Calistha terus memeluk tubuh Max dengan erat sambil memejamkan matanya rapat. Ia tidak menyangka jika pada akhirnya ia dapat bertemu dengan Max, pria yang dicintainya. Setelah selama dua hari ini ia merasa frustasi dan merasa bersalah karena ia telah menjadi penyebab runtuhnya kerajaan Hora. Ia kemudian melepaskan pelukannya dari tubuh Max dan menatap mata hitam pekat Max dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.
Penulis: Chalistasaqila
Queen Of Time: Time Freeze (Four)
Calistha terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah dan memburu. Baru saja ia mengalami sebuah mimpi yang mengerikan. Ia kemudian menyibak selimut sutra itu dengan gusar karena ia merasa membutuhkan segelas air untuk menenangkan dirinya yang masih dirundung ketakutan. Dengan perlahan, Calistha mulai berjalan menyusuri karpet merah yang terbentang dikamarnya sambil menengokan kepalanya kesana kemari. Biasanya seorang dayang akan berada di dalam kamar majikannya untuk memenuhi segala kebutuhan majikannya sewaktu-waktu. Namun, kali ini Calistha sama sekali tidak melihat dayang barunya yang bernama Sunny. Padahal tadi sebelum ia tidur Sunny mengatakan jika ia akan selalu berada di dalam kamar Calistha jika wanita itu membutuhkan bantuannya sewaktu-waktu. Tapi, sejauh ia melangkah menyusuri setiap sudut kamarnya, ia sama sekali tidak melihat keberadaan Sunny dimanapun. Sebenarnya Calistha tidak ingin merepotkan Sunny atau terlalu bergantung pada wanita berparas imut itu, tapi ini adalah hari pertamanya tinggal di istana Khronos, ia sama sekali belum mengetahui seluk beluk kerajaan ini, kecuali jalan menuju taman yang berada tepat di depan kamarnya. Akhirnya dengan penuh keberanian, Calistha mulai membuka pintu kamarnya untuk mencari letak dapur istana sendiri. Lagipula ia sudah terbiasa menjadi pelayan pangeran Max, jadi ini bukan masalah besar, ia pasti akan menemukan dapur istana dengan cepat. Calistha kemudian mulai melongokan kepalanya keluar untuk melihat keadaan lorong istana yang begitu sepi. Sekilas Calistha melihat beberapa penjaga yang sedang berdiri di sekitar kamarnya, namun anehnya penjaga itu tampak diam layaknya patung. Ia kemudian memutuskan untuk kembali melangkah, menyusuri tiap-tiap lorong istana yang begitu sepi dan senyap. Meskipun ia tahu jika semua penghuni istana pasti sedang tertidur lelah dikamar mereka masing-masing, tapi suasana di istana ini benar-benar mengerikan. Ia merasa sedang berjalan di sebuah istana mati yang begitu sunyi dan senyap. Tiba-tiba Calistha merasakan seluruh bulu kuduknya meremang. Dengan perasaan yang mulai goyah, Calistha mencoba mengusap lengannya sendiri untuk membesarkan hatinya yang mulai ketakutan. Setelah berjalan cukup lama dan terus berputar-putar, Calistha memutuskan untuk bertanya pada seorang prajurit yang sedang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri. Prajurit itu terlihat sedang berdiri tegak sambil memandang lurus pada tembok kokoh di depannya. Meskipun sedikit merasa janggal, Calistha tetap berjalan untuk menghampiri prajurit itu dan mencoba memberitahu kedatangannya dengan sebuah dehaman.
Queen Of Time: Your Love?
“Lepaskan aku! Kubilang lepaskan. Aku tidak mau menikah dengan pria cabul dan kasar sepertimu.”
Queen Of Time: The King Of Khronos (Two)
Calistha terus membungkam mulutnya dengan rapat agar ia tidak membuat kegaduhan dibalik semak-semak yang saat ini menjadi tempat persembunyiaanya. Wanita itu sejak tadi terus mengamati gerak-gerik seluruh pasukan Khronos dengan ngeri. Dari kejauhan, Calistha dapat melihat seorang pria dengan wajah yang sangat angkuh sedang berdiri di atas kudanya yang gagah sambil mengamati pasukannya satu persatu. Dengan sekali tebak, Calistha langsung dapat menyimpulkan jika pria itu adalah raja Aiden, raja yang selama ini selalu menjadi buah bibir karena kekejamannya. Seketika darah Calistha menjadi mendidih mengingat betapa bengisnya pria itu selama ini. Pria itu dengan kejamnya telah memporak-porandakan kerajaanya dan juga telah membunuh ayah ibunya, beserta dengan saudara perempuannya yang lain. Calistha mengepalkan tangannya kuat-kuat sambil meremas daun-daun kering yang ada di hadapannya hingga menimbulkan suara gemerisik yang cukup berisik. Tiba-tiba raja itu menolehkan kepalanya pada semak-semak belukar yang saat ini sedang menjadi tempat persembunyian Calistha. Entah bagaimana caranya, raja itu dapat mendengar suara remasan daun yang tengah dilakukan oleh Calistha. Padahal suasana disekitar mereka sangat berisik dan sangat tidak mungkin raja angkuh itu dapat mendengar suara remasan daunnya. Dengan perlahan Aiden mendekati semak-semak belukar itu tanpa menimbulkan perhatian dari prajuritnya yang lain. Saat ini ia yakin, jika dibalik semak-semak itu pasti terdapat seseorang yang sedang bersembunyi di sana. Calistha yang melihat raja Aiden sedang berjalan mendekati semak-semak menjadi panik dan tidak bisa berbuat apapun. Kakinya seolah-olah menjadi kaku dan tak bisa digerakan. Semakin lama raja Aiden semakin mendekat ke arah semak-semak tersebut. Dan di tengah kekalutan batin yang sedang melanda Calistha, tiba-tiba seseorang menyergapnya dari belakang dan membungkam mulutnya dengan sebuah kain agar Calistha tidak dapat berteriak-teriak. Sekuat tenaga Calistha terus memberontak karena ia merasa dirinya sedang terancam. Namun, orang yang saat ini sedang membekapnya tampak terus menyeretnya dengan susah payah untuk bersembunyi dibalik sebatang pohon besar yang jaraknya cukup jauh dari semak-semak sebelumnya. Ketika dirasa telah cukup aman, wanita itu segera melepaskan Calistha dari cengkeramannya sambil berdiri dengan ponggah di hadapan Calistha. Namun, setelahnya wanita itu langsung tersenyum manis ke arah Calistha dan mengulurkan tangannya pada Calistha untuk membantu wanita cantik itu berdiri.