“Lepaskan aku! Kubilang lepaskan. Aku tidak mau menikah dengan pria cabul dan kasar sepertimu.”
Calistha terus meronta-ronta kasar ketika Aiden menyeretnya menuju ke dalam kastilnya. Sejenak pria itu menghentikan langkahnya saat telinga sensitifnya kembali mendengar kata-kata kasar yang dikeluarkan oleh wanita yang berada di dalam cekalannya itu. Rasanya ia begitu risih mendengar kata cabul, mesum, dan sejenisnya yang terasa begitu mengganggu di indera pedengarannya. Padahal sejujurnya ia tidak pernah melakukan perbuatan serendah itu pada wanita-wanita yang ditangkapanya. Selama ini ia hanya… membunuh mereka dan menguliti mereka, tidak lebih.
“Kau wanita tak tahu diri, berhentilah untuk menghinaku dengan kata-kata kasarmu, karena aku adalah raja, kau tidak berhak untuk berkata demikian pada rajamu.” Geram Aiden tertahan dengan cekalan tangannya yang semakin mengerat di pergelangan tangan Calistha, membuat wanita itu sedikit merintih karena kesakitan.
“Lepaskan! Kau menyakitiku raja brengsek! Selama ini kau selalu mengambil semua permaisuri, selir, dan juga putri-putri kerajaan untuk menjadi pemuas nafsumu sebelum kau membunuh mereka bukan? Dasar picik! Aku tidak akan pernah mau menikah denganmu! Aku sama sekali tidak mencintaimu.” Teriak Calistha keras di sebelah Aiden, berusaha menyadarkan pria arogan di sebelahnya jika ia sama sekali tidak memiliki perasaan apapun pada pria itu. Dan pernikahan tanpa cinta tak akan berarti apapun baginya. Justru akan menimbulkan kesengsaraan bagi keduanya.
“Cinta? Apa aku terlihat seperti seorang pengemis cinta di hadapanmu? Asal kau tahu, aku sama sekali tidak peduli pada cinta. Pernikahan ini akan tetap terlaksana tanpa adanya cinta diantara kita. Lagipula, apa yang bisa dilakukan oleh cinta, hah? Menghapuskan kutukanku? Cih, cinta itu hanya omong kosong.” Decih Aiden sangsi sambil tetap menyeret Calistha untuk masuk ke dalam bagian lain dari istananya yang gelap dan dingin.
“Tapi, pernikahan tanpa cinta hanya akan menyakiti kita berdua. Kau dan aku tidak akan pernah bahagia selamanya.” Ucap Calistha lagi, mencoba untuk sedikit bernegosiasi dengan Aiden. Tapi, rupanya pria itu sangat sulit sekali untuk digoyahkan. Karena sampai kapanpun ia akan tetap menikahi Calistha, meskipun tidak pernah ada kata cinta diantara keduanya.
“Diam dan turuti saja semua perintahku. Kau akan tetap menikah denganku. Aku sama sekali tidak ingin mendengar bantahan darimu.” Balas Aiden datar dan dingin. Namun, Calistha belum ingin menyerah, ia masih ingin menyuarakan pendapatnya agar Aiden membatalkan niatnya untuk menikahinya, karena ia sama sekali tidak mencintai pria itu. Ia mencintai Max!
“Jika kau berpikir bahwa cinta itu tidak penting, itu berarti kau benar-benar pria brengsek yang hanya memanfaatkan wanita-wanita di luar sana untuk menjadi pemuas nafsumu.”
“Hmm, jika kau memang berpikir demikian, mari kutunjukan sesuatu padamu.” Seringai Aiden kejam di depan Calistha, hingga membuat wanita itu bergidik ngeri. Sekarang ia merasa ketakutan dengan apa yang telah ia lakukan sendiri. Seharusnya ia tidak terus menerus memancing kemarahan raja kejam itu dan justru bersikap baik agar ia dapat mencari jalan keluar untuk kabur. Tapi, sekarang Aiden dengan marah terus menariknya dengan kasar menuju sebuah tempat yang asing baginya. Ia dibawa ke sebuah lorong gelap yang berliku, namun samar-samar ia dapat mendengar suara rintihan dan jeritan di ujung lorong ini. Seketika bulu kuduk Calistha menjadi merinding. Ditambah lagi dengan suasana mencekam yang ditimbulkan lorong tersebut, membuat Calistha merasa begitu ketakutan dengan apa yang akan Aiden perlihatkan padanya nanti.
“Tanganmu dingin, apa kau takut?” Ejek Aiden di sebelahnya dengan senyum menjengkelkan. Calistha menoleh dan menatap pria itu dengan wajah angkuhnya sambil mendongakan kepalanya menantang.
“Takut? Yang benar saja. Aku hanya kedinginan karena lorong ini begitu dingin dan gelap. Sebenarnya apa yang akan kau tunjukan padaku?” Tanya Calistha gusar. Ia sungguh membenci berada di tempat gelap dan dingin bersama pria jahat disampingnya ini. Karena jika mereka sedang berdua seperti ini, maka apapun dapat terjadi padanya, termasuk perilaku cabul pria itu padanya seperti yang ia lakukan di istana kerajaan Hora.
Tiba-tiba Calistha merasa sedih ketika ia mengingat kerajaan Hora dan Max. Meskipun Aiden membiarkan Max dan sang ratu tetap hidup, tapi mereka bukan lagi bagian dari kerajaan Hora. Kerajaan itu telah diambil alih oleh kerajaan Khronos dan sekarang berada di bawah kekuasaan Aiden. Jadi, ratu dan Max saat ini sama saja dengan seorang gelandangan. Aiden dan seluruh prajuritnya telah mengusir Max dan sang ratu keluar dari istana dengan Max yang terluka cukup parah di perutnya. Dan yang sangat disesalkannya adalah ia tidak bisa menolong Max dan sang ratu dari kekejaman Aiden. Saat ia memohon-mohon pada Aiden, pria itu justru melemparkannya begitu saja ke dalam kereta kuda dan langsung membawanya pergi ke kerajaan Khronos. Entah sekarang bagaimana nasib Max, ia hanya dapat berdoa pada Tuhan semoga Tuhan menyelamatkan Max dan sang ratu dari segala macam bahaya. Karena bagaimanapun juga mereka telah berlaku baik padanya selama ini, meskipun sang ratu sangat membencinya atas semua kekacauan yang disebabkan olehnya, tapi ia tidak pernah merasa dendam pada sang ratu. Justru ia merasa semakin merasa bersalah pada mereka berdua, karena ia telah membuat keluarga bangsawan itu menjadi seorang gelandangan di jalanannya, yang entah akan seperti apa nasib mereka berdua nantinya.
