Vitamins Blog

Immortal Guardian – Lembar 5 (Confusion & Decision)

Bookmark
ClosePlease login

No account yet? Register

26 votes, average: 1.00 out of 1 (26 votes, average: 1.00 out of 1)
You need to be a registered member to rate this post.
Loading...

 

Seminggu setelah kejadian jatuhnya Unique dan Agni ke dalam jurang, akhirnya Raja Barda memerintahkan agar Unique beserta rombongan untuk kembali masuk istana. Selain karena keamanan di dalam istana sudah dipastikan terkendali, Raja Barda juga ingin mencegah bencana yang kemungkinan akan terjadi lagi jika Unique tetap berada di luar sana. Selama itu pula, Unique tidak bisa menggerakkan kakinya akibat cedera yang dialami pergelangan kakinya. Menyebabkan gadis itu tidak bisa keluar dari kamarnya tanpa bantuan dari orang lain.

“Apakah aku mengganggumu, Unique?” Unique mengalihkan pandangannya dari buku yang dibacanya, menatap ke arah ayahnya yang baru saja membuka pintu kamarnya.

“Tidak ayah, aku hanya sedang membaca. Ada apa?”

Raja Barda berjalan ke arah putrinya. Mendudukkan dirinya di pinggiran tempat tidur, di samping Unique yang tengah bersandar pada kepala tempat tidur. “Ini tentang pinangan Pangeran Franco dan Pangeran Yasa. Apa kau sudah memutuskan pinangan mana yang akan kau pilih?”

Unique memilin tepian selimutnya, mengalihkan rasa gugupnya saat ini. “Aku masih belum bisa memilih, ayah.”

Raja Barda menghela napas. Sudah hampir satu bulan kedua pangeran itu berada di kerajaannya. Sudah seharusnya mereka diberikan kepastian pinangan mana yang akan dipilih dan kemudian kembali ke kerajaan mereka masing-masing. “Apa waktu yang ayah berikan belum cukup? Atau kau belum cukup mengenal mereka berdua?”

Unique menggelengkan kepalanya. “Bukan begitu, hanya saja ada hal lain yang sedang aku pikirkan.” Lebih tepatnya, Unique sedang memikirkan tentang Agni. pria itu sukses mencuri perhatian Unique sejak keduanya terjatuh kedalam jurang. Tidak, bahkan saat mereka beruda bertemu, Unique sudah tertarik dengan pria tersebut. Seolah ada sebuah magnet yang membuat Unique tidak bisa melihat ke arah lain dan selalu mencari sosok itu seorang. “Ayah, apakah aku harus memilih dari mereka. Tidak bisakah aku menolak keduanya.”

Raja Barda mengerutkan dahinya, merasa aneh dengan pertanyaan Unique. “Apa maksudmu Unique. Apa kau berniat menolak pinangan Pangeran Franco dan Pangeran Yasa?” Keterdiaman Unique membuat Raja Barda menyimpulkan jika tebakannya benar. “Jadi ada apa Unique, apa alasan kau menolak pindangan mereka?”

Unique tidak bersuara. Tangannya yang sedari tadi memilin pinggiran selimut mulai memegang erat kain tersebut, menyalurkan rasa gugupnya yang makin bertambah. “Itu, hanya saja, aku merasa tidak cocok dengan mereka berdua. Jadi aku tidak bisa memilih diantara keduanya.”

Raja mengepalkan tangannya. Otak cerdasnya tau kemana arah pembicaraan anak satu-satunya itu melihat dari gelagatnya. “Kau sudah mempunyai calonmu sendiri, benar bukan.” Tidak ada suara dari Unique, semakin membenarkan tebakan Raja Barda. “Siapa dia? Apakah ayah mengenalnya?”

Unique kembali terdiam. Pikirannya kini kembali terarah kepada Agni. entah perasaan dari mana, dirinya merasa jika ini semua salah. Unique merasa bersalah jika memilih pinangan Pangeran Yasa maupun Pangeran Franco. Tapi bersalah kepada siapa? Kepada pria itu. “Unique, jawab pertanyaan Ayah.”

