun kulihat pandangan Jennie terlihat berbinar tapi sedetik kemudian kulihat pandangannya kini terlihat berpikir dan memandangiku.

“ngak usah Yong, nanti Jisoonya siapa yang temenin? lebih baik kamu temenin Jisoo aja”

‘Jisoo kamu harus gunakan kesempatan ini sebaik mungkin’

seolah memiliki hubungan batin dapat kulihat dari tatapan Jennie dia berusaha mengatakan hal itu.

“ya udah aku pergi dulu, bye”

Jennie melambaikan tangannya, kemudian dengan gerakan yang disembunyikan dia mengepalkan tangannya ke arahku, aku hanya tersenyum kaku, berdua dengan Taeyong? gimana nih?

“bye, jen”

ucapku dan Taeyong serempak, aduh tambah gugup deh. Untuk beberapa saat kami saling terdiam, aku yang gugup dan mungkin Taeyong yang tak tahu harus memulai percakapan dari mana.

“Jisoo?”

ucapan entah mengapa terdengar lembut dari Taeyong membuatku semakin gugup, aku hanya bisa memandangnya dengan pandangan bertanya, bahkan untuk mengeluarkan kata rasanya sulit sekali.

“apa kamu bahagia sekarang?”
kenapa Taeyong tiba-tiba bertanya seperti itu? bahagia?

tentu saja sekarang aku bahagia tapi kok pertanyaan Taeyong rada-rada ambigu.

“aku rasa aku bahagia”

jawabku pada akhirnya, Taeyong kini tersenyum, senyuman yang sangat manis dan dia kini bangkit dari duduknya mengulurkan tangannya kepadaku.

“aku senang kalau kamu bahagia, kalau gitu ayo kita jalan-jalan lagi”

dengan ragu aku menerima uluran tangannya, seandainya Taeyong tahu kalau aku bahagia karena ada dia.
“aku akan buat kamu bahagia”
sebelum aku mencerna perkataan Taeyong, dia kini sudah menarik tanganku untuk bangkit.

 

???

 

Sepanjang hari kuhabiskan dengan tawa bahagia bersama Taeyong, kami mengelilingi area taman ini, bermain di taman, mulai dari jungkit-jungkit hingga ayunan kami mainkan, Taeyong seolah tahu apa yang kupikirkan, setiap aku ingin melakukan sesuatu Taeyong lebih dulu menanyakan jika aku ingin melakukan itu, seperti saat ini kami tengah menikmati es krim di bangku taman di bawah pepohonan rindang, aku memikirkan jika aku ingin makan es krim tetapi bahkan Taeyong lebih dulu menanyakan apa aku ingin makan es krim, apa ekspresiku seterbuka itu? ataukah Taeyong yang memang memiliki kemampuan membaca pikiran? sepertinya pilihan pertama jauh lebih masuk akal, tapi bagaimana jika Taeyong memang bisa membaca pikiran? oke lupakan pikiran konyolku ini, yang pasti saat ini aku tengah bahagia, kapan lagi bisa menikmati waktu seperti ini, kencan ala drama Korea, tapi apa ini bisa dibilang kencan?

“ini kencan Jis, kalau kamu mungkin sebutnya kencan ala drama Korea?”

oke, sekarang aku merasa bahwa Taeyong betul-betul bisa membaca pikiranaku, aku rasa pikiranku tidak seterbuka itu, atau jangan-jangan tanpa sadar aku mengucapkan pemikiranku? aduh kok jadi bingung sih.

“ngak Jis aku ngak bisa baca pikiran kamu, kamu juga ngak seterbuka itu dan kamu juga ngak mengucapkan apa yang kamu pikirkan, tapi satu hal yang harus kamu tahu kalau aku tahu kamu”

ucapan panjang lebar dari Taeyong membuatku terdiam untuk beberapa saat, Taeyong tahu aku? apa coba maksudnya, ini semakin membingungkan. Dan tawa dari Taeyong kembali menyadarkanku, dia kini tengah tertawa dia bahkan memegangi perutnya terlihat menahan gejolak untuk tertawa lagi, setelah tawanya reda dia memandangiku dan tersenyum manis.

“sorry Jis aku ngak bisa tahan tawa aku, soalnya tadi ekspresi bingung kamu lucu banget jadi makin cantik, tenang Jis aku ngak punya kemampuan untuk baca pikiran tadi asal nebak doang, soal kencan ala drama Korea itu tadikan kamu yang bilang suka sama drama Korea, iya kan?”

penjelasan dari Taeyong cukup membuatku kembali berpikir normal, tadi pikiranku sudah mengelana jauh, aku hanya bisa tersenyum malu, tapi tunggu dulu tadi Taeyong bilang aku cantik, oh my god aku dibilangin cantik sama Taeyong. mama anakmu bahagia banget.