“Kita sudah sampai.”
Kalimat datar bernada dingin itu berhasil membuat Calistha tersadar dari lamunannya yang panjang. Wanita itu sejenak tampak mengernyit bingung sambil memandangi ruangan gelap yang ada di sekitarnya. Namun, di depannya kini ia dapat melihat sebuah kandang besar yang berisi puluhan harimau. Kemudian dari arah barat, seorang prajurit dengan wajah sangar menyeret seorang wanita yang tampak terluka cukup parah untuk masuk ke dalam kandang harimau itu dan menjadi santapan hewan buas tersebut. Seketika Calistha langsung memalingkan wajahnya ke arah tubuh Aiden karena ia merasa tidak sanggup untuk melihat kejadian mengerikan itu. Suara teriakan wanita itu terus berdengung di kepala Calistha kala hewan buas itu mulai mencabik-cabik tubuhnya satu persatu hingga akhirnya suara itu tak terdengar lagi, digantikan dengan bunyi geraman para harimau yang saling berebut mangsa untuk dimakan. Aiden menatap puas pemandangan di depannya sambil menatap Calistha dengan seringaian jahatnya. Ia yakin, wanita itu pasti akan semakin takut padanya setelah apa yang ia lihat hari ini. Calistha kemudian mendongak pada Aiden dengan wajah marahnya, bersiap untuk menyembur pria itu dengan luapan kemarahannya yang meledak-ledak.
“Kau pria kejam dan jahat! Kenapa kau tega melakukan hal itu pada wanita malang itu? Kenapa kau membuat ia menderita disaat-saat terakhir kematiannya? Kau kejam, aku tidak akan pernah menikah denganmu! Tidak akan pernah.”
“Tutup mulutmu! Kau tidak tahu apapun tentangku. Jadi, jangan pernah membentakku dan memakiku sesuka hatimu, karena kau tidak pernah tahu apa yang terjadi padaku. Dan soal menikah, aku tidak perlu persetujuan darimu, karena kita tetap akan menikah tanpa atau dengan persetujuanmu. Lagipula kau tidak akan bisa menolak pernikahan ini, karena aku menahan satu-satunya kakakmu yang masih tersisa. Lihatlah wanita itu, dia adalah Tiffany, kakakmu yang berasal dari kerajaan Diamond, apa kau mengenalinya? Saat ini ia sedang menunggu gilirannya untuk menjadi santapan para hewan peliharaanku, jadi jangan pernah macam-macam atau berpikiran untuk kabur, jika kau tidak ingin kakakmu menjadi santapan hewan peliharanku seperti jalang yang kau lihat tadi.” Ancam Aiden kejam tepat di depan wajah Calistha, membuat wanita itu sedikit bergidik ngeri dengan aura kejam yang ditunjukan oleh pria berparas rupawan itu. Calistha kemudian segera mengakhiri kontak matanya dengan Aiden, dan langsung mengalihkannya pada sang kakak yang saat ini sedang memeluk lututnya ketakutan di dalam sebuah sel yang begitu sempit dan kotor. Ia kemudian menyentakan tangan Aiden begitu saja yang masih mencekal lengannya, dan segera berjalan menuju sel tahanan Tiffany untuk berbicara pada wanita itu.
“Tiffany.” Panggil Calistha pelan. Wanita itu langsung mendongakan kepalanya sambil menangis tersedu-sedu melihat adiknya masih hidup. Ia langsung menhampiri Calistha dan menggenggam tangan adiknya itu dengan erat meskipun saat ini mereka berdua dipisahkan oleh jeruji raksasa yang membentang angkuh di depan mereka.
“Calistha maafkan aku, aku telah mengatakan pada raja Aiden mengenai keberadaanmu. Aku sungguh menyesal. Aku tidak bermaksud untuk mengkhianatimu. Aku hanya takut melihat kekejamannya, ia telah memporak-porandakan kerajaan Diamond dan membunuh semua selir dan putri, termasuk permaisuri Summer. Aku tidak bisa berbuat apa-apa ketika melihat mereka semua dibunuh di depan mataku dengan jeritan yang memilukan. Kumohon maafkan aku.”
Calistha menggeleng kuat, menyangkal seluruh permintaan maaf Tiffany padanya. Sungguh ia sama sekali tidak marah pada kakak perempuannya itu. Ia cukup maklum dengan kuputusan yang diambil oleh kakak kandungnya itu. Bahkan, jika ia dihadapkan pada keadaan yang sama pun, ia pasti juga akan melakukan apa yang telah dilakukan oleh Tiffany. Semua ini memang salah raja kejam itu. Ia dengan hasrat membunuhnya terus menumpahkan darah dimanapun demi mencarinya yang menurutnya adalah ratunya, pasangannya. Tapi, ia sendiri sama sekali tidak mempercayai perkataan pria itu. Pria kejam berhati dingin seperti Aiden pasti hanya menipunya untuk kesenangan pria itu semata, bukan untuk sebuah perdamaian seperti apa yang sering diucapkan oleh pria itu sejak tadi.
“Aku sama sekali tidak marah padamu. Aku tahu bagaimana perasaanmu sekarang. Dia.. memang raja yang kejam. Aku sendiri merasa tak habis pikir dengan jalan pikirannya. Kenapa ia tega melakukan perbuatan keji seperti itu? Kenapa ia menyerang seluruh kerajaan dan menhancurkan kerajaan kita jika ia ingin menciptakan sebuah kedamaian? Bukankah alasannya itu sungguh konyol dan tak masuk akal. Aku tidak akan pernah menikah dengannya. Tapi, aku akan berusaha mengeluarkanmu dari sini. Aku janji.” Ucap Calistha sungguh-sungguh. Tiffany mengangguk lemah dari balik jeruji sambil menatap takut pada Aiden yang sejak tadi terus menatapnya dengan tatapan menusuk. Tiffany kemudian mendekat pada Calistha sambil berbisik pelan di telinga adik bungsunya itu.