Unique segera menjawab pertanyaan ayahnya dengan gumamannya. Sementara Raja Barda sendiri tidak mengira jika nama itu akan keluar dari mulut putrinya itu, “Agni.”

“TIDAK!”

Uniqe membelakkan matanya, menatap ke arah ayahnya tidak percaya. Ayahnya baru saja berteriak kepadanya, satu-satunya hal yang belum pernah pria itu lakukan terhadapnya. Namun bukan itu saja yang membuat Unique terkejut tai juga karena penolakannya. “Tapi, kenapa?”

Raja Barda berdiri dari tempatnya. Pria itu berjalan bolak-balik di hadapan Unique. Tingkahnya terlihat seperti orang yang mencemaskan sesuatu. “Sekali tidak tetap tidak! Aku mengijinkanmu menikah dengan siapapun itu, entah itu pelayan atau  rakyat jelata sekalipun asalkan bukan dia! Bahkan Alford lebih baik daripada dia!” dan lagi, Raja Barda kembali setengah berteriak meski tidak melihat secara langsung ke arah Unique. Matanya sesekali melirik ke arah Unique seakan meyakinkan dirinya jika Unique menangkap jelas maksud dari penolakannya.

Namun Unique tetap tidak mengerti. Gadis itu tetap kekeuh dengan pilihannya. “Tapi Agni baik. Kenapa ayah begitu menentangnya?”

Raja Barda kehilangan akalnya. Dalam sekejap mata, pria itu telah mencengkeram pundak Unique, membuat gadis itu mengernyit akibat kesakitan. Namun Raja Barda menghiraukannya. Pria itu fokus menatap tajam ke arah Unique dengan mata yang nyalang penuh dengan ketakutan yang terselubung. “Karena dia terlarang untukmu. Pria itu terkutuk untukmu.”

Unique menggelengkan kepalanya. “Ak….aku tidak mengerti?”

“Dan aku harap kau tidak akan mengerti sampai nanti.” Raja Barda berdiri tegap lagi. Matanya menatap nyalang ke arah Unique. “Aku harap setelah ini kau memikirkan baik-baik pinangan siapa yang akan kau pilih. Aku akan meninggalkanmu bersama Honey.” Dan dengan begitu, Raja Barda meninggalkan kamar Unique.

***

Tidak membutuhkan waktu lama hingga  Honey datang ke kamar Unique untuk menemani gadis itu. Tanpa diberitau pun Honey sudah tau apa yang tengah dialami oleh Tuan Putrinya tersebut. “Anda tida apa-apa, Tuan Putri?”

Unique menggelengkan kepalanya. Seutas senyuman dia lemparkan ke arah Honey. “Aku tidak apa-apa. Duduklah, temani aku sebentar.” Honey segera mengambil kursi yang tidak jauh dari tempat tidur Unique. Terdiam duduk disana menemani sang Putri. “Dimana Alford? Aku tidak melihatnya akhir-akhir ini.”

Honey tidak langsung menjawab. Gadis itu menatap ke sekitarnya, mencoba mencari jawaban yang pas untuk sang Putri. “Em, dia sedang, melakukan suatu pekerjaan. Yah, pekerjaan.”

“Tidak usah berbohong Honey. Alford pasti sedang bersama Agni, bukan.”

“Eh,” Honey menunduk dalam saat ketahuan berbohong oleh sosok di depannya. “Maaf, Tuan Putri. Saya tidak bermaksud berbohong. Namun Raja memerintahkan saya agar tidak mengungkit tentang Tuan Agni.”

“Tidak apa-apa. Aku mengerti.” Unique dan Honey kembali terdiam. Keduanya lagi-lagi memikirkan sosok yang ada di kepala mereka. “Jadi, kau sudah lama mengenal Alford, bukan. Sudah sejauh mana hubungan kalian?”

Honey tanpa sadar sudah merona malu dengan pertanyaan tuan Putrinya. Apakah sebegitu kelihatankah hubungan antara mereka berdua. “Sebenarnya, kami berencana menikah setelah menyelesaikan tugas ini.” Unique terkesiap kaget saat menerima informasi ini. jadi selama ini kedua pengawalnya itu adalah pasangan. Kenapa dia tidak menyadarinya.