“kamu cantik apa lagi kalau lagi senyum”

pikiran ngelanturku mulai lagi, Jisoo buang jauh-jauh pikiran ngelantur itu, tapi tadi

Taeyong bilang aku cantik lagi, aku mau teriak, sepertinya sikap alay Jennie mulai meracuniku, slow down Jisoo, aku tersenyum malu mendengar perkataan Taeyong, ingat Jisoo jaga imej.

“cih gombal banget”

padahal dalam hati mau juga digombalin, kamu munafik Jisoo.
“menurut kamu itu gombal? padahal aku mengatakan hal yang sebenarnya”

Taeyong mah bikin ngefly terus, rasanya kaya jadi tokoh utama di dalam sebuah drama, ngak nyangka banget bisa juga rasainnya, tadinya aku sering berpikir gimana rasanya jadi tokoh utama dalam sebuah drama yang disukain sama cowok perfect, dan ternyata seorang Jisoo Kim bisa juga rasainnya.

“kamu tahu Jis, aku harap setelah ini kamu harus lebih bahagia lagi”

entah mengapa perkataan Taeyong terdengar sebagai ucapan perpisahan di telingaku, aku hanya memandangnya bingung, tapi sedetik kemudian Taeyong kembali tersenyum manis, dan rasanya aku akan merindukan senyum itu.

“ini udah mau malam, pulang yuk”

kini Taeyong kembali mengulurkan tangannya dan dengan perlahan aku menerima uluran tangannya, meninggalkan taman ini yang entah mengapa terasa hanya akan menjadi sebuah kenangan.

 

???

 

Kini aku dan Taeyong telah sampai di depan rumah Jennie, hanya ada keheningan panjang yang terjadi, canda tawa yang tadi terjadi hilang begitu saja, aku tak tahu apa yang ingin kukatakan dan sepertinya Taeyong juga tak tahu ingin mengatakan apa, entah mengapa rasanya sungguh sangat tak nyaman, seolah kebahagiaan yang tadi terjadi lenyap begitu saja.

“Jisoo?”

kali ini suara Taeyong tak lagi membuatku senang, hanya ada kesedihan yang kurasakan, oh, apa yang terjadi denganku?

“sepertinya sekarang kamu tak terlihat senang”

aku ingin mengganguk ketika mendengar perkataan

Taeyong, mengapa sekarang rasanya begitu sesak seolah kesedihan akan segera merenggut semuanya, astaga aku tak menyukai perubahan suasana yang begitu cepat ini.

“kamu tahu Jisoo, terkadang sebuah kebahagiaaan datang dengan begitu cepat tetapi dengan mudah kebahagiaan itu juga bisa lenyap begitu saja”

entah apa maksud Taeyong yang ingin disampaikan kepadaku, tak ada lagi ekspresi senang yang terlihat dari wajah rupawannya yang ada kini ada ekspresi dingin yang tak terbaca.

“Jisoo, kamu membuat semuanya begitu indah, aku senang bisa menghabiskan waktuku bersamamu”

Taeyong tersenyum, walaupun aku tahu dibalik senyuman tulusnya tersimpan sebuah kesedihan yang juga kurasakan.

“terima kasih”

ucapan itu terdengar begitu tulus dan tanpa sadar setetes air mata meluncur begitu saja dari mataku.

“untuk apa kamu berterima kasih? aku juga senang kok, kamu mengatakan hal yang membingungkan Taeyong”

walaupun sulit akhirnya aku bisa mengatakan sesuatu, aku tak mengerti apa yang terjadi, tadinya kami bersenang-senang dan sekarang aku bahkan tak bisa menjelaskan suasana yang sangat tidak nyaman ini.

“terima kasih karena membuatku menjadi begitu sempurna dengan pandanganmu, menjadikanku peran utama dalam kisahmu, menjadikanku orang yang bisa membuatmu tersenyum, menjadikanku berarti bagimu dan yang paling penting, terima kasih karena membuatku ada”

perkataan Taeyong membuatku membeku untuk sesaat, kali ini air mataku terus mengalir tanpa kuperintah, apa yang sebenarnya terjadi?

“aku harap kamu menemukan pria sempurnamu Jisoo, seseorang yang mencintaimu dengan tulus, yang akan menjagamu, terus berada di sampingmu, melindungimu, tak akan membiarkanmu bersedih, selalu membuat harimu penuh dengan kebahagiaan. Walaupun itu bukan aku Taeyong Lee, tapi aku selalu berharap kamu bisa menemukan Taeyong Lee-mu, seseorang yang sempurna untukmu”

air mataku berubah menjadi isakan yang tak dapat terbendung, kumohon apa yang sebenarnya terjadi denganku?