“Kau adalah putri ayah yang dilahirkan dengan anugerah istimewa. Tapi, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan anugerah istimewa itu karena ayah dan ibu tidak pernah menceritakannya pada kami. Mereka hanya mengatakan bahwa anugerahmu itu sangat penting bagi raja Aiden, sehingga mereka memutuskan untuk menjauhkanmu dari raja Aiden agar raja kejam itu tidak dapat memilikimu. Berhati-hatilah padanya. Ia pasti akan menggunakan berbagai macam cara untuk memilikimu.” Bisik Tiffany pelan di telinga Calistha sambil mengawasi gerak-gerik Aiden yang sudah tampak bosan menunggu Calistha melepaskan kerinduan dengan satu-satunya saudara perempuannya yang tersisa. Pria itu kemudian memutuskan untuk menghampiri Calistha, dan langsung menarik tangan Calistha kasar agar ia segera melepaskan genggaman tangannya pada Tiffany. Ia pikir ini sudah cukup. Ia sudah memberikan kesempatan pada Calistha untuk menyapa kakaknya yang malang itu. Setelah ini ia hanya perlu menunggu keputusan dari Calistha, apakah wanita itu memutuskan untuk menurutinya atau bersikap sebaliknya, membangkang dan merencanakan sebuah konfrontasi.
“Waktu kalian sudah habis. Kita pergi dari sini.” Ucap Aiden datar dan langsung menarik tangan Calistha begitu saja hingga genggaman tangannya dengan Tiffany langsung terlepas, menyisakan sebuah kesedihan yang mendalam di hati Tiffany dan juga Calistha.
“Aku pasti akan menyelamatkanmu. Tunggu aku, Tiffany.” Batin Calistha sungguh-sungguh.
-00-
Aiden melemparkan tubuh Calistha begitu saja di atas sebuah ranjang yang empuk dan nyaman. Wanita itu sejak tadi masih terus meronta-ronta dan berteriak-teriak memaki dirinya, namun ia sama sekali tidak mempedulikan hal itu dan justru tetap menarik Calistha ke dalam kamar barunya yang akan ditempatinya mulai saat ini.
“Mulai sekarang ini adalah kamarmu, jadi jangan pernah berpikir untuk kabur dari istanaku. Apa kau mengerti?” Bisik Aiden pelan tepat di telinga Calistha. Lagi-lagi wanita itu merasa merinding dengan aura kejam yang dikeluarkan oleh Aiden, namun kali ini lebih pekat dari yang sebelumnya, karena pria itu kini tengah berada tepat di atasnya dengan deru napasnya yang berhembus hangat di tengkuknya. Sejenak mereka berdua saling bertatapan satu sama lain, dengan Calistha yang terus menunjukan sisi angkuhnya pada Aiden. Meskipun saat ini ia tengah ketakutan dan merasa terancam, tapi ia tidak akan pernah menunjukan sisi lemahnya itu pada Aiden, karena ia sangat membenci aura mengintimidasi pria itu.
“Lepaskan tanganku, dasar pria menjijikan.” Maki Calistha marah sambil menghempaskan tangan besar itu dari tangannya. Namun, Aiden justru menyeringai sinis pada Calistha sambil mengeratkan cekalan tangannya di pergelangan tangannya yang mungil itu. Sungguh, ia sangat marah dengan hinaan wanita itu padanya. Tapi, saat ini ia sedang tidak ingin menghabiskan tenaganya hanya untuk mengeluarkan amarahnya pada Calistha. Daripada ia menghabiskan tenaganya untuk memarahi wanita itu, lebih baik ia memberikan wanita itu pelajaran agar ia tidak bersikap sombong dan angkuh di hadapannya.
“Baiklah jika kau berpikiran demikian. Apa yang bisa dilakukan oleh pria menjijikan ini padamu tuan putri.” Seringai Aiden jahat sebelum ia mendekatkan wajahnya ke wajah Calistha dan melumat bibir wanita itu tanpa ampun. Berkali-kali Calistha mencoba memberontak dengan memukul-mukul dada bidang Aiden dengan sebelah tangannya yang bebas, namun Aiden dengan sigap langsung menangkap tangan mungil itu dan langsung mencekalnya di atas kepala Calistha, hingga wanita itu tidak dapat melakukan apapun dan hanya pasrah pada ciuman Aiden yang kasar dan juga menuntut. Pria itu seakan-akan begitu kelaparan dan terus menginginkan bibir merah itu lagi dan lagi setelah ia mencium bibir Calistha untuk pertama kalinya di kerajaan Hora. Tanpa sadar Aiden menggeram tertahan di sela-sela ciumannya karena ia hampir saja kehilangan kontrol akan dirinya. Ia kemudian segera melepaskan tautan bibirnya dari bibir Calistha sambil mengusap bibir merah itu lembut dengan sebelah tangannya yang bebas.
“Ternyata bibirmu sangat manis sayang. Aku menjadi semakin tidak sabar untuk memilikimu. Oleh karena itu kita akan menikah tiga hari lagi, saat malam bulan purnam. Jadi, persiapkan dirimu dengan baik.” Ucap Aiden pelan dengan nada menggoda. Calistha yang masih terengah-engah dengan ciuman panas Aiden hanya mampu memandang pria itu dengan wajah kesal dan jijik. Ia sungguh merasa jijik dengan dirinya sendiri. Andai saja kedua tangannya tidak dicekal oleh pria itu, ia pasti akan langsung mencakar wajah menyebalkan pria itu dengan kuku-kukunya yang tajam. Ia sama sekali tidak peduli dengan kekejaman pria itu. Yang pasti ia hanya ingin melindunginya harga dirinya, kehormatannya sebagai putri kerajaan Kairos yang agung.
“Dasar brengsek! Jangan pernah coba-coba untuk menyentuhku atau kau akan mati di tanganku!” Teriak Calistha tidak terima. Aiden lagi-lagi justru memasang wajah menyebalkan di depan Calistha, hingga membuat ubun-ubun wanita itu memanas karena marah.
“Benarkah aku akan mati hanya karena menyentuhmu?”
Cup
Tiba-tiba Aiden kembali mengecup bibir merah Calistha, namun kali ini tidak selama sebelumnya. Hanya kecupan singkat yang mampu membuat Aiden terkekeh pelan dengan reaksi Calistha yang menurutnya sangat lucu itu.
“Lihat, apa aku akan mati setelah menciummu?”
“Dasar raja brengsek! Aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri. Kau pasti akan mati ditanganku.”