“Benarkah? Selamat kalau begitu. Itu berarti kau akan menikah dengan cinta pertamu, kan? Sungguh romantis sekali.”

“Bagaimana tuan Putri bisa tau jika Alford cinta pertama saya?” ucap Honey sedikit berbisik malu.

“Hanya menebak.” Unique terkekeh begitu melihat Honey yang bersemu kemerahan karena malu. Ternyata begini rasanya melihat orang lain bersemu kemarahan, pantas saja pelayannya suka sekali menggodanya.“Lalu bagaimana dengan tuan putri sendiri? Apakah tuan putri juga memiliki cinta pertama?” Unique tau jika apa yang diucapkan oleh Honey hanyalah basa-basi untuk mengalihkan pembicaraan. Namun entah kenapa Unique memutar kembali otakanya untuk mengingat lagi memorinya. Memori masa kecilnya.

“Cinta pertama?”  gumam Unique, mencoba mengingat sosok yang pernah hadir pada saat dirinya masih berumur delapan tahun. Pada sosok berambut coklat yang selalu tersenyum hangat ke arahnya. Menggendongnya kemanapun yang Unique inginkan. Terutama saat tangan hangat itu memeluknya ketika Unique kelelahan dan mulai mengantuk, serta mengusap kepalanya saat laki-laki itu akan pergi meninggalkannya.

Tanpa Unique sadari, tangannya kembali memegang kepalanya, hanya untuk memastikan jika disana terdapat jejak usapan laki-laki terseut.

“Tuan Putri?” Unique tersentak. Pandangannya kembali terarah kepada Honey yang terlihat cemas.

“Aku tidak apa-apa. Bisakah kau tinggalkan aku, aku ingin segera istirahat.” Honey mengangguk dan meninggalkan Unique yang sudah berbaring seraya memikirkan memori apa yang baru saja berkelabat di otaknya.

***

Unique berjalan tergesa menuju ruang ayahnya. Salah satu pelayannya mengatakan jika ayahnya sedang berada di ruangannya. Ini menjadi kesempatan emas bagi Unique untuk berbicara kepadanya, mengingat sedari pagi ayahnya itu sudah keluar dari istana.

Unique baru saja akan membuka pintu coklat di depannya saat tiba-tiba pintu itu terbuka dari dalam. Sosok Agni tampak membuka pintu tersebut dan menutupnya. Saat pandangan laki-laki itu tertuju pada arahnya, dia hanya tersenyum kecil disertai anggukan singkat sebelum pergi meninggalkan Unique begitu saja.

Hanya sedetik tapi bisa mengobati rasa rindu Unique beberapa hari ini.

“Tuan Putri, apakah anda akan masuk?” tanya penjaga pintu yang segera menyadarkan Unique dari keterpakuannya. Setelah Unique mengangguk atas pertanyaan penjaga pintu, pintu di depannya langsung terbuka, menampakkan ruang kerja ayahnya yang sedikit berantakan daripada biasanya. Banyak kertas yang berserakan di atas meha serta di kaki meja. Beberapa buku kerajaan tampak tergeletak disana sini dengan posisi terbuka, seakan baru saja di baca dan langsung ditinggalkan.

“Ayah—“

“Oh, Unique. Kau sudah memutuskannya?” Unique menggelengkan kepalanya, membuat sang Raja sedikit mengerutkan dahinya tidak suka. “Bukankah ayah sudha bilang jika kau harus memberikan keputusanmu hari ini?”

“Karena itulah aku datang ayah. Aku ingin ayah saja yang menentukan siapa yang akan aku terima pinangannya.” Sang Raja tampak mengusap dagunya, menatap tidak yakin pada putrinya satu-satunya itu.

“Kau yakin putriku? Aku tidak ingin kelak kau menyesal dengan keputusan yang kau serahkan kepada ayah.” Meski awalnya ragu, Unique langsung mengangguk yakin akan keputusan yang akan diambil oleh ayahnya untuk dirinya.

“Aku yakin ayah akan memilihkan yang terbaik untukku.” Sang Raja tidak mengatakan apapun namun dari bibirnya yang melengkung tipis, Unique tau jika ayahnya senang dengan apa yang telah Unique putuskan.