“untuk itu, hal pertama yang kamu harus lakukan untuk menemukan seseorang yang sempurna untukmu, kamu harus bangun Jisoo”

apa? aku harus bangun? tunggu apa sebenarnya yang terjadi?

“Jisoo Kim bangunlah”

bangun, aku harus bangun.

Aku harus………………………………………..

 

???

 

Kuperjapkan mataku perlahan, sinar matahari terasa menembus pandanganku. Sayup-sayup kudengar suara cempreng yang terus meneriakan namaku berkali-kali mendekat, oh astaga apakah suara cempreng itu tidak bisa lebih menyebalkan, demi tuhan aku masih sangat mengantuk. Sial,sial,sial.

“Jisoooo,Jisoooo,Jisoooo Bangunnnnn!!!”

tunggu, teriakan ini tak asing bagiku, Jennie?

“Jisoo bangung dong, jangan kaya kebo aja, udah siang tahu!”

aku tengah berada di kamar Jennie? perkataan Jennie, bukankah dia sudah mengatakan perkataan ini tadi pagi, tunggu, tadi pagi? ini sudah malamkan? aku menendang-nendang bantal di ranjang ini, aku harus memastikan sesuatu.

“Jisoo, jangan nendang-nendang, udah numpang tidur di rumah orang, malah masih asik-asikan tiduran, pake ngacak kamar aku lagi”

oh astaga ini benar terjadi,kejadian itu.

“Jennie ini udah pagi?”

Jennie memandangku dengan kerutan di dahinya, kejadian itu betul-betul hanya mimpi?

“bukan, ini udah siang, kamu sih tidurnya kaya kebo jadi bangun tidurnya udah siang”

aku hanya bisa memandang Jennie dengan tatapan yang aku sendiri tak tahu artinya, oh tuhan ini betul-betul membingungkan, apa yang terjadi padaku?

“Jennie cubit aku, cepat!”

kuulurkan lenganku meminta Jennie untuk mencubit lenganku, walaupun bingung dapat kulihat Jennie tetap mengerakan tangannya untuk mencubitku. Aku meringis, cubitan Jennie terasa menyakitkan, ini seolah menjawab pertanyaanku, jadi kejadian tadi, Taeyong, semuanya hanya mimpi?

“kamu kenapa sih Jis, aneh banget. Tapi btw aku punya-”

“berita baru?”

sebelum Jennie melanjutkan perkataannya aku terlebih dahulu memotongnya dengan cepat.

“kok kamu tahu?”

detak jantungku berpacu dengan cepat, apakah ini semua akan terjadi lagi, aku tak menggubris keheranan Jennie, masih terus memandang Jennie dengan tatapan menuntut jawaban.

“aku tadi ketemu sama tetangga baru yang kemarin kuceritakan”
ini betul-betul terjadi? Taeyong dia ada?

“dia mirip artis Korea, Taeyong Lee, namanya Taeyong Lee ”

Jennie menempelkan telapak tangannya di dahiku “tidak demam” dapat kudengar gumaman Jennie, kini aku hanya bisa memandang Jennie dengan penuh harap, kumohon.

“mirip artis Korea? dari mananya coba mirip artis Korea? sama-sama orang iya, Taeyong Lee? Jisoo kamu mimpi apa coba, ngelanturnya udah akut, tapi kesel banget sama tuh tetangga baru masa dia—–”

tak kupedulikan lagi ucapan Jennie, oh astaga apa yang kuharapkan dari mimpiku, bertemu Taeyong? cowok perfect itu? Mimpiku betul-betul ajaib. Aku terkekeh geli, mimpiku betul-betul hebat, aku cukup salut dengan imajinasiku, Taeyong Lee? dari mana coba aku nemu nama kaya gitu. Aku tertawa, tak kupedulikan tatapan Jennie yang terlihat bingung denganku, taman, es krim, kata-kata gombal, senyum yang menawan, semuanya hanya khayalanku? aku betul-betul punya khayalan tingkat akut. Aku hanya bisa tersenyum, mimpi yang indah, perkataan Taeyong begitu saja melintas di pikiranku.

“kamu harus menemukan seseorang yang sempurna untukmu”

seseorang yang sempurna untukku? seperti yang di katakan Taeyong, seseorang yang mencintaiku dengan tulus, melindungiku, menjagaku, selalu berada di sampingku, membuatku selalu bahagia dan tak bersedih, seseorang seperti itu yang akan menjadi pria sempurnaku. Entah kapan aku akan menemukan pria sempurnaku, yang aku tahu suatu saat aku akan menemukanmu. Pria sempurnaku, Taeyongku.

 

“The best dream happen when you wake up”

 

?END?

 

Bonus picts visual explode couple

1 Komentar

  1. Indah Narty menulis:

    Hai nice