“Lakukan saja jika kau bisa. Selamat beristirahat, my queen.” Bisik Aiden lembut dan mesra di telinga Calistha sebelum ia berjalan keluar dari kamar baru milik Calistha yang sangat indah, meskipun hal itu tidak akan pernah membuat Calistha merasa senang dan bahagia.
-00-
Ketika Aiden keluar dari dalam kamar Calistha, Spencer telah menunggunya dengan kepala menunduk sambil memberikan sejumlah kertas yang berisi laporan dari berbagai desa di negerinya. Pria itu kemudian menyuruh pengawal setianya untuk masuk ke dalam ruangannya guna menjelaskan rencana berikutnya yang akan mereka jalankan.
“Bagaimana dengan pemindahan penduduk Hora, apa semuanya berjalan lancar?” Tanya Aiden datar sembari berjalan mendahului Spencer. Beberapa pelayan yang tak sengaja berpapasan dengan Aiden, langsung membungkuk hormat hingga Aiden menghilang dari pandangan mereka. Spencer kemudian mengangguk mantap di belakang Aiden sambil tersenyum sumringah. Hari ini pekerjaanya sedikit lebih ringan, karena penduduk kerajaan Hora sangat patuh dan justru menyambut gembira rencana perpindahan mereka ke desa lain. Bahkan, beberapa penduduk di sana menawarkan diri untuk menjadi prajurit di kerajaan Khronos untuk menggantikan beberapa prajurit kerajaan Khronos yang mati di medan pertempuran. Tapi, sejauh ini Spencer belum menyelidiki alasan dibalik sikap baik penduduk kerajaan Hora. Untuk saat ini ia hanya akan mengurus kepidahan mereka saja. Mengenai gelagat mereka yang sedikit mencurigakan itu, ia berencana akan menyeledikinya nanti, setelah semua proses perpindahan selesai dilakukan.
“Semuanya telah berjalan dengan lancar Yang Mulia. Apakah Yang Mulia akan segera melaksanakan pernikahan dengan putri Calistha?”
“Tentu saja, sudah lama aku menantikan saat-saat seperti ini. Lagipula aku harus segera memiliki keturunan dengan Calistha agar aku dapat menghilangkan kutukan yang memuakan ini.” Jawab Aiden datar, namun terselip sebuah kemarahan yang kental di setiap kalimat yang ia ucapkan.
Setibanya di ruangan pribadi milik Aiden, Spencer segera menunjukan laporan-laporan dari setiap kepala desa yang tersebar di seluruh daerah kekuasaan kerajaan Khronos. Selain itu, Spencer juga memberikan laporan mengenai hasil panen dari berbagai daerah yang bulan ini mengalami kemajuan. Aiden tampak memandang puas pada hasil jerih payahnya selama ini. Akhirnya ia dapat membawa kemakmuran bagi sebagian besar rakyatnya, meskipun tidak sedikit nyawa yang harus ditumpahkan untuk mewujudkan hal itu. Sayangnya, semua ini belumlah lengkap jika ia belum memperisteri Calistha. Wanita itu adalah kunci dari semua kesengsaraan ini, sehingga ia haru segera menikahi Calistha agar semua malapetaka ini segera berakhir.
“Siapkan sebuah pesta pernikahan yang paling mewah tiga hari lagi. Aku ingin kau mengadakan pesta rakyat selama tujuh hari tujuh malam untuk menyambut ratu baru mereka dan untuk merayakan kemenanganku atas kerajaan Hora. Sediakan hidangan yang paling baik juga hiburan yang paling terkenal untuk seluruh rakyatku. Aku ingin mereka ikut merasakan kebahagiaan yang sedang kurasakan.” Perintah Aiden tegas pada Spencer sambil memandangi foto kedua orangtuanya yang telah tiada. Meskipun selama ini ia terkenal jahat dan tak berperasaan, tapi itu semua ada sebabnya. Ia tidak mungkin mengambil jalan kejam jika orang-orang itu tidak memulainya terlebihdahulu. Selama ini ia selalu menyimpan dendam pada orang-orang yang telah membunuh kedua orangtuanya dan hampir saja menghancurkan kerajaan Khronos. Tapi, untung saja ia berhasil membalikan semuanya dan justru membuat orang-orang kejam itu merasakan kekejaman yang telah mereka ciptakan sendiri.
“Yang Mulia maaf jika saya lancang, tapi apakah tuan putri setuju dengan rencana pernikahan ini?” Tanya Spencer takut-takut. Sejak awal Spencer memang selalu merasa takut untuk mengangkat topik pembicaraan ini pada tuannya karena tuannya itu selalu terlihat emosi jika ia sudah menyinggung masalah pasangannya yang sulit sekali untuk ditemukan itu. Tapi, sekarang Spencer merasa tergelitik untuk menanyakan hal itu, karena ia merasa Calistha adalah tipe wanita yang sangat sulit untuk ditaklukan, meskipun rajanya itu telah melakukan berbagai macam hal untuk membuat sang ratu tunduk, tapi tetap saja sang ratu tidak mau tunduk, dan cenderung selalu membangkang pada setiap perkataan rajanya.
“Kau ini bodoh atau apa. Bukankah sudah jelas jika Calistha selalu menolakku dan sangat menentang rencana pernikahan ini. Jadi, jangan pernah menanyakan sesuatu yang sudah jelas jawabannya.” Balas Aiden kesal dengan sedikit bentakan. Spencer tampak merasa bersalah sambil menunduk dalam pada rajanya. Ternyata rajanya masih tetap sama meskipun sang ratu saat ini telah berada di dalam genggamannya. Tiba-tiba ia teringat akan cerita ayahnya mengenai kutukan raja Aiden yang sangat mengerikan itu. Menurut ayahnya, meskipun raja Aiden telah mendapatkan penawar dari kutukan itu, tapi sang raja tidak akan bisa mematahkan kutukan itu dengan mudah, karena kutukan itu memang dibuat atas dasar kebencian untuk mengalahkan kebaikan. Sehingga, dibutuhkan banyak pengorbanan untuk mengalahkan kutukan kejam nan jahat itu. Termasuk menumpahkan begitu banyak darah orang yang tidak bersalah hanya untuk membersihkan setitik darah dari segelintir orang yang benar-benar bersalah.