“Kalau begitu kita akan langsung ke aula istana. Kita akan langsung mengumumkan pinangan siapa yang akan kita pilih.” Unique tersentak kaget. Ini terlalu cepat. Unique kira ayahnya akan memikirkan kembali pinangan siapa yang akan dipilih dan mengumumkannya beberapa hari kemudian.

“Tunggu, sekarang?”

Sang Raja mengangguk mantap. Laki-laki dengan kekuasaan tertinggi di kerajaan itu nampak memakai jubah kebesarannya dan memakai mahkota yang sedari tadi tergeletak di sisi meja, hampir saja terjatuh jika tersenggol sedikit. “Ayah tidak ingin mereka menunggu terlalu lama, lagipula ayah sudah mengira jika kamu akan meyerahkan pilihanmu pada ayah. Jadi sudah jauh-jauh hari ayah memutuskan pinangan siapa yang akan ayah pilih.” Sang Raja segera berjalan ke arah cermin, memperbaiki sedikit jubah di pundaknya sebelum akhirnya memandang ke arah putrinya. “Ayah harap setelah ini semua selesai, kamu bisa fokus kepada pernikahanmu dan melupakan pembicaraan kita semalam untuk seterusnya. Kau tentu tidak ingin di cap sebagai Ratu yang mengkhianati Rajanya, bukan.”

Pikiran Unqiue kembali ke percakapan mereka semalam, terutama karena itu adalah percakapan mereka dimana ayahnya untuk pertama kalinya berteriak di depannya. Percakapan tentang Agni. Unique sadar jika setelah semua ini, pada akhirnya dia harus melupakan pengawalnya yang abadi tersebut. “Iya, ayah.” Jawab Unique pada akhirnya dengan suara lirih. Raja Barda pun tidak ambil pusing dengan jawaban lirih Unique maupun wajah sedih putrinya tersebut. Itu karena ini semua dia lakukan untuk keselamatan Unique, kelak pasti gadis kecilnya itu akan mengerti.

Keduanya pun segera berjalan ke arah aula istana. Disana nampak sang Ratu yang tengah menjamu kedua pangeran yang telah menunggu dengan antusias kedatangan Unique dan Raja Barda. Tak lupa, para pengawalnya yang sudah siap sedia berjajar di samping dinding bersama pengawal lainnya yang siap sedia, seakan berjaga jika nanti akan ada penyerangan secara tiba-tiba terjadi.

Aula yang biasanya diisi oleh banyak orang itu kini nampak kosong, hanya ada satu meja besar makanan, meja dengan tampilan mewah dengan beragam macam makanan tersebut telah diisi oleh kedua pangeran dan Sang Ratu.  Raja Barda dan Putri Unique pun segera ikut dalam acara makan siang dadakan tersebut. Namun sepertinya Raja Barda tidak menyia-niakan kesempatan untuk langsung memulai makan siang karena laki-laki tersebut segera membuka suara, “Jadi, Putri Unique sudah memutuskan.”

Suasana tampak lengang. Pangeran Yasa dan Pangeran Franco tampak melihat dengan seksama ke arah Raja Barda. Keduanya nampak tegang dengan keputusan yang akan diucapkan oleh laki-laki berkuasa di hadapan mereka. “Perlu kalian ketahui bahwa keputusan yang akan aku katakan adalah keputusan mutlak yang diberikan kepadaku karena Putri Unique bingung memilih pinangan mana yang dipilihnya diantara kalian berdua.” Kedua pangeran tersebut sontak menoleh ke ara Putri Unique yang langsung tertunduk malu. Keduanya tak percaya jika gadis di hadapan mereka pada akhirnya menyerahkan keputusan kepada ayahnya.

“Ehem, jadi setelah pertimbangan yang cukup matang, aku memutuskan untuk menerima pinangan Pangeran Yasa.” Raut wajah yang diperlihatkan kedua pangeran sungguh berbeda 180 derajat. Pangeran Yasa nampak tak percaya dengan keputusan yang di dengarnya sedangkan Pangeran Franco merasa geram luar biasa.

“Tunggu sebentar Raja Barda, apa anda tidak salah. Kenapa bisa anda memutuskan untuk memilih Pangeran Yasa.”

Raja Barda menoleh ke arah Pangeran Franco, menaikkan sebelah alisnya keheranan melihat reaksi dari sosok Pangeran yang sudah dikenalnya semenjak kecil tersebut. “Apakah ada yang salah Pangeran Franco, kenapa anda merasa saya salah dalam mengambil keputusan?”

“Karena seharusnya anda memilih pinangan saya. Anda sudah mengenal saya sedari dulu, saya sudah mengenal dan dekat dengan Putri Unique  semenjak dia kecil.” Pangeran Franco menahan dirinya. Kepalan tangannya mengerat sebagai salah satu cara menahan dirinya untuk menerjang sosok laki-laki di depannya.

“Karena itulah saya memilih pinangan dari Pangeran Yasa, karena saya tau anda Pangeran Franco. Lagipula ini sudah merupakan keputusan telak dan tidak bisa diubah. Saya harap anda mau menghargai keputusan yang telah saya ambil dan masih sudi menjadi salah satu sekutu kerajaan saya.”

“Lupakan! Lebih baik saya pergi dari kerajaan ini. saya sudah muak disini.” Dan dengan menyentak kursi sampai terjatuh, Pangeran Franco segera meninggalkan acara makan siang tersebut.

Raja Barda pun segera mengalihkan perhatian semua orang yang ada di meja makan. “Baiklah, lebih baik kita melanjutkan acara makan siang ini. masih ada banyak yang akan kita bicarakan setelah ini. bukankah begitu, Pangeran Yasa?” Meski ragu dan tidak yakin, Pangeran Yasa hanya bisa mengangguk. Bagaimanapun juga, kemarahan Pangeran Franco bisa mengancam kerajaannya kelak jika dia benar-benar telah menjadikan Putri Unique sebagai istrinya. Namun sepertinya itu setimpal, batin Pangeran Yasa memandang Putri Unique yang pandnagannya masih terpaku ke arah pintu.

Lebih tepatnya ke arah sosok berpelindung perak yang baru saja keluar melalui pintu aula.

***

Agni berjalan menyusuri lorong istana. Langkah kakinya menuntunnya ke arah paviliun yang dikhususkan untuk menjamu tamu dan tempat tinggal sementara para tamu kerajaan. Tanpa meminta izin, pria tersebut sudah memasuki ruangan yang telah menjadi tempat peristirahatan Pangeran Franco selama sebulan di kerajaan. “Anda akan langsung pergi Pangeran?”

Tanpa ingin melihatpun Pangeran Franco sudah tau siapa yang berada di dalam tempat peristirahatannya tanpa seizin darinya. “Tentu saja. untuk apa aku berlama-lama disini?” Pangeran Franco sedang memasang kancing bajunya, membenarkannya untuk terakhir kali kemudian berbalik menatap sosok Agni yang sudah menjulang di depannya. “Dan untuk apa kau datang kemari, Agni?”

Agni tersenyum ramah, memberikan kesan bersahabat pada sosok di depannya, “Hanya memastikan keadaan anda saja, Pangeran Franco.” Pangeran Frnaco mendengus mendengar suara Agni, tak percaya jika pengawal Putri Unique itu hanya ingin melihat keadaannya saja. Franco terlalu tau tentang laki-laki di depannya.

“Tidak usah berbasa-basi denganku, aku tau apa yang sedang kau rencanakan. Lagipula, kau tidak bisa membohongiku seperti kau membohongi Unique, Agni.” Senyum Agni yang sedari tadi dipaksakannya segera luntur ketika menyadari perkataan Pangeran Franco. Laki-laki di depannya ternyata menyadari siapa dirinya. “Sedari dulu aku memang sangat membencimu, kau tau itukan.”

Agni tidak bergeming. Di balik perban yang menutupi tubuhnyapun semua terpaku menungggu kelanjutan kata yang akan terucap dari mulut Pangeran Franco. “Kau pria itu kan, yang tujuh tahun lalu selalu mengawasi Unique dan menjaganya dimanapun dia berada. Tamu Raja Barda yang sangat dekat dengan Unique sekaligus cinta pertamanya.”

1 Komentar

  1. wow dia tau