“Maafkan saya Yang Mulia, saya tidak bermaksud seperti itu. Emm, saya ingin memberitahukan sesuatu pada Yang Mulia.” Ucap Spencer ragu-ragu. Tapi, ia merasa harus memberitahukan hal ini pada Aiden karena menurutnya hal ini sungguh sangat ganjil. Dan ini mengenai masa lalu tuannya.
“Ada apa? Katakan saja.” Ucap Aiden datar sambil membaca setiap laporan yang dikirim oleh kepala desa. Spencer tampak berdeham sebentar untuk mengusir kegugupannya sebelum ia menyampaikan berita utama yang ia miliki.
“Ini mengenai nona Gazelle, kemarin saya melihat nona Gazelle berada di sekitar kerajaan Hora.” Terang Spencer takut-takut. Pria itu sedikit melirik reaksi Aiden setelah mendengar penjelasan darinya. Ia tahu jika Aiden sama sekali tidak ingin membahas Gazelle karena wanita itu pernah menjadi bagian dari Aiden, dan berakhir dengan tidak menyenangkan. Sebenarnya Aiden tidak pernah memberikan harapan untuk Gazelle, tapi Gazelle selalu menganggap setiap perhatian yang Aiden berikan padanya sebagai bentuk rasa cinta dari pria itu, sehingga Gazelle terlalu berharap banyak pada Aiden dan justru terkesan memaksa Aiden untuk menerima cintanya juga.
Dulu Gazelle dan Aiden sangat dekat satu sama lain karena mereka berdua sering berlatih pedang dan berlatih kuda bersama. Karena Gazelle adalah putri dari menteri perang, maka Gazelle bisa mengikuti pelajaran berpedang, bela diri, berkuda, dan memanah yang biasanya hanya diperuntukan untuk kaum pria. Setiap hari mereka selalu menghabiskan waktu bersama untuk berlatih bersama guru mereka. Dan tanpa sadar perasaan itu mulai tumbuh di hati Gazelle. Awalnya Gazelle tidak terlalu menganggap serius perasaan itu. Lagipula ia sangat yakin jika suatu saat Aiden pasti akan menjadi takdirnya. Namun, ketika kondisi kerajaan mulai tidak stabil karena kematian raja dan ratu, Aiden menjadi sibuk hingga tidak pernah memperhatikannya lagi. Setiap hari Aiden selalu disibukan dengan kondisi kerajaannya yang hampir hancur dan juga kutukan mengerikannya yang dilakukan oleh musuh-musuh ayahnya. Kemudian Gazelle mulai jengah dengan sikap Aiden yang selalu mengabaikannya, sehingga ia mulai berpikir untuk mendekati Aiden terlebihdahulu. Sejak saat itu Gazelle mulai belajar untuk menjadi wanita yang anggun. Ia yang awalnya jarang menggunakan gaun, menjadi sering menggunakan gaun dan jarang berlatih pedang seperti sebelumnya. Gazelle justru mulai berlatih untuk memasak dan menjahit seperti kebanyakan wanita pada umumnya. Setiap hari ia juga menyempatkan diri untuk mengunjungi Aiden dengan alasan mengantarkan makanan atau mengantarkan minuman kesukaan Aiden. Tentu saja saat itu Aiden menyambut perubahan sikap Gazelle dengan suka cita. Apapun yang diberikan Gazelle padanya selalu dimakan oleh Aiden, meskipun masakan Gazelle tidak selezat masakan juru dapur. Aiden sadar jika ia menjadi jarang menghabiskan waktunya bersama Gazelle sejak orangtuanya meninggal dan kerajaannya menjadi tidak stabil, sehingga ia memutuskan untuk menebus itu semua dengan menerima semua perhatian yang diberikan oleh Gazelle. Namun sayangnya, suatu malam Gazelle mendatanginya dan menyatakan perasaanya dengan terang-terangan pada Aiden. Wanita itu memohon-mohon pada Aiden agar pria itu mau menerima cintanya. Tapi, Aiden langsung menolaknya karena ia sama sekali tidak memiliki waktu untuk memikirkan cinta, karena ia memang pria yang tidak ditakdirkan untuk merasakan cinta. Semenjak ayah dan ibunya meninggal, ia harus menerima segala fakta yang ada jika ia telah dikutuk dan hanya memiliki satu kesempatan untuk menghilangkan kutukan itu, yaitu menikahi wanita yang merupakan takdirnya dan juga memiliki keturunan dari wanita itu untuk menghapus kutukannya. Sayangnya ketika Aiden berusaha menjelaskan hal itu pada Gazelle, wanita itu tidak mau mendengarkannya sama sekali dan justru tetap memaksanya untuk menerima cintanya. Sejak saat itu perlakukan Aiden pada Gazelle berubah. Ia tidak pernah mau menerima apapun yang diberikan oleh Gazelle, termasuk perhatian dari wanita itu. Setiap Gazelle datang ke istananya dan hendak memberikan makan siang atau minuman kesukaanya, Aiden selalu mengusirnya dan menyuruh para prajuritnya untuk menghalangi Gazelle. Selama berbulan-bulan Gazelle terus mencoba untuk mendapatkan perhatian dari Aiden kembali, tapi pria itu tetap bersikeras untuk mengabaikannya, hingga akhirnya Gazelle merasa kehabiskan kesabaran dan ia dengan nekat hampir melakukan sebuah perbuatan yang menjijikan pada Aiden.
Suatu malam Gazelle menyelinap ke dalam kamar Aiden dengan menyamar sebagai seorang pelayan yang hendak memberikan secangkir teh untuk Aiden. Setelah masuk ke dalam kamar Aiden, Gazelle melihat Aiden yang sedang memeriksa setiap laporan yang diberikan oleh Spencer. Pria itu tampak serius hingga tak menyadari kedatangan Gazelle yang sedang menatapnya dengan wajah penuh kekaguman. Dengan mengendap-endap Gazelle mulai membuka semua penyamarannya dan juga melepas jubah mahalnya. Ia sengaja mempertontonkan lekuk tubuhnya pada Aiden agar pria itu merasa tergoda padanya. Gazelle kemudian mulai mendekati Aiden sambil membelai wajah Aiden dengan seduktif, membuat Aiden terkejut dan juga marah disaat yang bersamaan. Dengan kasar Aiden langsung mendorong tubuh Gazelle saat itu juga hingga terjengkang di atas lantai sambil memaki-maki wanita itu tanpa ampun. Mendengar Aiden terus meneriakinya dengan kata-kata kasar, Gazelle menjadi sakit hati dan memutuskan untuk pergi dari kerajaan Khronos. Bahkan kepergian Gazelle itu tidak diketahui oleh keluarganya sama sekali, hingga keesokan harinya keluarga menteri perang menjadi heboh karena putri mereka satu-satunya menghilang. Aiden yang mengetahui alasan kepergian Gazelle hanya diam saja dan tidak pernah mengatakan apapun pada menteri perang. Namun selain Aiden, Spencer tentu juga mengetahui apa yang terjadi pada Aiden dan Gazelle, karena pria itu sebenarnya berada di dalam kamar tuannya, namun tertutupi oleh pekatnya kamar sang raja yang memang selalu temaram. Sejak saat itu Aiden tidak pernah mau lagi membahas Gazelle, ia merasa begitu muak dengan sikap Gazelle yang berubah menjadi wanita murahan hanya karena sebuah cinta. Aiden juga selalu melarang Spencer untuk mengungkit-ungkit masalah Gazelle karena ia tidak mau mengingat Gazelle lagi. Tapi, untuk hari ini Spencer terpaksa membicarakan masalah Gazelle di depan tuannya karena ia merasa curiga dengan keberadaan Gazelle di kerajaan Hora. Lebih dari lima tahun ia dan prajuritnya tidak pernah melihat keberadaan Gazelle, tapi tiba-tiba ia melihat Gazelle berada di sekitar kerajaan Hora sedang mengintai dari jauh sambil mengamati Aiden dengan tatapan yang sulit diartikan. Spencer kemudian merasa cemas dengan keadaan Aiden karena ia takut Gazelle akan melakukan balas dendam pada Aiden atas perbuatan jahat pria itu di masa lalu. Bagaimapun juga kekuatan cinta Gazelle begitu besar, dan Aiden tidak boleh menganggap remeh kekuatan cinta itu begitu saja, karena seseorang dapat bertindak di luar batas hanya karena sebuah cinta.
“Apa yang dilakukan Gazelle di sana? Apa ia terlihat mencurigakan? Sudah lebih dari lima tahun ia tidak pernah memunculkan batang hidungnya di hadapanku, dan sekarang ia tiba-tiba muncul di sekitar istana kerajaan Hora saat aku akan menjemput calon isteriku. Apa menurutmu Gazelle tahu jika Calistha adalah wanita yang ditakdirkan untukku? Karena jika ia tahu, maka Calistha akan berada dalam bahaya. Wanita itu pasti akan berusaha mengincar Calistha untuk balas dendam padaku.”
“Saya tidak tahu pasti Yang Mulia. Seharusnya nona Gazelle tidak tahu mengenai hal itu. Tapi, bertahun-tahun ia hidup di luar kerajaan Khronos dengan berbagai macam manusia yang ditemuinya, kemungkinan besar nona Gazelle telah mengetahuinya dari orang lain.” Ucap Spencer sambil bertopang dagu, mencoba berpikir mengenai berbagai macam kemungkinan yang bisa terjadi di luar sana. Aiden mengangguk-angguk mengerti. Pria itu tampak berpikir sebentar sebelum memberikan perintah pada Spencer agar pria itu mengirimkan beberapa prajurit untuk mengawasi Gazelle. Bagaimanapun juga Gazelle selama ini telah terobsesi padanya, ia takut Gazelle akan mencelakai Calistha jika ia tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Kirimkan prajurit untuk mengawasi Gazelle, pastikan jika ia tidak bergabung dengan kelompok para pemberontak yang ingin menggulingkanku dan kerajaan Khronos. Jika ia berbuat hal diluar batas, aku mengijinkan kalian untuk membunuhnya.” Perintah Aiden tegas. Spencer mengangguk patuh pada rajanya, kemudian ia segera pamit untuk menjalankan perintah sang raja. Namun, dibalik wajah patuh Spencer tersembunyi sebuah kesedihan karena ia sebenarnya memiliki perasaan yang lebih pada Gazelle. Ya, dulunya mereka berdua juga sering menghabiskan waktu bersama, karena Gazelle sering sekali datang untuk mengunjungi Aiden, sedangkan ia adalah pengawal setia Aiden. Beberapa kali mereka sering mengobrol dan saling berbagi cerita satu sama lain mengenai kehidupan mereka masing-masing. Oleh karena itu Spencer menjadi semakin dekat dengan Gazelle dan begitu mengangumi sosok wanita ceria dan tangguh itu. Namun, sayangnya Gazelle mencintai rajanya, wanita itu sama sekali tak pernah melihatnya dan hanya menganggap Spencer sebagai saudara laki-lakinya saja, sehingga Spencer harus merasa sakit hati karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Tapi, hidup ini memang tidak adil untuk orang-orang seperti mereka. Bahkan, ia sendiri tidak tahu, apakah ia bisa memiliki sebuah keluarga yang bahagia atau tidak mengingat watak rajanya yang sangat sulit untuk menerima keputusannya jika suatu saat ia memutuskan untuk berhenti menjadi pengawal setianya dan memilih untuk membangun keluarga kecilnya sendiri dan hidup di desa. Dulu sang ayah lebih beruntung daripada dirinya, karena raja Khronos terdahulu, yang merupakan ayahanda raja Aiden adalah orang yang baik dan sangat fleksibel. Ia selalu membebaskan semua pengawalnya untuk memiliki keluarga dan hanya bekerja saat pagi hari hingga sore hari. Tapi, dengan keadaan raja Aiden yang terkena kutukan serta kondisi kerajaan Khronos yang semakin berkembang ini, membuat Aiden selalu membutuhkan sosok Spencer untuk membantunya mengurus setiap hal yang terjadi di kerajaan Khronos dan jajahannya. Apalagi raja Aiden adalah tipikal raja yang memiliki watak keras dan sulit untuk menerima kehadiran orang baru disekitarnya, sehingga mau tidak mau Spencer harus membulatkan tekad untuk menjadi pengawal setia Aiden hingga akhir hidupnya tanpa bisa keluar dari tugasnya, atau ia akan mati.
-00-
Malam harinya, Aiden masih tampak terjaga sambil menyesap segelas anggur merah. Pria itu terlihat memejamkan mata dan mulai mengingat masa-masa indahnya yang sudah lama terlupakan. Suara tawa dan teriakan yang begitu nyaring memenuhi rongga kepalanya ketika ia mengingat kembali masa lalunya yang bahagia. Saat itu ayah dan ibunya masih hidup dan mereka sering menhabiskan waktu bersama dengan penuh kebahagiaan. Setiap pagi ia selalu mencium aroma pai apel yang begitu harum hasil masakan ibunya. Meskipun ibunya adalah ratu, tapi ibunya sering pergi ke dapur untuk membuat seloyang pai apel kesukaannya. Setelah itu ibunya akan menyelinap masuk ke dalam kamarnya sambil menggodanya dengan aroma pai apel yang begitu harum dan gurih, perpaduan antara harum kayu manis, harum apel yang sedikit asam, serta aroma gurih mentega, semua itu tak akan pernah ia lupakan. Karena hal itu adalah kenangan paling indah dalam hidupnya, sebelum musuh-musuh ayahnya mengirimkan kutukan mengerikan itu padanya dan membuat ayah ibunya meninggal dengan mengenaskan.
Prang!!
Tiba-tiba Aiden menjatuhkan gelas winenya sambil mengerang kesakitan. Lagi-lagi ia harus merasakan siksaan yang sangat mengerikan itu. Setiap malam Aiden akan merasakan sakit kepala dan ia akan melihat hal-hal lain di dalam kepalanya. Sesuatu seperti masa depan yang tidak pernah diketahui oleh siapapun.
“Argghh, sial! Mereka memiliki rencana untukku.” Erang Aiden sambil terus memegangi kepalanya yang terasa bagai ditusuk seribu pedang.
Aiden’s Mind
Seorang pria yang tampak terluka dan seorang wanita paruh baya sedang berjalan tertatih-tatih menembus hutan terlarang yang begitu lebat. Suasana disekitar mereka begitu gelap dan mencekam, membuat wanita paruh baya itu menggigil ketakuta. Tapi, sang putra tampak begitu tenang, karena ia sudah terbiasa masuk ke dalam hutan terlarang untuk berburu. Namun, luka tusuk yang menganga di perutnya membuat pria itu menggingil kesakitan setiap ia memakasakan diri untuk menggerakan kakinya. Disebelahnya sang ratu menatap putranya prihatin sambil menyuruh putranya untuk beristirahat sebentar karena ia merasa begitu lelah.
“Max, kita berhenti sebentar di sini, ibu sangat lelah.” Ucap sang ratu sambil membantu Max untuk duduk di atas sebuah dahan pohon yang telah tumbang. Max terengah-engah sambil merintih tertahan karena luka di perutnya begitu dalam dan memerlukan pertolongan segera. Hanya saja di hutan ini sama sekali tidak ada seorang pun manusia yang lewat, yang bisa mereka mintai pertolongan, sehingga untuk sementara Max harus bersabar dan mencoba melupakan rasa sakitnya dengan memejamkan matanya.
“Ibu sangat membenci wanita murahan itu. Seharusnya sejak awal ayahmu tidak menerimanya untuk meminta perlindungan pada kerajaan kita.” Marah ibunya lagi untuk yang kesekian kalinya. Max kemudian membuka matanya sambil menatap ibunya dengan tatapan sayu. Ia sungguh lelah mendengarkan semua gertuan ibunya yang sangat mengganggu itu. Tapi, ia tidak bisa berbuat banyak untuk meredakan kemarahan ibunya, karena dirinya sendiri sekarang merasa begitu kepayahan dengan luka tusuk yang menganga di perutnya.
“Max, apa kau baik-bik saja? Kenapa kau hanya diam?” Tanya ibunya panik sambil mengguncang-guncang bahu putranya. Dengan gusar Max langsung membuka matanya sambil menatap ibunya tajam.
“Ibu, tolong berhentilah untuk mengusik ketenanganku. Aku sedang mencoba untuk menghalau rasa sakit yang sedang kurasakan. Dan tolong berhentilah untuk mengumpati Calistha, karena semua ini bukan salahnya.” Ucap Max lemah. Tapi, sang ibu justru mendengus tidak suka pada putranya karena ia jelas-jelas masih memihak Calistha setelah apa yang wanita itu lakukan padanya dan pada kerajaanya yang berharga.
“Kenapa kau selalu membela Calistha. Ia hanya wanita murahan yang berpura-pura meminta perlindungan pada kerajaan kita dan setelah itu ia bersekongkol dengan raja Aiden untuk menghancurkan kita semua. Apa kau tidak pernah menyadari hal itu!” Bentak ibunya marah. Rupanya kemarahannya pada Calistha telah sampai ke ubun-ubunya, sehingga akan sulit bagi Max untuk memberikan penjelasan pada ibunya yang telah diselimuti oleh kebencian itu.
“Calistha bukan gadis seperti itu. Ia adalah gadis yang baik. Calistha pergi karena ibu yang meminta raja Aiden untuk membawanya. Kenapa ibu melakukan hal itu? Padahal seharusnya kita melindunginya dan mempertahankannya.” Ucap Max merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Sang ratu kemudian kembali menatap putranya dengan wajah marah dan tidak percaya. Setelah apa yang dilakukan Calistha pada kerajaannya, pria itu masih saja membela wanita murahan itu, membuatnya merasa dongkol pada putranya sendiri. Lagipula, jika ia tidak menyerahkan Calistha pada raja kejam itu, maka putranya yang akan menjadi sasaran. Tentu saja ia tidak ingin hal itu terjadi. Jadi ia lebih baik menyerahkan Calistha yang sama sekali tidak berharga itu pada raja Aiden.
“Sudahlah, ibu tidak mau membahas wanita murahan itu lagi. Pasti sekarang ia sedang menertawakan kita dari balik dinding istana kerajaan Khronos yang megah itu. Jika ibu memiliki kesempatan, ibu pasti akan membunuh Calistha dengan tangan ibu sendiri.” Janji ibunya penuh tekad yang hanya diabaikan begitu saja oleh Max. Ia tidak ingin memperpanjang konfrontasi dengan ibunya lagi, jadi lebih baik ia diam saja sambil memejamkan matanya yang lelah.
Srek srek srek
Tiba-tiba semak-semak disekitar mereka bergerak dengan begitu berisik. Sang ratu yang mendengar adanya suara gemerisik dari daun-daun di belakangnya menjadi panik dan langsung memeluk Max. Ia pikir itu adalah para prajurit kerajaan Khronos yang sedang berpatroli, tapi setelah orang itu menunjukan wajahnya, kedua manusia itu menjadi sedikit lebih tenang, namun tetap menjaga kewaspadaan mereka.
“Siapa kau?” Tanya Max mencoba berdiri dari duduknya, namun pergerakannya langsung terhenti begitu saja karena ia merasa luka di perutnya terasa begitu perih dan menyakitkan, hingga akhirnya ia kembali terduduk di atas tanah sambil mengerang kesakitan.
“Maaf jika aku mengejutkan kalian. Aku Gazelle, salah satu anggota dari pemberontak yang sangat membenci kerajaan Khronos. Kudengar kalian juga membenci kerajaan itu. Apa yang sebenarnya terjadi pada kalian?” Tanya Gazelle lembut penuh tipu daya. Sang ratu yang melihat bahwa Gazelle tidak berbahaya langsung menarik Gazelle untuk duduk di sebelahnya dan mendengar semua ceritanya.
“Syukurlah jika kau bukan prajurit kerajaan Khronos yang sedang berpatroli. Aku adalah ratu kerajaan Hora, dan ini adalah putraku Max.”
“Oh, Yang Mulia maafkan hamba.”
Tiba-tiba Gazelle langsung berlutut dihadapan sang ratu dan Max, namun segera ditarik oleh ratu Hora karena ia merasa Gazelle tidak perlu membungkuk hormat padanya lagi, karena ia sekarang hanyalah seorang gelandangan.
“Ah tidak perlu. Duduklah di sebelahku, sekarang aku dan putraku bukan anggota kerajaan lagi, kami sekarang telah menjadi gelandangan karena raja kejam itu menyerang kerajaan kami dan mengambil semua harta kami tanpa tersisa.” Ucap ratu mulai berapi-api lagi. Gazelle tampak tersenyum sinis di sebelah sang ratu, namun hal itu sama sekali tak luput dari mata elang Max. Pria itu tahu jika ada sesuatu yang ganjil dalam diri Gazelle, tapi ia belum bisa menyimpulkan hal itu sekarang, karena semuanya masih sangat buram untuk dilihat.
“Kelompok kami juga baru saja diserang oleh raja Aiden, tapi kami berhasil melarikan diri sebelum prajurit kerajaan Khronos berhasil membunuh kami semua. Sekarang kami semua sedang mendirikan perkemahan kami di luar hutan terlarang di bagian barat daya. Jika anda mau, anda dan pangeran Max bisa bergabung bersama kami. Dan.. tabib kami dapat mengobati luka pangeran Max.” Ucap Gazelle lembut dan tampak menggiurkan. Ratu kemudian segera menggenggam tangan Gazelle sambil mengucapkan terimakasih berkali-kali. Bahkan, sang ratu juga memberikan pelukan hangatnya pada Gazelle karena wanita itu telah datang disaat yang tepat. Disaat mereka berdua benar-benar membutuhkan pertolongan dan sedang membutuhkan sekutu untuk membalas raja Aiden.
“Terimakasih banyak atas kemurahan hatimu, kami berdua tidak akan pernah melupakannya sampai kapanpun.” Ucap sang ratu gembira. Gazelle kemudian segera membantu Max untuk berdiri dan mulai memapah Max untuk menuju perkemahannya. Sejenak Max memperhatikan raut wajah Gazelle yang tampak begitu tenang di sampingnya. Ia merasa jika wanita itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya dan ibunya. Tapi, lagi-lagi ia belum bisa melihatnya dari wajah wanita itu. Saat ia sedang berpikir, tiba-tiba Gazelle memalingkan wajahnya ke arah Max sambil tersenyum misterius. Mereka berdua saling bertatapan cukup lama, hingga akhirnya Max memutuskan untuk mengakhiri kontak mata mereka dan memilih untuk memandang jalanan di depannya yang tampak gelap gulita. Namun, tiba-tiba Max merasakan Gazelle membisikan sesuatu di dekat telinganya dengan nada yang begitu mengerikan dan penuh dendam.
“Kau dan aku, kita pasti akan menjadi partner yang hebat untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milik kita.” Bisik Gazelle pelan sebelum ia menatap lurus ke arah jalanan pekat di hadapannya, tanpa mempedulikan kernyitan bingung di dahi Max yang terus memikirkan perkataanya dengan perasaan curiga.
Aiden’s Mind End
Aiden terengah-engah sambil mencoba untuk menormalkan degup jantungnya yang menggila. Lagi-lagi kepalanya memutarkan kejadian yang sebenarnya sama sekali tidak ingin ia ketahui, jika pada akhirnya ia harus membayar keingintahuan itu dengan kesakitan yang begitu mengerikan di dalam kepalanya. Aiden kemudian mencoba bersandar pada sandaran kursi sambil memejamkan matanya perlahan. Sekarang ia telah mengetahui apa yang direncanakan oleh Gazelle bersama kelompok pemberontaknya, besok ia akan meminta Spencer untuk mengawasi Gazelle dan mengirimkan salah satu prajurit terbaiknya untuk menyamar ke dalam kelompok itu, karena mereka sepertinya akan sedikit merepotkan kerajaanya dan juga dirinya. Tiba-tiba sebuah tangan yang hangat menyentuh kulit wajah Aiden dengan lembut, hingga membuat Aiden merasa terbuai dengan sentuhan lembut nan menenangkan itu. Tapi, ketika ia menyadari jika ternyata sentuhan itu bukan halusinasinya, Aiden langsung membuka matanya waspada sambil memandang sang pemilik tangan dengan tatapan tajamnya yang menusuk.
“Aa.. apa kau baik-baik saja? Kenapa waktu di kerajaan ini seakan-akan berhenti?” Tanya Calistha panik sambil memandang takut pada tatapan mata Aiden yang sedang menatapnya dengan tajam.
Jujur Aq gak sabar buat next nya cerita ini , :tepuk2tangan
semangat thor….ini cerita menarik banget :anakayamngeband :anakayamngeband :anakayamngeband :anakayamngeband :anakayamngeband :anakayamngeband :anakayamngeband :semangatyangmembara :semangatyangmembara :semangatyangmembara :ngupildoeloe :gulung2 :imutnyaa :byesampaijumpa :MAWARR :MAWARR :GERAAH :PATAHHATI :LARIDEMIHIDUP :TERHARUBIRU :ASAHPISAU2
Iihh jijik aku sama ratu horanya napa ndak dibunuh aja :semangatyangmembara :semangatyangmembara
Next lanjut chapter berikut :tepuk2tangan